Javier Liem
Sebenarnya, bahkan sebelum kami memutuskan untuk merencanakan ini semua, aku sudah menduga kalau akhirnya akan seperti ini. Sierra akan diincar lagi. Saat di kamp dia sudah menjadi korban dan aku tahu pasti ini melelahkan untuknya, apalagi kondisinya masih kurang baik dan belum sepenuhnya pulih. Dua bulan yang lalu, kami mengalami pengalaman kamp berdarah yang menguras tenaga kami.
Aku sempat berpikir kalau ini ada hubungannya dengan kamp itu. Tapi kemudian pikiran itu kutepis karena semua tersangka sudah mendekam di penjara masing-masing di Amerika (percayalah, kalian tidak mau tahu detil yang satu ini, aku sendiri kabur begitu diceritakan oleh Ethan soal perkembangan kasus mereka karena terlalu rumit), bahkan kabarnya mereka sempat mencoba untuk kabur namun dengan sigap kembali diamankan oleh LAPD atau yang biasa dikenal dengan Los Angeles Police Department. Mendengar berita itu, aku jadi agak tenang.
Tapi mengingat kemungkinan ada orang jahat yang bermaksud mengincar kami, aku jadi parno sendiri, mana memang benar adanya kalau mereka sudah mulai mendapatkan apa yang mereka inginkan, seperti mengincar target mereka, Sierra.
Berhubung Carlo dan Ethan sedang asyik mencari Sierra dan Alan di lantai atas dengan Jay sebagai operator mereka, aku dan Ricco memutuskan untuk menyusuri bagian belakang sekolah yang memang terdapat bangunan-bangunan tua. Entah itu adalah sisa-sisa dari sekolah lama yang ada di buku yang aku temukan atau bagaimana.
Walky talky sudah disiapkan, tapi cuma satu saja yang aktif—geblek banget si Carlo, harusnya dia beli banyak lah—maka akhirnya kita menggunakan HP saja sebagai sarana komunikasi satu-satunya (walaupun aku stres dengan pulsa yang pasti langsung kritis).
Jay dan Pierre akan menjaga miniatur itu, sementara Gris yang biasanya sibuk dengan kehidupan fashion nya mulai serius dengan masalah ini walau aku harus menaruhnya di atas meja informasi dengan penerangan berupa sebatang lilin. Dia mendeteksi orang-orang atau makhluk apa pun yang mendekat ke area kami. Sedangkan Callen, dia ikut bersamaku dan Ricco karena bagaimanapun juga, dia kan pacarnya Ricco.
Kami menyusuri lorong yang tampak sepi. Aku jadi berpikir apakah sekolah benar-benar seseram ini di malam hari. Kalau iya, aku yakin banyak film horor Indonesia bakal ngambil setting di sini. Bayangkan saja, tidak ada syuting atau tugas membuat film pendek horor, tapi muncul asap sendiri dari belakang sekolah, entah ada yang sedang membakar sampah atau mungkin hanya asap random yang kalau dipikir-pikir juga rada tidak mungkin.
Semua staff sekolah pasti lagi menikmati makan malam di rumah mereka masing-masing sambil bercanda gurau dengan sanak keluarga. Ah, irinya, di saat mereka bisa santai begitu kami harus berjuang menyelamatkan teman kami. Tapi tidak ada kata iri dalam kamusku. Bagaimana pun juga, ini tanggung jawab yang harus diemban, jadi aku tidak boleh mundur.
Di belakang sekolah, aku, Ricco,dan Callen memutuskan untuk masuk ke gedung lama itu. Tampak depannya tidak seberapa menyeramkan, selain bahwa desainnya amat buruk berupa cat sudah mengelupas, pintu yang sudah hampir roboh, jendela sudah kotor dan berdebu, banyak sarang laba-laba sampai sarang burung, dan terlihat sekali beberapa besi tampak berkarat karena saat kami buka gerbangnya, terdengar bunyi berderit yang tampak familiar.
KAMU SEDANG MEMBACA
TFV Tetralogy [2] : Paranoid (2013)
Mystery / ThrillerBuku 2 ☑ The Forest Voyage: Paranoid [ Completed ] Setelah petualangan Sierra Laney bersama teman-temannya dalam membongkar kedok asli Cerveau Bang, mereka semua akhirnya bisa hidup tenang. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama, setidaknya it...