Chapter 2

107 11 3
                                    

"Kanaya!! Ini peringatan terakhir untuk kamu, jika kamu masih sering terlambat dan meloncati pagar sekolah, kamu akan saya skors!! Kamu itu perempuan dan bersikaplah seperti layaknya perempuan, jangan hobi malak-in anak orang, udah jago kamu! Ini sekolah, bukan pasar! Kamu jangan sok jadi preman deh." Zie hanya terdiam mendengar ocehan guru BK. Lalu menghembuskan nafas kesal.

"Kenapa kamu? Dongkol? Gak senang?"Zie hanya menundukkan kepalanya. Ini adalah hal biasa bagi Zie. Jadi, ocehan apapun itu akan masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Alias Percuma.

"Dan untuk kamu, Albert. Kamu itu anggota Mpk seharusnya kamu dapat mencontohkan hal yang baik untuk teman-temanmu. Bukan malah jadi biang kerok. Kalian berdua ini sama saja !! Sekarang lebih baik kalian keluar dari ruangan ini, saya sudah bosan melihat wajah kalian terus yang bolak balik masuk ke ruangan ini"

Dengan cepat Zie dan Albert pun pergi meninggalkan ruangan horor tersebut. Saat membuka pintu ruangan, Zie dikejutkan dengan seorang cowok berkacamata yang tak asing baginya sedang berdiri di depan pintu. Tepat di hadapannya. Seketika jantungnya berdebar seperti sedang berlari marathon diikuti tangannya yang mulai mendingin seperti es.

"Arham, ada apa kamu kesini?" Tanya guru BK sambil mengotak-atik komputer di hadapannya.

"Saya mau memberikan file dari pak Lukmin, Bu." Suaranya yang berat namun terasa lembut ditelinga membuat Zie meleleh.

"Baiklah, silahkan masuk."

Zie yang masih mematung di pintu memandang lelaki yang bernama Arham itu dengan lekat. Albert pun langsung menyadarkan Zie dari lamunannya. Dan mengajak Zie untuk segera ke kelas. Selama di perjalanan menuju kelas, Zie hanya terdiam. Terbayang-bayang wajah cowok yang bernama Arham itu.

"Kok lo jadi diam gitu sih, Zie?" tanya Albert memandang Zie curiga.

"Eng... Enggak apa-apa."

"Gue curiga sama lo, lo mikirin gara-gara masuk BK lagi atau gara-gara ngeliat cowok itu. Kok kayak ada sesuatu gitu yang bikin lo tiba-tiba jadi kalem."

"Gue lagi gak enak badan aja." Lirih Zie

"Lo sakit? Kita ke Uks aja yuk, kenapa lo ga bilang dari tadi sih." ucap Albert khawatir

"Lebay lo." ucap Zie langsung pergi meninggalkan Albert

**

Mungkin ruangan kelas ini lebih tepat jika disebut dengan pasar. Bahkan lebih berisik dari pada pasar. Jika suasana tiba-tiba menjadi hening, itu tandanya ada guru yang akan memasuki kelas. Seperti saat ini contohnya..

Seorang wanita paruh baya yang terkenal Stylish dan Killer itu mulai memasuki ruang kelas, diikuti dengan seorang gadis cantik, berkulit putih, dan bermata biru di belakangnya.

"Selamat pagi, disini kita akan mendapatkan teman baru pindahan dari Bali. Silahkan perkenalan diri."

"Perkenalkan nama saya Marsha Gracelina, kalian boleh manggil saya Arsha terima kasih."

"Ada yang mau ditanyakan? Kalau tidak ada Arsha kamu boleh duduk sekarang." Ucap bu Wana yang mulai menduduki kursinya

"Udah ada pacar belum?"

"Minta pin bbm dong."

"Rumahnya dimana? Biar bisa langsung di lamar."

"Gelis pisan ei." Suasana kelas pun kembali ricuh dengan pertanyaan yang tidak berbobot itu. Tetapi hanya dengan tatapan sinis dari bu Wana suasana kelas menjadi damai kembali.

"Arsha sekarang kamu boleh duduk. Dan kita lanjutkan pelajaran kita mengenai Fungi." ucap bu Wana

Arsha pun mulai berjalan mendekati Zie yang tengah asik bermain gadget. Pandangan Zie teralih saat Arsha yang duduk di bangku kosong sebelahnya. Zie hanya tersenyum tipis ketika melihat Arsha.

GlassesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang