Chapter 1

245 16 7
                                    

Bel pulang sekolah adalah suara terindah bagi pelajar masa kini. Rasa kantuk selama jam pelajaran terakhir pun langsung hilang dengan sekejap. Wajah-wajah lemah dan lesu langsung berubah menjadi wajah-wajah yang ceria. Para siswa dan siswi mulai bersiap-siap untuk pulang menuju rumah masing-masing. Tak terkecuali, Zie. Gadis itu tengah sibuk bermain basket di halaman sekolah, tanpa ada niat sedikitpun untuk pulang ke rumah. Saat tengah asik bermain basket. Seorang lelaki bertubuh jakun dan berkulit putih datang menghampiri Zie

"Zie, lo gak pulang?"

"Ntar aja, gue sibuk!" jawabnya jutek dengan tangan yang masih menggiring bola

"Dasar jomblo sok sibuk." dengan cepat lelaki itu merebut bola dari tangan Zie

"Biarin! Sana lo pulang, anter tu cewek lo, kasian dia udah karatan nungguin lo di depan gerbang."

"Dasar Ziezie bawel." katanya sambil mencubit gemas pipi wanita dihadapannya

"Al."

"Iya?"

"Ntar malam temenin gue ke kafe bentar ya, gue mau ngerjain tugas kimia."

"Hmm, oke ntar gue jemput elo."

"Thanks Al."

Albert Syarief adalah seorang lelaki tampan bertubuh tinggi, berkulit putih, bermata coklat yang senada dengan rambutnya, dan tentu saja seorang yang populer di sekolah ini. Albert Syarief dan Kanaya Zierena Pearce, adalah kedua sahabat yang sulit tuk dipisahkan, mereka sudah saling mengenal sejak mereka masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Rumah mereka yang terpaut hanya beberapa meter, membuat mereka semakin dekat layaknya seorang sepasang kekasih. Walaupun mereka sering berkelahi, tetapi mereka tetap saling menyayangi.

Albert pun mulai beranjak pergi meninggalkan Zie. Di tengah perjalanan ia berbalik menghadap Zie.

"Btw, rok lo belom di resleting, Zie!!" Teriak Albert membuat semua mata tertuju pada Zie yang panik kebingungan.

"Anjirr lo, Al!!!!" Teriak Zie karena ia baru menyadari bahwa Albert  berbohong

"HAHAHAHA"

**

Sorot matanya terus menatap gadis yang sedang sibuk dengan laptop dihadapannya. Melihat wajah itu membuat sebuah senyuman kecil menghiasi bibirnya. Hingga gadis itu menyadari

"DOR!!" Albert pun tersadar dari lamunannya.

"Ngapain lo ngelamun sambil ngeliatin gue? Lo pasti lagi mikirin cewek lo yang marah-marah tadi siang, gara-gara elo lama banget ngejemput dia. Hahahaha... kalian tu dah kayak mau perang dunia, tau. Lagian cewek lo manja banget sih, baru segitu aja udah kayak mau ngajak perang, marahannya." Ucap Zie sambil meminum minumannya

"Gue udah putus."

"Byuuurr... uhuk.. uhukk" tanpa sengaja Zie menyimburkan air yang ada di mulutnya

"Valak lo, Zie!!! Anjirr baju gue basah."

"Hahaha... sorry sorry gue gak sengaja." ucap Zie menahan tawa nya sambil berusaha membersihkan baju Albert

"Lo harus tanggung jawab, Zie."

"Iya ini gue lagi tanggung jawab, Al."

"Gue mau elo jadi pacar gue, Zie." seketika Zie langsung mematung, tubuhnya menegang, matanya langsung menatap mata Al yang juga sedang menatapnya. Tatapan mereka pun beradu, hingga Zie tersadar dan memutuskan tatapan mata mereka. Zie kembali duduk seperti semula sambil berusaha membuat suasana yang tiba-tiba kaku menjadi normal kembali.

"Kayaknya udah malam deh, kita pulang yuk." ucap Zie yang sibuk membereskan barang-barangnya.

Albert hanya dapat menghembuskan nafasnya. Ini sudah menjadi yang ke 99 kalinya ia mencoba untuk jujur dengan perasaannya terhadap Zie. Tetapi ke 99 pula ia mendapat respon yang sama. Albert hanya bisa bersabar, menunggu pintu hati Zie terbuka lebar untuknya.

**

Sejarah. Mendengar kata itu membuat beberapa pelajar menjadi malas dan lesu untuk mengikuti pelajaran tersebut. Terutama Zie. Ia sangat membenci yang namanya pelajaran sejarah, apalagi gurunya yang killer dan gendut itu. Membuatnya muak dengan pelajaran yang membahas masa lalu itu. Zie sangat membenci masa lalu. 

"Kumpulkan tugas yang saya berikan minggu lalu. Sekarang!!"

Seketika Zie membelalakkan matanya, ia lupa akan pekerjaan itu, setengah mati ia membongkar isi tasnya, namun hasilnya nihil. Akhirnya Zie hanya dapat pasrah menerima hukuman.

"Kamu lagi, kamu lagi!!!" bentakkan dari guru Killer membuat suasana menjadi mencekam. Zie hanya menunduk ketakutan dan berusaha untuk tenang.

"Ini adalah untuk terakhir kalinya saya memberi hukuman untuk kamu, jika ada tugas dari saya lagi yang tidak kamu kerjakan. Persiapkan diri anda untuk tidak naik kelas. MENGERTI !!"

"Maaf kan sa—"

"Sekarang silahkan kamu meringkas lima buku sastra dan sejarah yang ada di perpustakaan, setelah itu kamu berikan ke saya besok pagi. MENGERTI." Bentakannya sukses membuat bulu kuduk Zie meremang. Zie tak dapat berkata-kata lagi dan hanya dapat menganggukkan kepala.

**

Dengan gontai, Zie berjalan menuju perpustakaan. Ia bersumpah pada dirinya sendiri, bahwa mulai detik ini ia sangat dan semakin benci dengan guru itu. Hanya sebuah keheningan yang ada saat ia memasuki perpustakaan ini. Hingga matanya tertuju pada sebuah kacamata yang tergeletak di atas tumpukan buku sastra lama. Perpustakaan yang sepi, membuat Zie bertanya-tanya siapa pemilik kacamata yang di pegangnya saat ini. Tak lama kemudian sebuah tangan menepuk pelan pundaknya, Zie pun tersadar dari pikirannya dan langsung berbalik melihat orang yang sudah menepuk pundaknya.

Pertama yang ia lihat adalah tatapan tajam dari seorang lelaki dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertama yang ia lihat adalah tatapan tajam dari seorang lelaki dihadapannya. tatapan mereka  beradu cukup lama, hingga sebuah deheman ibu penjaga perpustakaan menyadarkan mereka.

Secepat kilat lelaki itu mengambil kacamata yang berada di tangan Zie. Tanpa sepatah katapun ia langsung meninggalkan Zie yang masih mematung.




Bersambung ~

Don't forget vote and comment guys..

GlassesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang