Suara angin sore memain-mainkan rambut hitam Luhan. Wajah tampannya terlihat berkharismatik. Ia masih memain-mainkan bola di kakinya yang lincah. Nampak beberapa murid sedang menunggu jawaban dari sang penguasa lapangan hijau. Mereka terlihat penasaran dengan jawaban Luhan, terlebih Hyorim. Hati gadis manis itu bagai terombang-ambing di tengah badai.
"Hei, Xi Luhan, apa jawabanmu?" tanya Winwin penasaran.
Luhan menghentikan aksinya sesaat. Bola matanya menatap intens ke retina Tzuyu. Tatapan mata itu ... Astaga sungguh akan membuat Tzuyu mati kehabisan oksigen jika Luhan terus menatapnya seperti itu. "Kau gigih juga, ya?" Luhan tersenyum.
Wajah Tzuyu bersemu merah.
"Bukankah ini sudah ke tiga kalinya kau menyatakan perasaanmu padaku, hei Chou Tzuyu? Dan jawabanku tetap sama. Tidak akan pernah berubah."
Kontan saja jawaban Luhan tadi membuat ribut teman-temannya. Mereka tak menyangka Tzuyu sudah tiga kali ditolak oleh orang seperti Luhan.
Padahal jika dia mau, masih banyak pemuda tampan yang mau menjadi pacarnya. Luhan bukan anak orang kaya, prestasinya biasa-biasa saja di sekolahnya. Hal yang menarik dari dirinya ialah dia sangat menonjol dibidang olahraga. Sepak bola. Ya, mungkin itulah salah satu daya tariknya tersendiri.
Luhan menoleh pada Hyorim yang tengah menatapnya sendu. Lalu kembali lagi fokus menatap Tzuyu. "Maaf, Chou Tzuyu tapi ada seorang yang sudah aku sukai sejak kecil. Dan perasaan itu tak berubah hingga saat ini." Luhan mengatakannya dengan tegas namun tetap lembut.
"Siapa?" Kejar gadis berkulit putih itu penasaran. Karena ia merasa Luhan tak pernah sekalipun terlihat dekat dengan gadis manapun selama ini.
Luhan acuh.
"Apa aku mengenalnya?"
Dan bisikan demi bisikanpun pecah. Mendesis bak gerombolan lebah yang sedang mendengung seolah rumahnya dilempar batu. Tapi Luhan tak mengidahkan hal itu, ia tersenyum. "Tentu saja."
Tubuh Hyorim bergetar saat mendengarnya. Ia takut Luhan akan menyebut namanya dan jika itu terjadi maka dia akan di-bully oleh teman-teman Tzuyu. Atau lebih parahnya lagi bahkan satu sekolah. Hyorim tahu keberadaannya di negri Cina itu cukup terdiskriminasi sejak dia masuk SD hingga SMA kini. Siapa lagi yang dekat dan yang membantunya selain Luhan dan Lay?
Masih teringat jelas dalam memory otaknya kejadian beberapa waktu lalu di tahun pertama ia masuk SMA saat pelajaran seni lukis. Saat itu ia terburu-buru meninggalkan kelas hingga lupa mengunci lokernya. Usai pelajaran kesenian ia mendapati lokernya sudah tak bisa dibuka lagi dan ia yakin seseorang telah merubah kata sandinya.
Alhasil ketika pelajaran olahraga ia dimarahi oleh guru Han karena tak mengenakan baju olahraga. Meskipun sudah menjelaskan permasalahannya namun guru Han tak mau mendengarkan alasan. Iapun dihukum membersihkan toilet usai sekolah.
Untung saja Lay ikut menemaninya dengan cara membuat keributan saat pelajaran tersebut berlangsung. Jadilah Lay dan Hyorim membersihkan toilet sekolah.
Luhan tentu saja tidak tidak tahu karena dia berada di kelas yang berbeda. Luhan di kelas 3 sedangkan Hyorim baru di kelas 1 bersama Lay.
Lay Zhang adalah tetangga baru Hyorim dan Luhan, rumahnya tepat di samping tempat mereka tinggal. Diam-diam Lay tahu kalau Luhan menyukai Hyorim meski gadis itu agak pendiam.
Hyorim kembali pada keadaannya saat ini. Ia sadar dirinya telah jatuh cinta pada Luhan tanpa ia tahu sejak kapan dimulainya bibit-bibit cinta itu bersemi di hatinya. Ia menunggu jawaban Luhan.
"Aku tidak akan memberitahumu karena itu sangat rahasia," jawab Luhan santai kemudian dia menggiring bolanya kembali ke lapangan dan meninggalkan Tzuyu yang mematung dengan wajah bak kepiting rebus.
VOCÊ ESTÁ LENDO
[SUDAH TERBIT] ✅ There We Are [Versi Wattpad Tidak Lengkap]
FanficVERSI WATTPAD TIDAK LENGKAP 💟💟💟 Blurp Kai tersenyum tipis. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan, tapi semua kata-katanya hanya tersangkut di tenggorokan. Mereka seperti anak kecil yang baru bertemu. Hingga akhirnya Kai mengawali pembicaraannya...