Heart

939 66 1
                                    

Angga sedang berjalan-jalan di sekitar kampus mencari udara segar, tanpa sengaja dia melihat Deva yang sedang jogging dan Anggapun langsung mengikuti Deva jogging.

"Kenapa kamu suka sekali bepergian sendirian?" tanya Angga membuat Deva kaget

"Aku hanya suka ketenangan, kedua temanku sangat cerewet" sambung Deva

Angga mengangguk-anggukan kepalanya walaupun dia tau Deva fokus menatap ke jalanan.

Tanpa Deva sadari Angga memperhatikannya dari samping dengan sangat fokus.

"Kau memakai softlens?" tanya Angga secara tidak sadar

Deva terhenti dari Joggingnya, begitu pula dengan Angga.

"Apakah sangat kelihatan?" tanya Deva khawatir

"Tidak, itu bahkan sangat menyerupai bola mata asli tapi aku memiliki adik yang suka memakai softlens sehingga aku bisa membedakan mana yang asli dan mana yang menggunakan softlens" jelas Angga membuat Deva menarik napas legah dan melanjutkan joggingnya

"Ahh apakah itu Angga? kenapa dia jogging bersama perempuan jelek itu?" komentar beberapa mahasiswa yang melihat mereka berdua

Deva menjadi tak enak dengan Angga sehingga dia membuat jarak diantara mereka berdua, Anggapun bukannya mempertahankan jarak yang Deva buat namun malah memperdekat jarak keduanya lagi.

"Tidak perlu mendengar apa yang mereka katakan Deva" ucap Angga

Merekapun melanjutkan jogging tanpa mendengar apa yang dikatakan para mahasiswa yang lain.

Setelah Jogging Deva langsung kembali ke kamar asramanya, di dalam kamarnya ada Yunna dan Naya.

"Deva, benarkah apa kata orang-orang jika kau berkencan dengan Angga dari jurusan Renang?" tanya Naya

"Tidak" jawab Deva refleks

"Tapi ku dengar jika Irene sangat marah padamu karena hal itu, siapapun di Universitas ini tau jika Irene ditolak oleh Angga. Wah kupikir Irene sangat direndahkan saat ini"ucap Yunna

Deva tidak mendengar apa yang mereka katakan lagi, dan langsung bersiap untuk tidur.

"Deva kau akan melewatkan makan malam lagi?" tanya Yunna menggelengkan kepala, sejak pertama kali masuk Deva memang seperti itu, tidak pernah makan malam


Pagi-pagi sekali Deva bangun dan langsung jogging, kebiasaannya dari dulu memang begitu, sebelum dan sesudah tidur langsung jogging agar meningkatkan sirkulasi darah.

Tanpa sepengetahuannya dia diikuti oleh Irene dan teman-temannya.

"Ehh kamu Deva yah?" panggil Irene dengan suara yang cukup keras karena masih pagi jadi masih sedikit yang berkeliaran disekitar kampus

"Iya, kenapa?" tanya Deva dengan nada datarnya, dia merasa tidak memiliki masalah apapun dengan Irene jadi dia tak merasa terintimidasi

"Wah apakah Angga buta? kenapa dia malah memilih perempuan jelek ini dari pada kamu Irene yang sudah pasti bukan saingannya" sindir Selly

Irene yang sangat kesalpun mendorong Deva hingga jatuh ke kolam renang, dia tak berniat berkata-kata lagi apalagi membantu Deva, mereka malah pergi meninggalkan Deva yang terjatuh ke kolam renang.

Syukurlah Deva yang merupakan mantan atlet rennag dapat mengatasi hal seperti ii, hanya saja dia sedikit kesusahan karena pakaiannya yang tebal dan berat karena terkena air.

Saat dia baru saja keluar dari kolam, dia menjadi tontonan banyak orang membuatnya terus menunduk dan menahan rambutnya yang hampir terurai.

Sesampainya di kamar Yunna langsung melihatnya dengan kaget.

"Astaga kau kenapa ?" tanya Yunna

"Irene mendorongku ke kolam renang" ucap Deva, sekarang dia sudah kesal pada Irene, karena Irene sudah mengibarkan bendera permusuhan maka Deva akan meladeninya

"Dev? kau memakai softlens?" pertanyaan Yunna membuat Deva kaget dan ketika dia menatap cermin ternyata softlensnya lepas dan mata biru lautnya sangat terlihat

Dengan secepat kilat, Deva langsung masuk ke kamar mandi tanpa menjawab pertanyaan Yunna.

* * *

Deva berjalan keluar dari gedung asramanya, dia ingin ke ruang latihan. Saat baru saja keluar dari gedung asrama dia melihat Angga berdiri di depan gedung, awalnya dia tak menghiraukan Angga tapi Angga memanggilnya.

"Apakah kamu luka? atau badanmu sakit? kudengar jika Irene mendorongmu ke kolam renang tadi pagi" ucap Angga dengan nada khawatir

"Aku tidak apa-apa" ucap Deva

"Syukurlah. Aku senang jika kau baik-baik saja"legah Angga

Deva jadi tersentuh dengan perhatian Angga, namun disisi lain dia tau jika Angga tidak mungkin baik padanya tanpa suatu alasan.

"Kenapa kamu baik padaku? maksudku aku dikerjai Irene karena kamu lebih memilih untuk dekat denganku daripada dengan Irene. Apakah tidak ada perempuan lain yang bisa kau jadikan teman? kenapa harus aku?" tanya Deva

"Karena aku menyukaimu" 3 kata yang keluar dari mulut Angga itu langsung membuat Deva membatu dan terdiam

"A-Apa maksudmu? aku tidak sedang bercanda" ucap Deva dengan nada kasar

"Aku juga. Aku menyukaimu entah sejak kapan tapi aku sangat nyaman didekatmu, hatiku menghangat jika berbincang dengamu, aku tidak suka orang lain mengomentati dirimu dan puncaknya aku sangat benci saat mendengar Irene mendorongmu ke kolam renang. Aku bukan tipe pria yang menyukai seseorang dari penampilan tapi dari hati dan inner beauty yang dimilikinya. Apakah aku salah?" jelas Angga, Deva mundur beberapa saat karena Angga terus menerus melangkah maju mendekati Deva

"Aku harus pergi" ucap Deva lalu berjalan menjauh

Angga menahan tangannya

"Apakah kamu tidak ingin menjawabnya? aku sudah mengutarakan isi hatiku saat ini. Apakah kamu akan menerimaku?" tanya Angga

Deva melepaskan genggaman tangan Angga lalu segera berlari menuju ruang latihan.

"Dia sangat polos" gumam Angga lalu tersenyum simpul

Angga tetap menunggu seseorang didepan asrama perempuan, siapa lagi kalau bukan Irene, yah Irene membuat perempuan yang disukainya menjadi malu karena didorong ke dalam kolam.

Deva yang wajahnya langsung memerah selepas dari dekat Angga pun tak menyangka jika Angga bisa begitu padanya. Dia sadar seberapa jeleknya dia saat ini, Deva berpikir pasti Angga hanya bermain-main dengannya mungkin karena Deva yang terlalu baik.

"Kalian harus memperbanyak latihan dan olahraga untuk memperkuat lengan kalian" ucap pelatih mengakhiri latihan mereka

"Deva kamu tunggu sebentar" ucap pelatih, setelah semua mahasiswa keluar dari tempat latihan tertinggal Deva, pelatih dan assisten pelatih disana.

"Kamu harus banyak berlatih Deva, kompetisi sudah dekat. Kami berharap lebih darimu" ucap Pelatih

"Aku akan berlatih lebih keras lagi" ucap Deva sungguh-sungguh

"Baiklah, lebih baik kamu boleh kembali ke asramamu"

Secret of BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang