Chapter 10

706 27 3
                                    

BTak lama kemudian, Fridho keluar kelas, tidak menoleh dan memperdulikan teman-temannya. Ntah karena alasan apa. Hatinya saat ini tidak karuan, pikirannya kacau, dadanya terasa sesak.

Ia berlari melewati beberapa koridor sekolah,Dan berharap tidak ada yang mengikutinya.

“Tris, danau nya bagus ya? Pantesan kamu  suka dateng kesini”

(melamun dengan tatapan kosong)

***Trisa POV**

‘Makasih Frik, ternyata lo gak sepenuhnya marah sama gue’

‘tapi kenapa lo masih gak mau ngomong sama gue?’

‘lantas, apa lo sama Frita udah jadian. Sampe-sampe dia marah karena elo bela gue?’

‘gue pusing Frik, gue harus apa? Gue gak tau pasti perasaan gue kali ini, tapi rasanya sakit banget’

***Author POV***

“Trisa, lo dengerin gue gak sih” tukas Yudho dan menggoyangkan tangan Trisa

“eh..eh.. a.. aku denger kok kak. Iya ice cream nya enak” ujar Trisa dan tersenyum kecil lalu menatap danau lagi

“tuh kan, udah gue duga,, badan lo emang di sini. Tapi pikiran lo di mana-mana kan?”

“gak kok kak”Ujar Trisa menutupi kesalahannya

“Buktinya jawaban lo gak nyambung sama apa yang gue Tanya” ujar Yudho dengan nada yan agak sedikit kesal”lo suka kan sama Fridho?”

Pertanyaan itu sontak membuat hati Trisa menohok, hatinya bagai tertusuk ribuan jarum. Mengapa tibatiba Yudho menanyakan hal yang Trisa sendiri belum tau jawaban sebenarnya,tapi yang jelas perasaan nya kini campur aduk

“gak mungkin lah, masa iya! Fridho sahabat gue kdari kecil. Dan dia udah jadi punya Frita ka.lagian aku males pacaran” Tuas risa dengan sedikit terkekeh untuk menutupi ekspresi bahwa dirinya sedang dilanda kegusaran

“jadi, secara gak langsung lo nolak gue dong?” Tanya Yudho dengan menloeh kearah Trisa

“maksudnya?” Trisa bingung dan bertanya dengan polosnya

“gue kan kemaren nembak lo, dan gue juga bilang gak terima penolakan! Kalo lo butuh waktu gue bakal kasih waktu” Balas Yudho lagi

“Maafin aku kak. Gak bisa jawab sekarang”

Sore berganti malam, kini sudah jam 7 malam. Setelah berkeliling dan makan Trisa memilih ingin pulang kerumah karena takut keluarganya khawatir, tapi ia takut Cuma perasaannya saja.Orang tua Trisa kini memang berubah, tepatnya setelah Quila meninggal.

Trisa memasuki Rumah setelah Yudho telah tak tampak lagi karena telah berbelok dari perempatan di simpang blok perumahannya. Trisa memilih langsung memasuki kamarnya ketika melihat semua orang saat ini tengah sibuk dengan urusan mereka masing-masing.Ketika melangkah menaiki anak tangga pertama tangan Trisa seperti di cekal. Ternyata hal itu benar, orang yang mencekal tangannya adalah Dinda sang mama
“dek, kok baru pulang? Masuk rumah itu harus salam.” Tukas Gavino
“Maaf, Aku capek pa” Timpal Trisa lagi dan berusaha untuk melepaskan cekalan Dinda

“Dek, jangan kasar ngomong sama Papa, Mama gak pernah ngajarin kamu buat gak sopan sama orang tua”

Memperhatikan mama nya yang terus mengomeli Trisa memilih seolah tidak mendengarnnya, Tirta yang melihat itu,
sebenarnya tidak tega tetapi dia juga takut untuk menentang orang tuanya. Dari atas Thariq mucul dan melepaskan cekalan Dinda’

“Udahla Pah,Mah. Trisa itu capek. Gak ada gunanya marah-marah dalam kondisi kayak gini”ujar Thariq dan berusaha berpikir dewasa.

Karena ucapan itu cekalan tangan itu mulai mengendur dan Trisa sepenuhnya melepas dan melanjutkan langkah menuju kekamarnya

“Makasih” Tukas Trisa ketika posisinya tepat di samping Thariq

‘maafin gue dek, Cuma ini yang bisa gue kasih ke elo. Ntah kenapa tiap gue mau berbuat lebih, hati gue sakit banget karena inget yang lo perbuat ke Quila’ Batin Thariq

Trisa masuk dan langsung menutup pintu ,Sakit! Satu kata itu yang ia rasakan saat ini. Ingin saat itu ia memeluk papa dan mamanya dan kedua kakaknya.tak lama Handphone Trisa berdering menandakan sebuah pesan masuk, Ia langsung membukanya

Angga :”Tris, lo lagi sama Fridho?”

Me :” gak lah, gue baru aja pulang sama Yudho. Kenapa?”

Angga :”Gawat! Fridho belum pulang ke rumah! Nyokapnya tadi nagis-nangis nelfon gue”

Me :”Gue bakalan cari dia”

Walaupun dalam situasi ruang yang gelap dan tubuh yang sudah lelah, Fridho terus melanjutkan dribble dan berkali-kali menshoot bola ke ring sampa akhirnya tubuhnya terbaring  di atas lantai lapangan indoor. Di sini lah Fridhosekarang di lapangan basket indoor.

“Belum puas nyakitin hati lo, sampe-sampe bola basket lo korbanin” Tukas seseorang yang tiba-tiba muncul membuka pintu dan menyalakan lampu ruangan

“ngapain kakak di sini?” Tanya Fridho dengan sopan

“gue nanya malah balik nanya.gak sopan lu! Jawab pertanyaan gue dulu kali” Tambahnya

“Gak kok kak, Cuma iseng doang.sekalian olahraga” balas Fridho sembari tersenyum kecil menutupi suasana hatinya saat ini

“gue tau masalah hati lo sekarang,curhat aja kali Sad” tersenyum kearah Bagas

‘Sad, Cuma Yudho yang manggil dengan nama itu dan Rachel’

Sosok itu kembali terngiang di kepala Fridho,mengapa nama itu muncul lagi. Kenapa harus muncul di saat riuh seperti ini?Setetes bulir air mata jatuh di pipi Fridho

“kenapa? Lo kangen sama adek gue? tenang gue juga ngerasain hal yang sama kayak lo” Tukas Bagas. Laki-laki itu adalah Bagas.

‘adek?  Siapa yang laki-laki ini maksud dengan sebutan adek?’

“Rachel itu adek gue, semua cerita tentang lo, keseharian lo gue tau dari dia.orang yang sempat lo suka bahkan sampai sekarang gue tau”

“bagaimana bisa? Rachel gak pernah cerita ke aku kalau dia punya seorang kakak”

Trisa sangat lelah elah berlari mencari Fridho kesana-kemari, semua tempat yag sering Fridho kunjungi, tapi satu tempat yang belum Trisa periksa yaitu lapangan indoor. Ketika ingin membuka knop pintu ia melihat ternyata Fridhoa ada di sana dan berniat ingin masuk namun niat nya terhenti ketika melihat Bagas ada di sana

Trisa memilih untuk keluar dan ketika ingin menutup pintu kembali, sedikt ia mendengar pembicaraan kedua orang itu yang menceritakan orang yang sempat disukai Fridho.ketika Bagas menyebutkan nama Rachel, Hati Trisa kembali tertohok karena seolah tidak terima kalo Fridho dekat dengan orang lain

“Rachel gak mau bilang ke temnnya kalo diapunya kakak,karna apa? Dia merasa kao dirinya gak pantas buat punya kakak” jelas Bagas kepada Fridho

“Maafin aku ak” Ujar Fridho dan tertunduk lemas

‘untuk apa Fridho meminta maaf kepada Bagas? Apakah ia pernah berbuat salah’

Trisa merasa tidak sopan untuk mendengar masalah pribadi seseorang,jadi Trisa memutuskan untuk pulang dan mengirim pesan kepada Angga untuk memberitahu keadaan dan posisi Fridho sekarang, agar Anngga dapat menjemputnya

“Mungkin karena perempuan itu sikap kamu berubah Frik”

“aku kangen banget”

“ternyata banyak yang terjadi selama 3 Tahun aku ke Belanda,mngkin aku yang merusak momen kalian berdua. Apa seharusnya aku balik lagi ke Belanda?”

“Ya Tuhan, Berikan hambamu ini petunjuk dan ketabahan. Semoga kamu baik-baik aja Frik. Siapa aja yang bakalan nemenin kamu nanti, aku harap hidup kamu selalu senyum dan bahagia ya”

Thanks guys dan para sanak, mau tanya nih, happy ending atau sad ending? Trus vite aku teman-teman, saranghae💕💞

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang