Dua Puluh Dua

1.3K 112 8
                                    

"To-"

Aku hendak mengatakan "tolong" tetapi Ertha menghentikannya, dia membekap mulutku dengan tangannya seraya mengkode aku untuk diam dan tidak memberontak.

"Huh, bermain dengan orang dewasa memang sulit, mereka tidak mengerti apa yang anak kecil inginkan," keluh Ertha sambil memainkan garpu di tangannya. Dia beralih pada Tiffany yang masih sekarat. "Bagaimana kalau pembuka permainannya kita habiskan saja?"

"Ma-maksudmu?" tanyaku gelagapan.

"Ya, tentu saja akan aku habisi, hmp, lagi pun tidak asyik sekali korbanku yang satu ini tidak mau menjerit, hebat-hebat."

Ertha memainkan garpu di tangannya terus menerus sambil berpikir. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan. Setelah berpikir cukup lama, dia berjalan mendekat ke arahku, ah bukan, tapi ke arah pisau yang tadi tertancap.

Dia menarik pisau tersebut kuat-kuat hingga lepas dari rak buku. Kemudian, dia kembali ke arah sepupuku.

Ertha menghela napas panjang. "MARI BERSENANG-SENANG."

Dengan cepat dan tanpa kusadari Ertha menghunuskan pisau yang ia genggam erat-erat ke arah perut sepupuku itu.

CRAT

Seketika suasana menjadi mencengkam. Pisau berkilau itu tertancap di perut Tiffany. Dari mulut Tiffany keluar darah saat ia terbatuk, dia menangis dalam diam. Kurasa itu terlalu sakit sampai ia tidak bisa berkata-kata.

"TIFFANY!" aku menjerit seraya mencoba melepaskan ikatan tanganku lagi.

"Fe-Feli," kata Tiffany lemah.

"TIFFANY!"

Aku terus saja memanggil-manggil namanya sampai aku sadar kalau aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Ertha memainkan pisau itu dengan seringai yang ... ugh, menyebalkan. Dia tertawa tidak jelas sambil menggoyang-goyangkan pisau itu ke sana ke mari yang menyebabkan luka di perut Tiffany semakin memburuk.

"A!" Tiffany menjerit kuat-kuat. Suaranya melengking tinggi membuat Ertha semakin senang.

Pemandangan yang sangat tidak mengenakan ini terus berputar, aku hanya bisa diam tanpa memberontak sedikit pun. Entah kenapa, aku tidak ingin menyelesaikan pemandangan ini. Aku tidak tahu. Otakku tidak mau diajak kompromi dengan tubuhku yang menginginkan Tiffany selamat bagaimana pun caranya.

Apa aku yang seperti ini juga bisa dibilang psikopat?

TIDAK TIDAK TIDAK! Seperti Ertha? Lebih baik aku bunuh diri sendiri daripada menjadi seperti Ertha.

Tapi ... aku sepertinya begitu menikmati pemandangan ini walau merasa jijik. Kau tahu? Melihat hal yang tidak pernah kulihat sebelumnya itu begitu mengasyikkan sekali pun pemandangan sadis seperti ini.

Aku sungguh tidak tahu mengapa aku mulai menyukai ini. Setiap goresan yang Ertha ciptakan di wajah Tiffany membuatku takjub.

"Felih," Tiffany mendesis.

Ketika Tiffany memanggil namaku, aku langsung tersadar bahwa sepupuku itu ....

Sudah ....

Menghelakan napas terakhir yang dia punya.

Air mataku merosot ketika aku mengetahui hal yang menusuk hatiku tersebut. Bibirku bergetar tak berkutip sepatah kata pun. Kakiku terasa begitu dingin. Mataku menatap dengan pandangan kosong ke arah si pembunuh sepupuku tersebut.

Dia tersenyum puas dengan hiasan darah sana sini di wajahnya kemudian menjilat pisau yang dimilikinya. "Kau menikmatinya, bukan?" ucapnya dengan nada khas psikopat.

"KEPARAT! KAU MEMBUNUH SEPUPUKU DENGAN KEJI! ENYAHLAH KAU DARI SINI!"

"Jujur lah saja, kita bisa jadi partner untuk mencari korban selanjutnya," tawar Ertha.

Aku mengertak. "Mati sajalah kau!" aku mencoba melepaskan tali di tanganku dengan sepenuh tenaga yang aku miliki.

Dan ....

Aku berhasil melepaskan tangan kananku, kemudian tangan yang satu lagi juga berhasil lolos. Dengan sigap aku menyambar garpu yang tergeletak santai di atas meja. Aku berancang-ancang akan melukai Ertha agar dia bisa merasakan sakitnya menjadi Tiffany.

Perih, ternyata pahaku masih mengeluarkan darah. Aku meringis kesakitan.

Ertha tersenyum mantap. "Mau bertarung?"

***

WEH, nggak jadi hiatus :V

Um, matinya Tiffany kurang mantep, ya? :V Kalau mau mantep bayangin aja orang mbunuh beneran :V

Bagaimana ini? Feli vs Psikopat Cilik? :V

Vote dan komentar YEAH >.<)b



Psychopath ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang