Ricco Theodore
Duduk di depan Sierra bagaikan duduk di depan sekretaris kantor, kerjaannya belajar, belajar, dan belajar saja. Heran, kenapa sih cewek secantik dia tidak menghabiskan waktunya untuk apa ya, merawat diri, atau bermanja-manja di mall, atau setidaknya ngobrol dengan cowok yang jelas-jelas menyukai dia, dan ada di sebelahnya pula. Kenapa dia fokus sekali dengan bukunya? Memang itu buku punya sispek begitu?
"Ya ampun, Tuan Putri. Kenapa kamu rajin banget, sih?" ujar sahabat satu-satunya alias pacarku itu sambil melihat-lihat buku yang dia baca dengan wajah tak tertarik.
"Siapa yang rajin?" Sierra terkikik. "Ini bukan buku pelajaran," katanya sambil membuka lembaran-lembaran buku itu dan menunjukkannya pada kami. "Ini buku papaku, lusa dia balik ke sini, dari Kanada, dan aku disuruh membaca buku ini sampai selesai, sebelum mereka kembali."
"Mereka?" tanya Callen penasaran sambil meminum teh-nya.
"Ya, papaku dan papanya Ethan, mereka rekan kerja. Aku saja baru tahu." Ethan melihat ke atas sambil tersenyum.
Kulihat suasananya rada canggung di sini. Carlo menatap mereka dengan sedikit jealous, tapi berusaha menyembunyikannya. Jay dan Javier saling berpandangan dan bertanya-tanya, sementara dua orang itu tidak berkata sedikit pun.
"Kalian berdua memang jodoh, ya?" sambar Javier tiba-tiba, membuat keheningan di antara kami kontan pecah dan digantikan oleh ekspresi yang berbeda-beda, sementara yang dibicarakan langsung salah tingkah sendiri.
"Tuh kan, kalian cocok." Carlo tertawa sambil menyenggol Ethan yang duduk di sebelahnya.
Temanku yang satu ini memang hebat dalam hal menyembunyikan perasaannya. Dia tidak terlihat sebal atau sedih, dia malah sepertinya senang dengan semua ini.Seakan-akan dia memaksa dirinya untuk tetap tenang dan tak terbawa suasana. Rasanya kalau aku menjadi Carlo, pasti aku sudah bunuh diri di tempat karena yang benar saja, merelakan orang yang kamu suka dengan temanmu sendiri dan bertindak seakan-akan itu tidak menganggumu? Hanya orang kuat dan tahan banting yang sanggup melakukannya.
"Kita... kan... itu nggak terduga juga, jangan berasumsi gitu dong," kata Sierra agak sebal. Ethan menundukkan kepalanya sambil memainkan tisu, mungkin setuju dengan Sierra, sementara Callen yang merasa bersalah langsung meminta maaf pada teman baiknya itu.
"Nah, jadi ada yang bisa membantuku di pemilihan OSIS?" tanya Sierra kemudian setelah Callen dan dia saling melakukan sesi permintaan maaf.
Ethan yang tadinya terlihat rada datar langsung bersemangat kembali mendengar topik itu.
"Tidak, aku tidak tahu. Aku nggak berpengalaman masalah OSIS," kata Jay langsung menyerah. "Lagian, mendaftarkan diri pun aku bakal langsung ditendang keluar sebelum sempat sampai di depan ruang OSIS. Lain dengan Pierre, kalau bocah itu sih, idenya pasti segudang. By the way, anak itu ke mana? Gris ngekor di belakang dia kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TFV Tetralogy [2] : Paranoid (2013)
Mystery / ThrillerBuku 2 ☑ The Forest Voyage: Paranoid [ Completed ] Setelah petualangan Sierra Laney bersama teman-temannya dalam membongkar kedok asli Cerveau Bang, mereka semua akhirnya bisa hidup tenang. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama, setidaknya it...