***
Albert pun langsung memeluk erat Zie, menyalurkan rasa kecewa, sedih, senang yang bercampur menjadi satu di benaknya.
"Tapi gue masih berharap suatu saat nanti lo bisa memberikan sedikit celah dihati lo untuk gue." Albert melepaskan pelukannya lalu mengacak-acak rambut zie yang diikat ekor kuda hingga ikatan itu melepas membuat rambutnya menjadi terurai.
"Al, lepasin rambut gue jadi berantakan." Albert hanya tersenyum manis melihat Zie yang mulai emosi karena dirinya.
"Lo cantik, Zie." Perlahan Albert merapikan helai demi helai rambut yang menutupi wajah Zie. Hingga dapat terlihat wajah memerah gadis cantik dihadapannya saat ini. Tonjokan tepat diperut Albert menyadarkannya bahwa Zie bukanlah gadis biasa, karena hanya gadis itu yang memiliki tenaga seperti seekor kuda.
"AGGGRRHH" ringis Albert kesakitan.
"Rasain lo, dasar buaya buntung."
***
Plak.. plakk
"Kalian lagi kalian lagi, gak bosen apa setiap hari keluar masuk keluar masuk ruang BK? Selama saya menjadi guru BK disini, saya tidak pernah melihat ada anak yang setiap hari masuk ruangan ini. Ya biasanya yang paling parah cuma tiga hari sekali. Tetapi kalian? Tiga kali sehari masuk ke ruangan ini!! Udah kayak minum obat aja!!" Cerocos pak Anton sambil berputar mengelilingi Zie dan Baim yang duduk di kursi panas tersebut.
Yap, seperti biasanya Zie dan Baim memang tidak dapat disatukan, Zie dengan sikap nyolotnya dan Baim dengan sikap tempramen nya. Mereka selalu beradu cekcok dan bahkan sering beradu jotos. Seperti saat ini, luka disudut bibir Zie dan lebam dipelipis Baim menjadi bukti bahwa ada pertarungan sengit yang terjadi satu jam lalu. Bagi mereka ocehan-ocehan pak Anton hanyalah sebuah dongeng penghantar tidur. Zie sibuk menggigit kukunya dan baim yang sibuk dengan kumis tipisnya.
"Kanaya!!! Apa kamu tidak mendengarkan saya!! Saya sedang bicara!!"
"Enggak pak, saya tidak mengerti apa yang bapak bicarakan."
"Aggrhhh... kamu itu perempuan Kanaya. Jadi jagalah sika-"
"Yang bilang saya laki-laki siapa pak." Pak Anton membelalakkan matanya menatap Zie yang memasang wajah nyolotnya.
"Nyolot kamu!!"
"Udah deh pak gak capek apa? tu mulut dari tadi ngoceh mulu? Saya aja yang dengerinnya capek pak, gimana kalau kita bernegosiasi aja pak. Kan saya punya kartu kredit bokap saya ni pak kalau bapak ngeluarin saya dari sini dan gak nyatat nama saya dibuku hitam saya akan berikan bapak kartu kredit bapak saya dan bapak bakalan bisa puas-puasin belanja untuk anak istri bapak dirumah. Gimana? Deal?"
"Berani-beraninya kamu nyogok saya!!!" Pak Anton mulai mendekati Baim dengan mata yang membelalak tak terima.
"Ampun pak!!!"
"Deal?" Baim sedikit syok dengan pernyataan pak Anton. Mereka pun saling berjabat tangan sebelum beranjak dari kursi panas tak lupa Baim memberikan sebuah kartu kredit berwarna emas tersebut. Dengan gayanya yang sok-sok an baim mulai berjalan melewati Zie yang menatap tak percaya.
"I Win" Bisik baim pada Zie sebelum benar-benar pergi keluar ruangan. Pandangan Zie tertuju pada pak Anton yang masih sibuk melihat kartu kredit yang ada ditangannya, dengan gerak yang cukup gesit Zie mulai perlahan beranjak dari kursi panas untuk melarikan diri. Sesampainya di pintu Zie dikejutkan dengan pak Anton yang sudah beralih dari kartu kreditnya, Zie hanya menunjukkan senyuman sok polosnya dan langsung berlari dengan sisa tenaga yang ia punya.
"KANAYA ZIEREENA PEARCE!!!!!!"
Zie berlari menuju kelasnya yang entah kenapa terasa sangat jauh. Hingga tanpa sadar ia takmelihat jika dihadapannya ada seseorang yang sedang berjalan membawa tumpukan buku kimia.
"Brukk.." Zie yang tak melihat ke arah depan menabrak orang dihadapannya dan iapun langsung ambruk tak sadarkan diri.
***
Mata indah yang tertutup rapat itu kini perlahan mulai terbuka. Zie mulai memperhatikan sekeliling yang tak asing baginya. Matanya terbelalak tatkala seorang cowok yang memiliki ketampanan bak Dewa yunani itu berjalan menghampirinya, lagi-lagi jantung yang berada di bagian dada kiri Zie seakan berpindah tempat entah kemana, Zie mencoba mengerjap kan matanya berulang kali namun sosok itu nyata adanya. Salah tingkah. Itulah yang dirasakan Zie saat ini. Bagaimana tidak? Cowok itu mendekat dengan tatapan matanya yang seolah mengintimidasi dan auranya yang begitu kuat sehingga seseorang yang didekatnya pun pasti akan meleleh seperti eskrim yang dimasukkan ke dalam microwave.
"Gimana? Udah baikan?" Tanyanya sambil mengambil kain yang direndam dengan air es di atas nakas.
"Lumayan."
"Kata dokter kamu harus banyak minum air putih dan jangan lupa makan buah dan sayur, jangan kebanyakan begadang, lama kelamaan kamu bisa kurang darah." Ucap Arham mulai mendekat ke wajah Zie. Perlahan jarak diantara mereka pun mulai terkikis.
"Stop. Mau ngapain lo!! Lo mau cium gue ya!!! Lo siapa?!! Gue laporin ke guru BK, lo!!" Ucap Zie mencoba menahan Arham. Arham dibuat bingung dengan pertanyaan Zie. Senyuman disudut bibirnya mulai terukir indah menghiasi wajahnya yang menawan tatkala melihat wajah Zie yang menampilkan ekspresi begitu menggemaskan.
"Saya Arham Zain Akbar dan maaf jika boleh saya kasi saran, kalau kamu mikir jangan kejauhan. Saya hanya ingin bersihin luka disudut bibir kamu, kacamata saya ketinggalan dikelas jadinya penglihatan saya kurang jelas." Arham mulai membersihkan luka disudut bibir Zie. Zie yang mendengarpernyataan itupun langsung mematung seketika, wajahnya memerah menahan malu, pandangannya pun berubah menuju ke arah jendela Uks yang terbuka.
"Selesai!! Makanya jadi cewek itu harus feminim, jangan jadi brandalan, udah kayak preman dipasar aja. Semoga cepat sembuh." Ucap Arham sebelum pergi meninggalkan Zie yang masih mematung.
*
*
*
Bersambung~
Terima kasih sudah membaca cerita saya :) jangan lupa Vote dan Komentarnya ya gaes.. ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Glasses
Ficção AdolescenteMencintai diam-diam itu nikmat Cemburu memang bukan hak, memiliki apalagi Hanya sebatas memandang, tapi rasa membuncah tak karuan. Sakit tapi apa daya Karena nyatanya dia bukan atau bahkan tak termiliki. Cerita ini mengisahkan tentang seorang gadis...