Si Kepiting dan Si Undur-Undur (1)

7.8K 666 151
                                    

Waktu itu...

Mikaela -Kay begitu dia biasa dipanggil- menatap sedih ke luar jendela kamarnya di mana hujan turun dengan derasnya. Gadis kecil itu tanpa sadar menghembuskan nafas panjang untuk kesekian kalinya. Dan untuk kesekian kalinya pula menatap ke tangannya, di mana bintik-bintik merah tersebar merata. Acara yang dia rencanakan dan dia tunggu-tunggu sejak lama terpaksa dibatalkan karena sakit cacarnya. Mikaela ingin menangis setiap ingat bahwa hari ini seharusnya dia bersama-sama dengan sahabat-sahabatnya merayakan ulang tahunnya yang ke 9 di pantai. Dia dan ibunya sudah merencanakan banyak hal untuk ulang tahun ini yang ternyata harus batal karena 2 hari yang lalu dia terkena cacar air. Mikaela mengerjapkan mata, berusaha menahan tangisnya.

"Kay..."

Mikaela mendengar suara ibunya, disertai dengan ketukan di pintu kamarnya.

"Sayang, iihat siapa yang datang,"

Mikaela menoleh, menatap ibunya yang memasuki kamar bersama dengan seorang bocah lelaki. Mikaela berusaha tersenyum. Bocah lelaki itu salah satu dari kelima sahabatnya.

"Hai.." sapa tamunya, begitu ibunya keluar dari kamar.

"Hai,"

"Bagaimana sakitmu?"

Mikaela mengedikkan bahu.

Ada jeda diam sejenak.

"Aku punya sesuatu untukmu,"

Bocah lelaki itu mengulurkan tas kertas yang dia bawa kepada Mikaela.

"Apa ini?" tanya Mikaela.

"Hadiah ulang tahun untukmu. Tapi lebih baik kamu buka nanti, kalau sudah gelap."

Mikaela menatap bingung,

"Kenapa harus harus gelap?" tanyanya.

"Karena dia akan terlihat menyala dalam gelap."

Jawaban yang membuat Mikaela makin penasaran. Gadis kecil itu kemudian berdiri, menutup jendela kamarnya, lalu menutup pintu dan mematikan lampu kamar. Dengan antusias dia membuka tas kertas pemberian si bocah lelaki yang ternyata berisi toples kecil yang dilubangi bagian tutupnya. Dalam toples itu berterbangan beberapa ekor kunang-kunang.

Mikaela menatap takjub hadiahnya.

"Selamat ulang tahun Mikaela," ucap bocah lelaki itu seraya tersenyum, senang dengan reaksi Mikaela.

"Terima kasih...ini bagus sekali, aku suka," sahut Mikaela.

Mikaela senang dengan hadiahnya. Kunang-kunang adalah hewan kesukaannya. Bocah lelaki yang dia kenal sejak dia kecil ini memang selalu bisa membuatnya merasa senang. Selalu.

~*~

Sekarang.

Bumi menggeleng seraya mendengus ketika melihat tulisan cakar ayam di papan kecil yang diletakkan di depan café.

"Aku sudah bilang, jangan pernah biarkan Damar menulis menu hari ini," ucap pemuda itu begitu memasuki café seraya membawa papan tulis kecil itu di tangannya.

Damar, si pemilik tulisan cakar ayam, menoleh dan langsung cekikikan ketika melihat Bumi tanpa membuka jaketnya, menghapus tulisan di papan hitam itu lalu menulis ulang.

"Kamu sadar kan kalau dia sengaja melakukan itu untuk mengerjaimu?" tanya Yama yang sedang sibuk dengan beberapa catatan di salah satu sudut café yang memang masih sepi. Damar, yang duduk di depan Yama dan sibuk menyiapkan play list lagu-lagu, terbelalak, pura-pura kaget.

"Siapa? Aku? mengerjai dia? Mana aku berani,"

Yama hanya memutar bola matanya seraya kembali serius dengan kertas-kertas di depannya. Bumi tidak mengacuhkan ucapan sahabatnya itu, dengan tenang pemuda itu keluar, memasang kembali papan menu hari ini di depan café. Baru setelahnya, dia bergabung dengan kedua sahabatnya setelah sebelumnya menyimpan jaket dan tasnya.

Cafè The 'LilsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang