Cinta Datang Terlambat

29 4 2
                                    

Happy Reading!!!

Kakak pelatih memanggilku melalui temanku. Aku datang menghampiri Kakak pelatih dan melihat ada seorang anak laki - laki yang sebaya denganku sedang tersenyum ke arahku.

"Ada apa Kak memanggil saya?" Tanyaku. Aku melihat ia baru saja menerima telpon.

"Eh? Akhirnya kamu datang juga. Gini Dir, Kakak boleh minta tolong untuk mengajarkan teman kamu ini? Dia anak baru. Dan kebetulan sekali ia memilih alat senar, lagian juga kita kekurangan member untuk di alat senarkan?" Aku hanya mengangguk merespon pertanyaannya.

"Nah, mumpung kamu member lama yang sudah dikatakan senior, jadi Kakak minta kamu untuk mengajarkannya, soalnya tadi Kakak baru saja di telpon sama Kepala Sekolah untuk menemuinya untuk membicarakan lomba yang akan kita ikuti. Dan kalau teman kamu bisa cepat belajarnya, dia akan ikut di acara perlombaan kita dan sepertinya dia akan menjadi pasangan kamu nanti." Oh My Gosh!! Aku tidak akan bisa dan tidak akan mau mengajari anak laki - laki yang berada di hadapanku ini. Malesin banget deh berurusan sama anak laki - laki, apalagi aku tidak bisa mengajarkan orang, karena memang aku tidak pandai.

"Yaudah, kalian Kakak tinggal ya? Bisakan? Kakak keburu banget nih. Oh ya, beneran latihan ya. Awas loh jangan pacaran!" Itu peringatan atau apaan sih? Kenalan aja belum.

"Oh ya, sebelum kita latihan, kita kenalan dulu ya... Nama aku Nadira Alicia Putri" Aku mengulurkan tanganku.

"Namaku Arfano Alviano Adipta" Membalas uluran tanganku.

"Yaudah, sekarang kita ke gudang yuk, ngambil alat senarnya" Ucapku. Astaga... Banyak sekali debu di gudang ini, bahkan aku sampai terbatuk - batuk.

"Aku heran deh, kamu kenapa tidak senang gitu ya kalau aku tersenyum." Dia berbicara denganku? Tapi apa maksud perkataannya itu? Sebenarnya aku malas untuk merespon pembicaraannya itu. Tapi karena dia anak baru aku tidak mungkin mendiamkannya, nanti di kira sombong lagi.

"Maksud kamu apa ya? Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan." Aku membantunya untuk menarik kardus yang berwarna cokelat dibawah tempat tidur yang sudah rusak yang dulunya berada di ruang UKS.

"Ya biasanya semua cewek kalau liat aku tersenyum, mereka akan kesenangan bahkan teriak - teriak gitu. Kamu tau kan kalau di sekolah kita aku adalah orang famous" Itu pertanyaan atau pernyataan? Aku memutar bola mataku dengan malas, dan aku sudah mulai malas menanggapinya. Namun mau tak mau, aku menjawabnya juga.

"Aku tidak habis pikir ya sama kamu. Kita itu umurnya masih 10 tahun dan kamu sudah berbicara seperti itu. Aku heran ya, udah besarnya mau jadi apa sih? Jadi Playboy? Trus mintain duit ke pacar - pacarnya gitu?" Sepertinya emosiku mulai tersulut.

"Enak saja kamu berbicara seperti itu. Aku ini orang kaya,  mana mungkin aku meminta duit ke pacar - pacar aku!!" Percaya diri sekali.

"Oh gitu?"

"Liat saja nanti saat aku sudah sukses, kamu akan kelepek - kepelek sama aku!" Berambisius banget sih mas! Palingan hanya perkataan semata.

"Semoga saja kamu tidak bercita - cita menjadi pilot dan itu akan membuatku tidak akan menyukaimu"

"Tapi sayangnya aku bercita - cita menjadi seorang pilot My Girl" Ia berseringai dengan senyum nakalnya itu.

"Kamu menyebalkan!!!!" Aku mendengus dan berlalu pergi. Ini membuatku menjadi benar - benar tidak ingin mengajarinya. Ya walaupun pada kenyataannya aku akan mengajarinya. Kalau tidak, aku pasti bakal diomelin habis - habisan sama Kakak pelatih.

============

Aku memasuki rumah dengan sebelumnya mengucapkan salam. Aku menerawang disetiap sudut dan tidak ada tanda - tanda orang di rumah ini. Aku menghela nafas dan berjalan ke kamar dengan langkah yang berat. Selalu saja begini. Sesampainya di kamar, aku langsung mengganti bajuku dengan pakaian santai lalu menghempaskan tubuhku di ranjang dengan tangan yang di rentangkan.

"Bisa mati kebosanan nih aku dirumah." Gumamku.Namun, tiba - tiba saja terlintas di otakku untuk pergi ke rumah orang tua angkatku. Ketemu Bang Raka, lalu mengajaknya untuk jalan - jalan dan minta ditraktir makan malam. Wah... Pasti sangat menyenangkan tuh. Sudah lama aku tidak bermanjaan dengannya. Lagipula, Bang Raka tidak akan mungkin pergi malam minggu, dia saja tidak punya kekasih. Sayang sekali, sudah ganteng, mapan, berwibawa, pintar. Apalagi yang kurang coba. Terlalu mengaharap dan percaya diri sekali bahwa seseorang yang ia tunggu akan datang padanya. Eh, tapi tunggu, bukankah Abangku itu sama sepertiku? Menunggu seseorang yang tidak pasti.

Beberapa menit kemudian, aku sampai di rumah orang tuaku. Aku mengucapkan salam dan langsung memasuki rumah. Dan apa yang aku lihat ini sangat sering ku lihat. Bang Raka dengan tidur gantengnya di sofa dengan handphone di atas dadanya, dan remote televisi yang berada di genggamannya yang diletakannya disebelah kiri. Dan tak lupa Kripik pedas yang terletak di atas meja dan dengan televisi yang masih menyala. Aku hanya menggelengkan kepalaku dan bergegas menuju kamarku yang terletak tepat disebelah kamar Bang Raka. Setelah sampai kamar, aku segera ke kamar mandi karena sedari tadi aku sudah tidak bisa menahan untuk membuang air kecil.

Setelah dari kamar mandi, aku turun dan berniat untuk mengagetkan Bang Raka. Namun saat aku akan mengagetkannya dengan berteriak dan menepuk pundaknya, tiba - tiba saja bel rumah berbunyi dengan sangat nyaring. Aku mendengus kesal.

"Siapa sih? Emang dia kira orang di rumah ini budek apa." Sungutku.

"Iya bentaarrr...." Aku berteriak dengan hati yang sudah merasa jengkel.

"Lo lama banget sih Rak.. " ucapannya terhenti. Mungkin ia kaget karena yang membuka pintunya adalah aku.

"Eh? Maaf, ada Rakanya?" Aku mengangguk. Aish... Jangan mengaguminya Dir.. Eh tapi serius cowok yang di depan aku ini benar - benar ganteng.. Dan apa itu? Dia memakai seragam pilot?

"Ehm.. Ada kok. Silahkan masuk." Aku mempersilahkannya. Saat aku hendak berbalik, tiba - tiba saja Bang Raka sudah ada di belakangku. Dan itu spontan membuatku memekik karena kaget.

"Lo ngagetin aja sih Bang!" sungutku. Aku pergi sambil menghentak - hentakkan kakiku untuk balik ke kamar. Sial! Bukannya dia yang aku kagetin, malah aku yang terkaget. Dan lebih parahnya lagi, rencana aku untuk mengajak Bang Raka pergi nanti malam sia - sia sudah. Karena apa? Sepertinya teman Bang Raka itu sedang membutuhkan Bang Raka. Dan aku tidak tau itu apa. Saat aku sampai di anak tangga teratas. Tiba - tiba Bang Raka memanggilku dengan sedikit berteriak untuk menyuruhku turun. Karena dia akan memperkenalkan aku dengan temannya itu.

Aku berjalan kearahnya dengan raut wajah yang menekuk.

"Kamu kenapa sih dek?" Tanya Bang Raka keheranan.

"Nggak... Gak kenapa - napa kok" ucapku. Aku melihat temannya Bang Raka itu sudah duduk dan kalau diperhatikan raut wajahnya sedikit frustasi. Tiba - tiba ia mendongak ke arah aku dan Bang Raka tanpa aba - aba sehingga membuatku gugup setengah mati karena ketahuan mencuri - curi pandang kepadanya. Dan ia malah tersenyum kepadaku. Tunggu dulu, kenapa senyuman itu seperti tidak asing lagi ya? Kenapa senyuman itu mengingatkan aku tentang sesuatu, tapi apa? Dan kenapa aku tidak menyukai senyuman itu? Tapi kenapa jantungku berdegup sangat cepat?

"Oh Yaudah. Abang mau kenalin kamu sama temannya Abang. Ar.. Kenalin, ini adik angkat gue. Yang gue ceritain waktu itu." Temannya Bang Raka berdiri dan mengulurkan tangannya. Ia tersenyum lagi.

"Nadira Alicia Putri" Aku membalas uluran tangannya dan ikut tersenyum

"Arfano Alviano Adipta" Kenapa namanya sangat tidak asing lagi di telingaku? Dan seperti aku sangat mengenalnya dulu. Ntah kenapa tiba - tiba tubuhku menjadi keringat dingin seperti ini. Aku melepaskan uluran tangan kami dan segera pergi dari tempat itu. Apa benar itu adalah kamu? Apa benar dia kembali? Dan.. Apakah masih berlanjut Cintaku yang dulu datangnya terlambat ini? Mungkin sepertinya aku tidak memiliki perasaan lagi dengannya. Tapi, Aish... Kenapa jadi bimbang gini sih?

To be continue....

Ayo silahkan di vote dan komen..
Di kritik juga boleh  😊😁

MY DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang