Happy reading ^_^
"OMG.... ini kan baju dress merek Gucci keluaran terbaru. Dan ini asli. Bukan yang dijual di tanah abang. Astaga.. ini cantik banget. Zie gue tau lo gak suka pake dress, jadi ini buat gue aja ya." Teriak Arsya membuat seisi kelas mengerumuni bangku Zie dan Arsya.
Pandangan Zie teralih menatap dress yang sedang di pegang Arsya. Dress itu sangatlah indah dan pasti harganya sangat mahal. Bagaimana tidak? Dress selutut berwarna putih itu sangatlah elegant, dengan bordiran bunga mawar putih disekitar bahu dan taburan mutiara di bagian pinggang membuat wanita manapun terpana melihatnya.
"Zie, lo pacarnya kak Arham?"
"Sejak kapan lo jadian dengan kak Arham?"
"Bukannya kak Arham pacarnya kak Nirla?"
"Apa lo PHO di hubungan mereka?" segelintir pertanyaan dari teman sekelasnya membuat Zie berkalut dengan pemikirannya, mencoba mencerna detik demi detik kejadian yang baru saja dialaminya.
"Lo kok diam aja, Zie?"
"BUKAN!! Gue bukan pacar ataupun gebetannya kak Arham!" Zie pun langsung bergegas keluar kelas meninnggalkan tatapan kebingungan dari teman-temannya. Tujuan utamanya kali ini adalah kantin. Baginya kantin adalah tempat yang paling tepat untuk menghilangkan segumpal pemikiran yang tak berujung di otaknya.
Sepiring siomay dan segelas es teh tak lagi menggiurkan bagi Zie. Sedari tadi ia hanya mengaduk-aduk makanan dihadapannya. Tak lama kemudian Albert datang dan langsung duduk di sebelah Zie.
"Lo kenapa, Zie? Jangan melamun, ntar kesambet loh." Albert menyadarkan Zie dari pemikirannya, membuat Zie langsung menjitak jidat Albert yang sedang memakan siomay miliknya.
"Arghh." Ringis Albert mengeluarkan kembali siomay yang ada di dalam mulutnya.
"Iishh jorok banget sih, Al!!"
"Lo tadi makan apa sih? tenaga lo kok kayak tenaga Gatot kaca, sih? Sakit tau!" Ringis Albert mengusap jidatnya yang memerah.
"Siapa suruh lo makan siomay gue!"
"Habisnya dari tadi lo Cuma aduk-aduk ni siomay tapi gak dimakan jadi gue kasian liat tu siomay dari tadi manggil minta dimakan jadi gue makan. Nih gue balikkin lagi." Ucap albert memberikan siomaynya.
"Gak mau!! itu kan bekas mulut lo!"
"Ya udah gue makan lagi." Albert langsung melahap habis siomay di hadapannya. Membuat zie seketika merinding melihat tingkah sahabatnya yang super jorok itu.
"Bye, gue mau ke kelas dulu."
***
Menikmati senja adalah kegiatan rutin yang baru-baru ini menjadi kegemaran Zie. Matanya terpejam tatkala hembusan angin yang menyejukkan menerpa wajahnya. Garis lengkung di sudut bibirnya menjadi tanda yang mewakiliperasaannyasaat ini. Matanya yang bulat perlahan terbuka, menyaksikan langit senja yang perlahan tergantikan oleh gelapnya malam. Tanpa sadar sepasang mata di sudut taman sedang memperhatikan Zie yang duduk di sebuah ayunan besi. Menatapnya seolah sedang menyaksikan kebahagiaan entah datang dari sudut pandang mana. Pandangan zie teralih mellihat seseorang yang sedang berjalan menuju ke arahnya .
"Zie? Ngapain lo disini?"
"Suka-suka gue lah emangnya tempat ini punya lo?" Albert hanya mengerucutkan bibirnya.
"Lo mau gue nyanyiin gak?"
"Enggak"
"Oke bentar ya." Albert pun langsung mengeluarkan gitarnya dan mulai mengalunkan melody yang indah.
Loving can hurt
Loving can hurt sometimes
But it's the only thing that i know
When it gets hard, you know it can hard sometimes
We keep this love in a photograph
We made these memories for ourselves
Where our eyes are never closing
Hearts are never broken
And time's forever frozen still
So you can keep me
Inside the pocket of your ripped jeans
Holding me closer 'til our eyes meet
You won't ever be alone, wait for me to come home
Photograph -Ed Sheeran-
"Keren baget.. gue baru sadar teman gue yang satu ini jago main gitar" ucap Zie bersorak ria.
"Iya dong, gimana? Gue makin tambah ganteng kan, menurut blog yang pernah gue baca, cewek itu paling suka dengan cowok yang jago main gitar, karena katanya kalo cowok jago main gitar itu gantengnya nambah lima puluh persen. Nah.. sekarang pasti lo udah mulai suka kan dengan gue?"
"Masa sih? Kok menurut gue muka lo kagak berubah sih, tetap seperti kayak biasa. Iya, gue suka sama lo, kan elo sahabat gue satu-satunya."
"Aeelah.. Zie. Lo gak bisa bohong dikit gitu, biar gue senang. Lo gak liat ya kalo di dalam sini merasakan perih yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata." Ucap Albert menunjuk dadanya.
"Alay lo. Lebih baik gue jujur dan menyakitkan lo sekarang. Dari pada lo gue kasi harapan terus digantungin bertahun-tahun tanpa kepastian terus pas lagi sayang-sayangnya lo baru gue kasi tau kalo sebenarnya gue gak ada rasa sama lo, lebih sakit yang mana?"
"Ya.. gak bakalan sakit kalo lo terima dan membalas perasaan gue."
"Sayangnya sesuatu yang dipaksakan itu gak baik jadi gue gak mau memaksakan hati gue untuk mencintai orang yang gak gue cinta." Ucap Zie bangkit dari ayunan mengambil tasnya dan langsung pergi meninggalkan Albert yang membisu menatap kepergiannya.
Sepanjang perjalanan pulang Zie hanya berkecamuk dalam pikirannya, ada rasa iba saat melihat ekspresi Albert seperti tadi . Tapi apa boleh buat? Itu adalah jawaban yag sudah Zie pendam sejak lama. Terkadang Zie berpikir lebih indah masa kecil dari pada masa remaja, karena masa kecil tidak mengenal cinta.
Langkah Zie terhenti saat melihat Albert yang berdiri di depan pintu rumah berwarna putih itu. Zie hanya bersikap tenang, berjalan mendekati Albert yang berusaha menghalangi Zie agar tidak masuk ke dala rumah.
"Apa lagi?"
"Gue mau minta maaf kalo selama ini lo risih dengan sikap gue yang selalu bilang cinta sama lo."
"Gue juga mau minta maaf sama lo, kalau selama ini gue selalu bikin lo sakit hati. Tapi jujur, Al. Gue gak mau bikin lo penasaran dengan apa yang ada di hati gue, gue gak mau bikin lo nunggu. Karna gue tau menunggu seseorang itu bukanlah hal yang mudah."
"Ya memang tidak mudah memutuskan untuk menunggu seseorang, bisa saja berakhir manis atau sebaliknya, pada akhirnya lukalah yang akan di dapat, bukan kebahagiaan yang diharapkan. Terima kasih Zie. Lo udah buat gue sadar cinta itu tidak harus memiliki dan gue harap lo masih mau sahabatan dengan gue."
"Gue juga berterima kasih sama lo, Al. Karena lo udah mau ngertiin gue dan gue harap persahabatan kita jangan sampai hancur karena hal sepele seperti ini."
Albert pun langsung memeluk erat Zie, menyalurkan rasa kecewa, sedih, senang yang bercampur menjadi satu di benaknya.
Bersambung~
![](https://img.wattpad.com/cover/90964463-288-k858128.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Glasses
Teen FictionMencintai diam-diam itu nikmat Cemburu memang bukan hak, memiliki apalagi Hanya sebatas memandang, tapi rasa membuncah tak karuan. Sakit tapi apa daya Karena nyatanya dia bukan atau bahkan tak termiliki. Cerita ini mengisahkan tentang seorang gadis...