Chapter 10

31 2 2
                                    

***

Goresan demi goresan pensil berayun indah di secarik kertas putih yang mulai menjadi sebuah sketsa yang indah tangan lentik itu begitu terampil dengan pensil yang ada di tangannya, mata bulat itu begitu fokus menatap kertas itu.

Brak…

Sontak Zie terkejut hingga pensilnya patah merusak gambarannya. Tatapan tajam langsung diterima Arsya yang hanya menanggapi dengan sebuah senyuman ketakutan.

“Ihh tu mata biasa aja kali, galak amat gue niatnya baik kok.” Arsya memberikan sebuah roti dan sekotak teh.

“Makkasih.”

“Oh iya ada kabar baru nih, jadi tadi gue liat mading terus katanya Osis/Mpk lagi ngadain event ya?”

“Event apa?”

“Itu… yang ngadain camping gitu.”

“Ohh”

“Lo pasti ikut kan, secara lo kan anak osis, gue sih so pasti ikut dong, kan disana ada babang Sean. Pasti seru deh.”

“Genit banget si. Gue mah ogah ikut yang begituan, mendingan gue latihan basket seharian dari pada ikut yang begituan. Lagipula kaki gue masih sakit.”

“Ahh lo mah gak asik.”

Saat tengah asik mengobrol kedatangan Salsabila menjadi perhatian mereka, putri adalah anak kelas 10 Ips 4 dan juga merupakan anak osis yang paling suka cari muka ke kakak kelas.

“Zie sekarang kumpul di ruang osis dan Arysa tolong umumkan ke yang lain kalau sehabis istirahat ada kerja bakti karena besok sekolah kita dipakai untuk olimpiade sains.” ujar Salsabila lalu pergi menginggalkan Zie dan Arsya.

“Enak aja nyuruh-nyuruh, lo kira gue pembantu lo.” gerutu kesal Arsya bangkit dari kursinya.

***

“Kali ini kita akan bakti sosial di lingkungan sekolah dan masyarakat disekitar sini, disetiap titik berjumlah dua orang, satu orang senior dan satu orang junior, dan kalian bebas memilih siapa partner kalian,jadi saya harap kita semua dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Sekian dan Terima kasih.”     

Setelah pengarahan dari Arham, mereka mulai mencari pasangan masing-masing. Ada yang berpasangan karena mereka pacaran, ada yang karena modus sekalian Pdkt, ada yang pasangan gosip, dan masih banyak lagi. Namun berbeda dengan Zie yang sedari tadi hanya sibuk dengan roti ditangannya. Namun sebuah genggaman- hm bukan- ini lebih ke sebuah cengkraman di pergelangan tangan Zie mengagetkannya. Sontak Zie mengarahkan kepalanya melihat siapa yang mencengkram tangannya itu.

Zie hanya dapat menelan salivanya saat mengetahui orang yang mencengkram tangannya tersebut adalah Arham.

“Apa kamu gak dengar peraturan yang kemarin dibacakan? Atau kamu tuli?  Atau jangan-jangan kamu bodoh sampai-sampai kamu tidak bisa mengartikan peraturan tersebut. Atau aku harus bacakan lagi peraturan tersebut yang mengatakan saling menghargai jika ada yang berbicara do depan atau sedang mengemukakan pendapatnya.”

Merekapun saling beradu tatapan tajam, telinga Zie mulai memanas mendengar hinaan-hinaan yang dilontarkan Arham.

“Oh kak Arham dengan Zie ya. Kok kak Arham mau sih pasangan dengan sampah masyarakat.” semua mata pun tertuju pada Arham dan Zie, dengan hentakan keras, Zie berhasil meloloslan tangannya dari cengkraman Arham.

“Engg--”

“Iya saya berpasangan dengan dia, sekarang kita mulai baksosnya dari sekarang.” Zie membelalakkan matanya menatap tak percaya penuturan Arham yang semena-mena.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GlassesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang