The Forest Voyage Tetralogy : Paranoid

14.7K 561 25
                                    

PROLOG


Callensy Reece


"Sier, pinjem sisir dong," kataku pada Sierra yang sedang melepas lensa kontaknya untuk dicuci.

"Ambil aja di dalam pouch, Len, aku lagi nggak bisa nyari nih," katanya sambil fokus mencuci benda halus itu dengan penuh perasaan.

Belum selesai aku menyisir, sebuah suara tiba-tiba menggelegar.

"Siapapun, tolong aku! Aku terkunci! Aku takut! Halo?!" teriak sebuah suara.

Aku dan Sierra kaget dan langsung menuju kamar mandi paling ujung itu.

"Siapa di dalam? Kita akan ngeluarin kamu! Sabar ya!"

"Patricia! Cepetan keluarin nggak pakai lama! Rambut aku bisa bau air comberan kalau terkurung lama-lama di sini!"

"Eh, ular betina! Syukur-syukur ada yang mau nolongin kamu! Kalau kamu terus-terusan bersikap kurang kasih sayang begitu, tidak akan pernah aku menolongmu!" balasku kejam.

"Kalau mau menolong tulus sedikit, dong! Buruan!" balasnya tidak tahu malu.

Kalau saja boleh, biarkan itu Medusa di dalam situ. Dendamku terbalaskan sekitar 10%. Tapi karena rasa kemanusiaanku masih kelewat tinggi, aku akan menolongnya saja. Aku mencari apa saja yang bisa dimasukkan ke dalam toilet itu, dan menemukan tongkat pel di ujung toilet. Sierra keluar mencari kunci cadangan dari cleaning service sekolah. Karena Sierra kelamaan, akhirnya aku yang menyodok panel di dalam toilet itu dengan tongkat pel. Akhirnya, terbuka juga.

"Siapa yang ngunci aku?! Bakal kutuntut dia sampai ke keturunan paling atas!"

"Lah, kamu sendiri gimana caranya bisa terkunci padahal cuma ada kita di dalam sini?" balasku ketus.

"Mana aku tahu?! Aku bukan sekali dua kali ya pipis di sini, dan selama ini nggak pernah ada kejadian seperti ini." Patricia mendengus tidak suka, lalu dia menoleh padaku. "By the way, jangan sok kecantikan ya."

Kurang ajar, apa katanya? Mau cari masalah pagi-pagi begini?!

"Maksud kamu? Jangan bikin aku emosi ya! Kalau memang cantik dari lahir, aku bisa apa?!"

"Habis, semua orang pada suka sama kamu! Saking sukanya, sampai salah kirim surat cinta ke loker aku! Padahal kalau dilihat-lihat, kita ini jelas beda banget."

"Aku yang beruntung kenapa kamu yang sewot?! Lagian, surat cinta dari siapa? Mana buktinya?!"

"Nih, lihat sendiri, ditujukan untuk kamu, tapi salah tujuan ke aku. Nggak becus deh!"

Malas berdebat lama-lama dengan setan betina ini, aku segera menyambar secarik kertas yang diserahkannya padaku. Heran, apa benar ada yang naksir aku diam-diam? Penggemar rahasia? Kalau iya, siapa? Tidak tahukah dia status aku sudah taken? Kalau Ricco sampai tahu, bisa mampus.

Kubuka isi kertas itu perlahan-lahan

Always loved you, Callensy! Always did, always will!

Kira-kira artinya adalah 'Selalu mencintaimu, Callensy". Jujur, aku tidak terlalu tersentuh oleh surat-surat semacam ini karena aku mendapatkan puluhan di semester pertama setelah MOS dulu. Disukai banyak orang sudah menjadi makanan sehari-hariku. Karena malas menanggapinya, kukembalikan kertas itu pada Patricia.

"Ambil aja, ganti namaku pakai namamu, anggap aja buat kamu."

"Sialan! Nggak mau lah! Kalau kamu nggak mau, aku buang aja!" Cewek itu berkata ketus lalu buru-buru keluar setelah membiarkan surat cinta itu terkapar di dalam tong sampah.

"Len, kok dibuang sih? Kan lumayan bisa dijadiin koleksi," komentar Sierra tenang sambil cengingisan. "Balik yuk? Aku perlu ngelarin tugas PKN nih!"

"Duluan deh, Sier. Aku masih mau pup deh, kayaknya."

"Ih! Hobi banget pup!" sambar Sierra sambil membereskan pouch nya lalu bergegas keluar. "Jadi ingat pertama kali kita ketemu, kamu juga mau pup!"

Aku melotot disertai kekehan cewek kalem yang telah menghilang itu. Kupandang wajahku di kaca sambil berharap drama hari ini tidak melunturkan kecantikanku yang telah mendarah daging di keluarga Reece. Aku menarik napas dalam-dalam sambil berusaha mengabaikan surat dari penggemar rahasiaku tadi dan membayangkan hal-hal romantis antara aku dan Ricco, pacar baruku.

Namun tiba-tiba, seseorang melempar sesuatu yang keras dari samping, tepat ke kepalaku dan membuatku jatuh tersungkur. Belum sempat berdiri, mulutku sudah dibekap dan orang itu mulai mengancamku.

"Jangan coba-coba mencari tahu apa yang terjadi dengan kalian ke depannya, terutama kamu, Callensy. Ingat kalau aku mengincarmu." 

Suara itu tampak dibuat-buat, jelas sekali, namun aku tidak bisa menebak siapa. Walaupun aku hampir kenal seisi sekolah, namun bukan berarti aku mengenali setiap suaranya, dong? Dengan susah payah aku berusaha melepaskan diri, namun posisiku sangat tidak beruntung.

"Hmpf!" Aku berusaha menyentak tangan orang itu, namun cengkeramannya terlalu kuat.

"Ingat pesanku. Jangan mencari tahu! Atau kamu akan tanggung akibatnya!"

Setelah itu, dia menendangku ke depan tanpa aku sempat melihat identitasnya. Ketika aku berbalik, toilet sudah kosong dan tinggal aku sendiri. Ingin sekali aku melapor ke Ricco, namun instingku berkata ini bukan sesuatu yang patut diremehkan. Apa orang itu memiliki dendam terhadapku? 

Aku tidak pernah menyangka hari-hariku di sekolah akan dipenuhi rasa khawatir yang membawa petaka.



The Forest Voyage Tetralogy-Book Two: PARANOID

Release on mid-January

________________________________________________________________________________

STATUS: (3/09/18) EDITED BABES.

TFV Tetralogy [2] : Paranoid (2013)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang