Dia

28 4 2
                                    

Happy Reading.... 😊😊😊


Sepertinya kesialan selalu saja datang kepadaku. Kesibukannya Kak Dio membawa Malapetaka untukku. Kenapa tidak, aku harus mengajarkan laki - laki most wanted dan playboy ini sampai dia bisa. Ujian yang sangat berat engkau berikan kepadaku Tuhan...

Aku membanting stick drum-ku. Rasa kesal ku terhadap laki - laki yang dihadapanku ini sudah tidak bisa ku tahan lagi. Dia itu benar - benar menjengkelkan dan menyebalkan. Ya Tuhan... Kenapa Engkau mempertemukanku dengan orang seperti dia?

"Kamu bisa gak sih belajar nya serius dikit? Aku sudah capek mengajarkanmu dan kamu tidak bisa - bisa terus. Kalau begini caranya aku bakal dimarahin sama Kak Dio!!" Omelku. Aku melihat beberapa anak - anak telah menatap kami dengan bingung.

"Kamu gak bakal dimarahin kok tenang saja." Perkataan santai nya benar - benar membuatku ingin memakannya hidup - hidup.

"Ka...." Tiba - tiba ada suara seseorang menginterupsiku untuk berhenti mengomeli anak sialan yang ada dihadapanku ini.

"Kenapa anak - anak liatin kalian? Kalian melakukan apa? Apa kalian berpacaran? Oh Astaga. Aku tidak percaya ini. Secepat itukah anak kecil untuk berpacaran?" Awalnya aku takut Kak Dio akan memarahiku. Tapi saat mendengar perkataan terakhirnya membuatku ingin memakannya hidup - hidup juga. Seenaknya saja berkata seperti itu. Sampai kapanpun aku tidak akan sudi dan mau untuk berpacaran dengannya. Jangankan berpacaran, memiliki teman seperti dirinya saja aku tidak sudi.

"Kakak apa - apaan sih! Siapa juga yang mau pacaran sama dia. Dih! Amit - amit" Ocehku sambil memutar kedua bola mataku dengan malas.

"Kamu yakin beneran gak mau pacaran sama aku? Yah... Padahal aku mau loh.." Dasar playboy cap kakap.

"Ahahahh udah - udah kalian ini lucu banget sih." Lucu dari mananya coba?

"Ehm, oh ya Ar, kamu sudah bisa? Kira - kira lima belas menit lagi kakak akan manggil kamu dan kamu keluarkan apa yang kamu bisa." Ucap Kak Dio dengan tegas. Dan aku rasanya sulit untuk menelan saliva-ku. Seperti mendapatkan bom yang akan siap meledak. Keringat dingin sudah keluar dari pelipisku dan laki - laki sialan itu masih saja bersikap tenang? Shit!

Tanpa kusadari Kak Dio berjalan ke arah stick yang telah kubanting tadi. Dan beliau tidak sengaja menginjak stick-ku. Aku tidak tau apa yang terjadi karena dia memunggungiku. Tiba - tiba beliau membalikkan badannya menghadapku kembali sambil memegang stick yang patah. Astaga! Aku mematahkan stick kesayanganku!!!! Dasar cowok sialan!!! Kalau bukan karena dia, aku tidak akan mungkin membanting stick-ku dan membuatnya jadi patah seperti itu.

Mataku memicing ke arahnya agar ia bertanggung jawab. Bukannya mendapatkan respon untuk berkata 'aku minta maaf' namun malah mengedikkan bahunya tanda tidak tau apa - apa dan pergi begitu saja.

Saat aku akan mengejarnya, lagi lagi Kak Dio menginterupsiku yang membuatku menoleh kearahnya.

"Ini stick kamu bukan?" Aku mengangguk. Aku menghampiri Kak Dio dan mengambil stick yang dipegangnya.

"Jangan ceroboh Dir. Sayang loh.. Stick kamu mahal gitu." Aku menunduk.

"Iya kak, maaf.." Setelah aku mengatakan maaf, Kak Dio mengusap kepalaku sambil tersenyum lalu dia meninggalkanku. Aku melihat Kak Dio pergi. Aku kira beliau akan pergi mengajarkan anak - anak yang lain. Tapi  ternyata beliau menghampiri laki - laki bandit itu. Ntah kenapa jantungku menjadi berdebar - debar tidak menentu. Dan rasa penasaranku pun tiba - tiba saja keluar dan tidak bisa ku tahan lagi. Aku mengintip di balik tiang yang ada di koridor. Tiang itu cukup besar sehingga bisa menutupi tubuhku yang mungil ini. Aku memperhatikan cowok sialan itu terus. Karena dia belum memulainya dan itu sudah berlangsung selama sepuluh menit. Tiba - tiba saja cowok playboy itu menatapku dan tersenyum dan senyuman itu tidak bisa aku artikan. Dan... Cowok itu pun mulai memukul senar dengan pukulan - pukulan yang sudah aku ajarkan. Dan..... Dia bisa?? Kenapa bisa? Maksudku kenapa dia pandai? Bukannya dia tidak bisa? Bahkan aku sudah mengomeli nya hingga suaraku, ku rasa sudah sampai ke langit angka ke tujuh. Karena satu pukulan pun ia tidak pandai saat aku ajarkan selama ini. Bahkan aku sudah mematahkan stick - ku karena dia tidak bisa.

MY DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang