Kejadian

32 4 0
                                    

Happy Reading.....  😊😊

Aku menggeliat saat samar - samar aku mendengar ada suara teriakan dari arah luar kamarku. Aku duduk lalu menggaruk kepalaku yang tidak gatal lantaran kesal. Memangnya ini sudah jam berapa sih? Aku melirik jam weker di atas nakas dan jam itu masih menunjukkan pukul lima pagi dan itu masih terlalu pagi untuk membangunkanku tidur. Mimpi apa sih Bang Raka sampai - sampai pagi buta begini sudah membangunkanku? Eh... Tunggu dulu. Bang Raka? Beneran yang bangunin aku adalah Bang Raka? Bukannya dia tidak tau aku kesini?

"Mampus gue!!" Aku langsung ngacir untuk membukakan pintu untuk Bang Raka.

Saat aku membuka pintu, bukannya mendapat sapaan selamat pagi, tapi malah mendapatkan wajah Bang Raka yang merah padam. Tamatlah riwayatmu Dira.. Kau pasti akan disembur habis - habisan dengan abangmu yang protektif ini. Dan siapkan mental untuk mendapatkan perkataan negatif tentang dirimu lagi.

"Apa yang telah dilakukan bajingan itu sama kamu dek? Apa??" Bang Raka mengguncang bahuku dan mencengkramnya cukup kuat sehingga aku harus menahan rasa sakitnya. Aku menundukkan wajahku karena tidak ingin menatap wajahnya. Kalau Bang Raka tahu, bisa dipastikan Ayah dan Mama akan tahu dan aku benar - benar sudah di cap perempuan murahan.

Tapi apalah dayaku yang memiliki hati yang rapuh ini. Karena sekarang airmata sudah membanjiri pipiku. Aku tidak kuasa menghadapi ini semua. Memikirkan apa yang akan terjadi padaku nanti sudah membuatku ingin gila. Kalau saja bunuh diri itu tidak dosa besar, pasti aku akan melakukannya. Agar tidak ada lagi masalah yang aku hadapi. Pikiranku memang sudah pendek. Aku tahu pasti masih banyak orang diluar sana yang menghadapi masalah yang lebih besar daripada masalah aku ini. Tapi.. Aku tidak tau harus bagaimana menyelesaikannya. Arfa.. Kamu memang laki - laki bajingan!! Bagaimana bisa lelaki berpendidikan tinggi itu mempunyai rencana yang murahan seperti itu? Dimana otaknya yang pintar itu? Bajingan!

Bang Raka mengangkat daguku, mengarahkan untuk menatap wajahnya. Aku melihat tatapannya melembut, lalu memelukku erat.

"Maafkan Abang yang gak bisa menjaga kamu dek.. Maaf.." Tangisanku semakin menjadi mendengar penuturannya. Bang Raka juga sudah ikutan salah paham. Aku ingin sekali menceritakannya sekarang. Tapi waktunya sudah sangat tidak memungkinkan. Emosi Bang Raka pasti masih labil. Dan semuanya pasti akan bertambah kacau. Aku memeluknya juga dengan erat dan menangis sejadi - jadinya. Tidak perduli bahwa baju yang dia pakai apalagi di bagian dadanya basah. Karena aku ingin mengeluarkan semua rasa kekecewaanku, kekesalanku, kebodohanku, semuanya dalam tangisan ini.

* * * *

Aku merutuki kebodohanku yang dengan ketidak hati - hatian dalam memilih angkutan umum. Aku sangat menyesal karena telah melamun saat menunggu angkutan dan berakhir disini. Tempat yang sangat asing dan aku tidak tau tempat ini dimana. Tempat ini sungguh menyeramkan dan sangat gelap. Minim sekali pencahayaan disini. Dan bodohnya aku, mengapa aku harus berhenti disini tadi? Ya tapi apa boleh buat, sangkin paniknya aku langsung turun. Sedari tadi aku menelpon Bang Raka, selalu tidak aktif, menelpon Ayah juga begitu. Kalau menelpon Ibu dan Mama pasti aku akan sangat dikhawatirkan oleh mereka. Sifatku inilah yang tidak aku suka, teledor, ceroboh, dan tidak hati - hati.

Saat aku sedang mencari ponselku di tas karena ingin menghidupkan senter di ponselku, tiba - tiba saja aku seperti mendengar ada beberapa orang yang sedang tertawa. Aku langsung mendongak dan mendapati tiga orang laki - laki tua yang sedang mabuk, terbukti dengan omongan mereka yang ngelantur dan botol alkohol di masing - masing tangan mereka. Aku ketakutan, tubuhku mulai bergetar. Ingin aku lari untuk menghindari orang mabuk itu, tapi ternyata tanganku telah dicekal oleh salah satu dari mereka. Aku memekik kaget.

"Halo cantik. Mau kemana sih? Buru - buru amat. Main dulu dong sama kita - kita." Ketakutanku semakin menjadi, tiba - tiba temannya satu lagi mencolek daguku lalu menjilat jarinya yang dicolekkannya ke daguku.

"Gue sangek nih. Udah gak tahan. Gue duluan ya, Ntar kalian nyusul." ucap laki - laki yang satunya lagi yang sepertinya lebih muda dari dua orang yang lain.

"Siip." Sepertinya nafsunya sedang tinggi, karena tampak ia terburu - buru saat membuka celana panjangnya dan celana dalamnya hingga selutut. Aku lagi - laki memekik kaget dan langsung menutup mataku. Tapi sebelum mataku tertutup dengan kedua tanganku, tanganku sudah di cekal dengan dua orang dan menghempaskan tubuhku di batang pohon besar. Aku memekik kesakitan.

"Lepas!! Apa yang akan kalian lakukan??" Teriakku.

"Tentunya bersenang - senang gadis manis." Orang yang telah membuka celananya itu menyeringai. Dia mendekatkan dirinya kepadaku. Lalu menciumku dengan kasar.

"Jangan!! Mphh..." Air mataku sudah deras menangis. Kenapa hidupku begitu menyedihkan seperti ini?

"Diam lo jalang!!!" Dia menamparku. Dan tanpa kuduga, Dia mengoyak kaosku yang bagian depan hingga menampakkan payudaraku yang terbungkus dengan bra berwarna hitam. Aku melihat matanya mulai menggelap yang menandakan nafsu laki - laki itu semakin mengerikan. Aku berteriak sekuat yang aku bisa hingga untuk beberapa saat dia harus mencari cara untuk membuatku tidak berteriak.

"Diam!!" Aku semakin berteriak, saat laki - laki itu akan membuka rokku, tiba - tiba saja aku melihat laki - laki itu terhuyung ke belakang, dan teman - temannya mencoba membantunya lalu berkelahi dengan seseorang yang tengah meninju laki - laki yang akan memperkosaku.

Aku ketakutan dan berdoa di dalam hati semoga orang yang mencoba menyelamatiku ini tidak kalah. Aku tidak bisa melihat wajah seseorang yang sedang menolongku.

"Masuk ke mobilku! Nyalakan mobilnya dan temui aku kesini lagi." Awalnya aku bergeming karena seperti tau siapa yang berbicara. Tapi aku harus bertindak cepat, aku langsung masuk ke mobil dan menyalakannya. Lalu aku kembali ke tempat mereka yang berkelahi. Aku melihat ada seseorang yang masuk.

"Cepat jalan!!" Aku langsung melakukannya. Aku melihat tiga laki - laki jahat itu masih mengejar, namun apa daya dengan mereka yang berlari dan aku yang menggunakan mobil sport dengan kecepatan di atas rata - rata.

Perlahan para lelaki bajingan itu sudah tidak terlihat lagi. Dan itu membuatku sangat lega.

"Berhentikan mobilnya!" Aku membeku, aku langsung memberhentikan mobilnya dan menghadap kebelakang.

"Kamu??!!" Aku membelalakkan mataku saat melihat wajah orang yang sudah tak asing lagi bagiku penuh dengan luka di wajahnya. Aku melihat Arfa turun dari mobil lalu membuka pintu pengemudi. Aku mengahadapnya. Ku lihat Arfa membuka bajunya dan spontan aku langsung menutup wajahku, aku masih sangat trauma dengan apa yang terjadi tadi. Dan.. Aku merasakan seperti ada yang menaruh sesuatu di pundakku. Aku membuka mataku dan melihat apa yang tengah dilakukan Arfa padaku.

Dan apa yang aku lihat saat ini membuatku terheran. Perlakuannya mengapa menjadi sangat lembut begini? Dan.. Aku baru sadar bahwa tubuh bagian depanku telah terekspos sedari tadi. Aku langsung melipat tanganku di dada dan menatap Arfa dengan horor.

"Pakai bajuku dengan baik. Jangan sampai tubuh depanmu itu terlihat lagi olehku." Aku menunduk malu.

"Kamu tidak apa - apa?" Aku mendongak. Ingin sekali saat ini aku menangis sejadi - jadinya. Tapi aku harus kuat. Namun airmata ini sangat menyebalkan. Dia keluar begitu saja tanpa diminta.

"Berhentilah menangis Dir.." Dan sebuah pelukan hangat pun ku dapatkan.


To be continue...

Don't forget to vote and comment ya...  (-‿◦)

Park Hyun Raa

MY DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang