Toronto, Kanada
Joy masuk ke kamarnya dan membanting pintu lalu menguncinya. Mengambil figura berukuran 75×55cm di dinding yang terpampang fotonya dengan kedua orangtuanya."Kenapa?" Joy memandangi wajah ibunya di foto itu.
"Kenapa ibu harus pergi? Bukan, kenapa ibu tidak mengajakku pergi? Aku tidak mau ditinggal seperti ini! Ini tidak adil!"
Joy membanting figura itu kelantai dengan kuat. Menyebabkan kaca di figura itu pecah. Joy melangkahkan kakinya ke atas kaca. Menginjaknya hingga kakinya berdarah. Ia tidak peduli. Ia lalu menuju meja rias. Mengambil vas yang berisi air dan bunga mawar dimeja lalu melemparkannya ke cermin rias. Melempar semua peralatan makeup dari meja meja rias, melempar kursi, dan menghancurkan semua yang ia bisa hancurkan dikamarnya.
Joy terduduk dilantai. Penampilannya sangat kacau sekarang. Ia menangis.
Bukan karena kakinya yang semakin banyak mengeluarkan darah. Tapi karena ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa ia benar-benar ditinggalkan oleh ibunya. Ditinggal dalam artian bahwa ibunya sudah meninggal. Meninggal. Memikirkannya membuat Joy sesak. Ia tidak sanggup. Bahkan, ia tidak sempat mengucapkan kata terakhir untuk ibunya.
❇❇❇
FLASHBACK
Joy terbangun ditengah tidurnya. Ia melirik jam di dinding. Pukul 2:35 dini hari. Tenggorokannya terasa sangat kering, ia menoleh ke arah meja. Lalu mendesah kesal. ia lupa menyiapkan segelas air. Akhirnya ia pun memutuskan untuk ke dapur mengambil minum. Saat Joy menuruni tangga ia mendengar suara ibunya dari arah ruang tamu."Kenapa baru pulang?" Suara Ibu terlihat serak seperti habis menangis.
"Ada pekerjaan" Ayahnya hanya menjawab sekenanya.
"Pekerjaan dengan wanita gelapmu?" Saat itu Joy segera berjalan menuju ruang tamu dengan mengendap-endap. Lalu bersembunyi dibalik tembok.
"Bicara apa kau!" Ayahnya terlihat tidak terima.
"Jangan mengelak, aku tahu..." Ibunya terlihat menahan tangis.
"Aku tahu hubungan kalian! Aku tahu dari 4 tahun yang lalu! Tapi aku sudah tidak kuat, aku kira kau akan berubah! Tapi apa? Kenapa kau melakukan ini padaku? Pada Sooyoung?"
Joy membatu. Ibunya sangat jarang berbicara dengan nada tinggi. Dan apa maksudnya ini? Ayahnya punya wanita simpanan? Selama 4 tahun? Dan Joy tahu, saat ibunya memanggilnya dengan nama koreanya 'Sooyoung' itu berarti ini adalah suatu hal yang sangat serius.
"Aku juga tahu kalau kau sudah tahu tentang semua ini. Jadi aku sudah menyiapkan surat cerai yang tinggal kau tanda tangani. Soal Joy, aku tidak keberatan untuk mengasuhnya"
"Tidak! Kau tidak bisa memperlakukan aku dan Sooyoung seperti ini! Tidak bisa!" Ibunya mulai menangis.
"Diam! Aku muak denganmu kau tahu? Beberapa tahun kebelakang kau selalu mengatur ku. Tidak, dari tapi dari dulu. Seakan aku ini cuma robot! Aku lelah Sooyeon!" Ayahnya berteriak pada Ibunya.
Joy tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi. Teganya ayahnya memperlakukan ibunya seperti ini. Dengan mudahnya berkata akan menceraikan ibunya? Ia bahkan tidak sudi diasuh oleh ayahnya dan wanita simpanannya itu.
"Jadi kau memang memilih Clara dibanding aku?" Ibunya berkata lirih.
"Ya! Aku aku memilih Clara dibanding wanita psikopat seperti dirimu!" Ayahnya semakin meninggikan suara. Apa-apaan mengatai Ibunya psikopat?! Joy tidak tahan dengan ini. Jadi dengan segenap keberaniannya, ia keluar dari tempat persembunyiannya.
