Chapter 7

31 3 6
                                    


***

Semenjak kejadian itu Zie mulai merasakan hal yang aneh pada dirinya, garis bibirnya selalu mamancarkan senyuman yang khas, matanya berbinar penuh cinta, memorinya seakan terus mengulang kejadian 45 menit yang lalu. Rasa sakit akibat luka di sudut bibir pun sudah tak ia rasakan. Begitu pula jantungnya yang semakin berdebar kencang diiringi suhu tubuhnya yang berubah drastis. Segerombolan siswa yang memenuhi mading di koridor tengah pun mengalihkan perhatiannya. Zie pun dibuat bingung dengan teman-teman yang mengucapkan selamat padanya. Dapat dilihat dari kejauhan Arsya berlari kecil ke arahnya dengan wajah yang memancarkan kebahagiaan.

"Ada apa sih, Sya?" tanya Zie kebingungan.

"Gue senang banget, Zie!! Akhirnya gue dan lo bisa kepilih menjadi anggota Osis dan gue bisa modusin kak Arham."

"Wah.. selamat ya gue ikut senang-WHAT !!! GUE!? GUE JADI ANGGOTA OSIS?!"

"Iya memangnya kenapa?"

"Sejak kapan gue daftar ikut yang begituan, gue gak pernah daftar sama sekali, Sya! Bahkan minat sedikitpun itu gak ada!" kepanikan Zie menciutkan nyali Arsya untuk membuatnya tenang. Wajah Zie mulai memerah seiring emosinya yang mulai menggebu-gebu. Satu tujuannya saat ini adalah Albert, siapa lagi kalau bukan Albert yang selalu mencari masalah dengannya.

Dengan langkah yang cepat Zie berjalan menuju kelas Albert, sesampainya disana terlihat albert yg memancarkan senyuman manisnya. Zie mulai berjalan mendekat ke arahAlbert yang mulai menyadari kehadiran Zie di kelasnya. Senyum Albert memudar tergantikan dengan cengiran wajah tak bersalahnya.

Bugh..

Bogeman mentah yang dilayangkan Zie berhasil membuat Albert jatuh tersungkur, namun tak butuh waktu lama Albert bangkit dan mencoba berbicara pada Zie yang berjalan ke pintu keluar.

"Ya, emang gue yang masukin lo ke anggota OSIS." Teriak Albert. Langkah Zie terhenti tatkala seorang yang bertubuh tinggi menghalangi langkahnya. Zie mulai mengadahkan kepalanya dan terkejut melihat cowok yang ada dihadapannya saat ini.

"Sekarang kamu anggota OSIS kan? Pulang sekolah kita ada rapat di ruang OSIS. Kalau kamu tidak datang, saya tidak segan untuk mengeluarkan kamu."

"Ya memang itu tujuan gue, gue mau keluar. Apa untungnya gue masuk organisasi yang gak menguntungkan bagi gue, ibarat kerja tapi gak dibayar. Menghabiskan waktu dan biaya doang. Lagi pula kalau gue masuk OSIS bisa buat gue dapat rangking? Enggak kan?"

"Kalau itu memang pilihan kamu ya sudah. Mungkin ini pilihan terbaik kamu. Terus menerus menjadi SAMPAH masyarakat di sekolah ini."

Zie membelalakkan matanya, begitupun seiisi kelas yang awalnya ribut menjadi hening seketika, semua pandangan tertuju pada Zie yang mematung melihat kepergian Arham setelah melukai harga dirinya. Arbert pun menatap Arham tak percaya.

"Albert tolong jangan lupa bawa berkas yang kemarin dikasi pak Imam ke saya dan jangan lupa pulang sekolah kita rapat di ruang Osis." Ucap Arham sebelum benar-benar pergi meninggalkan ruang kelas. Kepergian Arham menyadarkan Zie dari lamunannya, dengan langkah cepat Zie keluar kelas dengan wajah yang penuh dengan kebencian.

***

"Hai, Ar!" sapa Nirla bergelayut manja di lengan Arham

"Kamu mau nggak temenin aku shopping pulang sekolah nanti? Aku tu pengen beli baju, sepatu, tas, make up terus aku juga mau makan di restoran yang baru buka itu. Kan selera kita sama tu, sama-sama suka katsu, nah kata teman-teman aku katsu nya enak banget, harganya juga terjangkau kok, satu porsi Cuma 350 ribu doang."

"Gak, saya sibuk."

"Iiiiihh... kok kamu jahat gitu sih sama aku, kamu udah nggak sayang lagi sama aku? Kamu lebih milih organisasi dari pada aku?"

"Ya."

"Ayolah, Ar. Kita udah lama gak jalan bareng, kamu gak kasian dengan aku? Kalau kamu gak mau temenin aku, oke kalau begitu aku mau laporkan kamu ke papi kamu!"

"Malam. Saya jemput kamu jam tujuh malam."

"Yeyyy... makkasih ya sayang." Arham yang mulai risih langsung menghentakkan tangannya hingga Nirla tersentak ke belakang dan Arham kembali duduk di bangkunya.

***

Kring...Kring

Jam pelajaran hari ini sudah berakhir, setelah mempersiapkan barang-barangnya Arham langsung menuju ruang rapat hari ini. Saat membuka pintu ruangan Arham dikejutkan dengan sampah yang memenuhi ruang Osis tersebut, kertas-kertas, plastik, tinta printer semuanya berserakan di lantai maupun di meja. Arham sangat terkejut dengan insiden ini, namun dia berusaha untuk tetap tenang dan berbalik arah meninggalkan ruang itu. Dengan langkah setengah berlari akhirnya ia menemukan orang pertama yang dicurigainya.

"Stop." Suara Arham berhasil menghentikan sosok berjubah hitam tersebut. Namun tak lama kemudian sosok itu mempercepat langkahnya mengabaikan Arham.

"Saya tau siapa kamu." Sosok itupun kembali menghentikan langkahnya dan berdiam pada posisi membelakangi Arham.

"Jika kamu ada dendam dengan saya, tolong katakan! Jangan hanya jadi PECUNDANG yang berani di belakang."

Hening

Tak ada satu katapun yang terlontar diantara keduanya. Posisi mereka pun masih pada posisi yang sama, perlahan sosok itu melepaskan jubahnya dan...


Bersambung ~

Terima kasih sudah membaca cerita saya :) Jangan lupa Vote dan Komentarnya ya gaes... ;)

GlassesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang