SECRET ADMIRER #5

2.5K 306 265
                                    

“Kenapa?!!” tanya Tabitha dan Mikaela bersamaan.

“Iya, kenapa?” kali ini Damar dan Banyu yang bertanya, juga bersamaan.

“Tunggu, kelihatannya kalian sudah tahu, benar?” tanya Damar lagi seraya memandang curiga kepada Bumi dan Yama yang jelas tidak tampak kaget sama sekali, “Waaah, kalian mulai main rahasia nih, ya.”

“Dam…” Bumi baru akan menjawab Damar ketika terdengar suara kaca pecah. Semua yang ada dalam ruangan itu spontan menengok ke sumber suara dan melihat ada lima orang dengan senjata pentungan dan parang sedang merusak kaca café. Spontan Yama menarik Mikaela ke belakangnya. Tabitha ditarik oleh Damar dan Banyu. Dan Bumi tanpa diminta menarik Rasti.

“Ke atas sana kalian,” suruh Damar seraya mundur ke dapur bersama Banyu. Keduanya keluar lagi membawa dua parang dan dua tongkat besi panjang yang sengaja di simpan sudut dapur untuk berjaga-jaga kalau-kalau ada orang yang sengaja atau tidak sengaja mencari masalah di cafe.

“Kalian masih di sini? Mau apa? Ikutan menari?” ucap Damar gemas ketika melihat ketiga gadis yang masih berdiri ketakutan. Tanpa diminta lagi, ketiganya langsung berlari menuju lantai atas.

Damar mengulurkan salah satu tongkat kepada Yama sedangkan Bumi mendapat parang yang diulurkan Banyu.

“Mereka ini siapa?” tanya Banyu seraya memasang kuda-kuda.

Alih-alih menjawab, Bumi melayangkan pandangannya keluar café, seberang jalan tepatnya, dan mendengkus jijik ketika melihat siapa yang berdiri sambil tersenyum pongah di sana.

“Suruhan bajingan yang aku hajar semalam,” jawabnya, tepat ketika para penyerang merangsek masuk ke dalam café.

“Nah kan, apa juga kubilang, kalian memang melakukan hal yang seru semalam dan melupakan kami!” cetus Damar.

Para perusuh itu berhenti begitu masuk ke café dan melihat empat pemuda sudah siap bersenjata. Salah seorang dari mereka, lelaki berkepala plontos dengan wajah bercodet, maju ke depan.

“Wah, sudah bersiap rupanya,” ucapnya seraya kemudian tertawa mengejek, “percuma, pemuda culun macam kalian tidak akan bisa apa-apa walau bersenjata.”

Tidak ada yang menjawab. Keempat orang yang disebut pemuda culun itu hanya berdiri dengan posisi siap bertarung dan menatap tajam ke arah si plontos.

“Begini saja, kami cuma mau kalian berdua,” si plontos menunjuk kepada Yama dan Bumi, “jadi, kalian berdua menyerah dan kami berjanji tidak akan membuat lebih banyak kerusakan di café ini. Jadi kalian tidak akan diminta ganti rugi terlalu banyak oleh bos kalian. Bagaimana?”

Tidak ada jawaban. Alih-alih Banyu maju mendekat kepada si plontos. Pemuda itu kemudian menoleh kepada Yama dan Bumi.

“Awas saja kalau sampai lain kali kalian berdua seru-seruan lagi tanpa kami,” ucapnya sebelum kemudian berbalik menghadapi si plontos lagi dan dengan sekuat tenaga menendang perut lelaki itu.

“Bos kami? Kami bosnya, Goblok!” serunya.

Dan pertarunganpun dimulai.

~*~

Dewa sedang berada di perjalanan ke bandara bersama Pedro ketika menerima telepon dari salah satu anak buahnya, melaporkan penyerangan di café.

Jethro baru selesai sarapan ketika Jenna memberitahu kalau Mikaela menelepon memberitahu tentang penyerangan di café.

Raditya sedang bersiap menghadiri sebuah seminar di mana dia menjadi pembicara utama ketika Tabitha menelepon, memberitahu bahwa café diserang.

Elang sedang sarapan dengan Maya ketika menerima laporan dari anak buahnya mengenai penyerangan café.

Cafè The 'LilsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang