Mang Comblang #3

1.5K 271 141
                                    

Damar terpana, melongo menatap saudara kembarnya. Untuk sesaat, otaknya serasa kosong. Dengan linglung, dia bangkit dari beanbag, memungut kaos kaki yang dia lepehkan lalu menyumpalkan benda itu kembali ke mulutnya sebelum kemudian dia berjalan keluar kamar. Banyu hanya terdiam melihat adegan absurd itu, Damar memang suka melakukan hal aneh ketika pikirannya tidak fokus. Dalam hati dia mulai menghitung. Dan benar dugaannya, tidak butuh waktu lama, Damar kembali ke kamarnya. Masih dengan kaos kaki di dalam mulut, dia hanya berdiri menatap Banyu.

“Apa?” tanya Banyu ketika Damar tidak juga mengatakan apapun.

Bukannya menjawab, Damar malah mengeluarkan kaos kaki dari mulutnya lalu menyumpalkan ke mulut Banyu sebelum kemudian dia berjalan keluar.

Kali ini dia tidak kembali lagi.

~*~

“Sepupu, akhirnya kalian datang!” ucap Tabitha seraya beranjak menghampiri Yama dan Bumi yang baru saja memasuki café.

“Ada apa?” tanya Bumi seraya menepuk lembut kepala Tabitha.

“Umph…salah satu dari kalian ada waktu ga?”

“Kapan? Sekarang? Kamu ada masalah apa?” tanya Yama, memperhatikan Tabitha dengan seksama.

“Kapan aja kalian punya waktu sih. Ga mendesak, kok.”

“Okay. Kami berdua atau hanya salah satu yang kamu butuh?” tanya Bumi seraya berjalan menuju ke ruang belakang, hendak menyimpan jaketnya. Namun ketika melihat Gendhis sedang menyiapkan biji kopi, dia tidak bisa menahan diri untuk berhenti hanya untuk sekedar mendaratkan ciuman di kepala gadis itu dan mengucapkan selamat pagi.

“Ck…harus ya dia pamer hal kayak gitu?” decak Tabitha sambil menoleh kepada Yama yang hanya tersenyum menanggapi, “awas kalau kamu juga pamer keuwuan sama Kay!”

Alih-alih menuruti, Yama malah langsung menuju ke dapur, di mana seperti biasa Mikaela sedang menyiapkan cake dan pastry.

“Hiaaakdes kalian semua!!!” teriak Tabitha kesal, seraya berderap kembali ke belakang meja kasir.

~*~

Andien mendengkus lelah ketika melihat siapa yang kali ini menunggunya di depan kampus.

“Apalagi sekarang?" tanyanya kepada Damar yang langsung berdiri dari bangku beton begitu melihat Andien mendekat.

“Hai,” sapa lelaki itu, mengabaikan tatapan tidak suka Andien.

“Mau apa kamu? Ngajak kencan juga?”

“Juga? Emang sebelum aku ada yang ngajak kamu kencan?”

“Ada. Kembaranmu. Kalian berdua ini kenapa sih? Jangan bilang karena aku. Aku ga segoblok itu sampai percaya kalau kalian berdua benar-benar menyukaiku.”

Damar bisa melihat kesungguhan di mata gadis manis yang sedang mendongak menatapnya itu.

“Kenapa gitu menyukaimu dibilang goblok?” tanyanya seraya mendekatkan mukanya ke muka Andien.

“Karena aku tahu diri. Jadi? Kamu mau apa?”

“Tahu diri? Maksudnya?”

“Sudah. Aku kelaparan, lelah dan otak ku panas, langsung saja, kamu mau apa?”

Entah mengapa, Damar mengurungkan niatnya semula untuk mengajak Andien bicara. Wajah lelah gadis itu terlalu kentara membuatnya tidak tega. Seraya tersenyum, dia menepuk lembut poni gadis itu.

“Aku mau mengajakmu makan siang. Mau?”

~*~

Dia melihatnya.

Cafè The 'LilsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang