Hyorim mendorong tubuh Luhan. Ia mengatur nafasnya sejenak. Ciuman Luhan membuat kepalanya pusing. Tubuhnya bergetar. Jantungnya seperti merosot turun ke perutnya. Luhan ... apa yang terjadi padamu? Dengan sikapmu yang seperti ini justru aku takut. Hyorim menatapnya nanar.
Sementara Luhan kembali menyerangnya. Pemuda itu seakan ketagihan akan mulut kecil kemerahan bak stroberi. Seolah bibir Hyorim mengandung candu. Tak peduli Hyorim meronta minta dilepas namun Luhan semakin agresif. Tangannya menarik tali piyama yang dikenakan Hyorim.
Hanya sekali tarikan, piyama itu menjuntai ke bawah membuat gadis itu membelalakkan matanya kaget. Kini tubuhnya tak tertutupi sehelai benang pun.
Luhan tersenyum aneh melihat tubuh Hyorim yang tak lagi tertutupi sehelai benangpun.
"Lu ... hmp ..." Hyorim ingin berteriak tapi mulutnya terkunci. Matanya terpejam takut. Bayangan akan masa lalunya dengan Jon In terjadi kembali. Tapi saat ini berbeda, karena Luhan tidak sedang di bawah pengaruh apapun.
Luhan membawa gadis itu ke tempat tidurnya. Kembali menciumnya dengan lembut dan melampiaskan hasratnya pada gadis yang dicintainya itu.
🍬🍬🍬 Timeless 🍬🍬🍬
Sinar matahari menerobos masuk melalui celah jendela kamar Hyorim. Mentari sore sudah hampir tenggelam hingga meninggalkan semburat kemerahan di ufuk barat.
Hyorim berdiri mematung di dekat jendela. Masih mengenakan piyama itu kembali, ia merasakan angin sore yang menghempaskan udara sejuk ke wajahnya. Gadis itu memejamkan matanya.
Memikirkan nasibnya yang sangat menyedihkan. Ia ingin menangis tapi tak bisa, airmatanya mungkin sudah kering. Dalam dua bulan terakhir ia dua kali melakukan hal itu dengan pria yang berbeda.
Angin kembali meniup wajahnya membuat gadis itu membuka matanya barang sejenak. Seharusnya tadi ia menolak tegas saat Luhan mulai menciumnya dan tentunya kejadian itu tak akan terjadi jika dia menyuruh Luhan keluar. Tapi apa boleh buat, Hyorim terlanjur mencintai Luhan. Dan Luhan melakukannya tidak kasar. Yang ia herankan kenapa usai melakukan hal itu darah kembali menodai sprei hijaunya? Kenapa ada darah yang keluar? Sungguh Hyorim tak mengerti. Bahkan Luhan terlihat puas melihat bercak darah menghiasi sprei tersebut.
Mendadak dari belakang, sepasang tangan memeluk tubuhnya. Erat. Lalu ia merasakan sang pemilik mencium tengkuknya sesaat. Menikmati aroma wangi sampo pada rambut gadis itu.
"Luhan ..." ujarnya serak.
"Hm ..." gumam Luhan pelan masih menikmati apa yang dilakukan, menciumi tengkuk itu. Ia membalik tubuh Hyorim hingga berhadapan dengannya. "Kenapa?" Kembali Luhan menatapnya lembut.
Luhan selalu menawan di mata Hyorim bahkan dalam keadaan usai mandi sekalipun dia tetap menawan. Dengan rambut yang masih basah pemuda itu tersenyum cerah. Tatapannya seperti seorang yang sedang jatuh cinta.
Hyorim menunduk. "Seharusnya hal ini tak boleh terja ..."
Luhan kembali mencium mulut itu sekilas. Membuat Hyorim bungkam. "Aku mencintaimu. Aku tak peduli apapun yang telah terjadi padamu." Ia menarik Hyorim ke dalam pelukannya. "Kita akan menikah, Hyorim. Anak itu akan menjadi anakku nanti. Kelak jika anak itu lahir aku akan memperlakukannya seperti anakku sendiri." Janjinya meyakinkan.
أنت تقرأ
[SUDAH TERBIT] ✅ There We Are [Versi Wattpad Tidak Lengkap]
أدب الهواةVERSI WATTPAD TIDAK LENGKAP 💟💟💟 Blurp Kai tersenyum tipis. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan, tapi semua kata-katanya hanya tersangkut di tenggorokan. Mereka seperti anak kecil yang baru bertemu. Hingga akhirnya Kai mengawali pembicaraannya...