Bab 1

422 14 2
                                    

   Gabriel duduk tenang dalam ruangan menunggu wawancara kerja. Ia mengingat perbincangannya dengan Neneknya kemarin.
   "Apa maksudmu kau pulang untul menetap?" Cecar Nenek ketika Gabriel tiba-tiba muncul. "Bagaimana dengan pekerjaanmu_kariermu?"
   "Oh tak masalah," Gabriel berbohong dengan lancar dengan dua jari menyilang dipunggung. "Saya punya banyak cuti yang belum saya ambil, dan sejujurnya Nek saya berniat beristirahat untuk mengevaluasi tujuan dan keinginan saya. Perusahaan menawari saya pekerjaan mengelola pusat koferensi baru mereka di Hong Kong dan..."
   "Dan apa?" Nenek mencecar keras. "Itu kesempatan yang sudah lama kau inginkan yang susah payah kau rintis."
   "Dalam beberapa hal" Gabriel mengakui. "Dan seandainnya saja mereka menempatkan dinegara lain bukan di Hong Kong. Kan tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi saat koloni itu dikembalikan ke pemerintah Cina."
  "Jadi apa maksudmu__kau menolak tawaran mereka?"
   Karena melihat kecurigaan di mata Nenek dan mengetahu gengsinya yang tinggi yang juga ia wariai Gabriel melanggar salah satu prinsipnya yang paling keras dan kembali berbohong.
   "Saya belum sepenuhnya menolak. Perusahaan memberi saya waktu tiga bulan untuk mempertimbangkannya."
   "Tiga bulan. Tapi sebelumnya kau hanya bisa pulang paling lama beberapa minggu"
   "Itu sebabnya saya masih punya banyak cuti," Gabriel memberitahunya.
    Gabriel tentu saja telah menanyakan ongkos operasi nenek pada doker, tapi ketika mengetahui biayanya kekecewaan Gabriel rupanya terlihat diwajahnya.
   Ia tak mungkin memdapatkan ribuan pound yang dibutuhkan untuk operasi Nenek. Rumah kecil yang di tempati nenek sudah digadaikan kepada perusaan yang memberinya pembayaran tunjangan pensiun. Gabriel sendiri tak punya aset yang tidak bisa dijual untuk mempetoleh uang dan tak ada sanak keluarga yang bisa dimintai bantuan.
   Ayahnya anak tungal Neneknya meninggal sebelum Gabriel mencapai usia remaja dan ibunya... Ibunya yang malang meninggal tenggelam dikolam renang saat berlibur bersama ayah tiri Gabriel dan teman-teman pria itu.
   Sesaat Gabriel merinding. Sekarangbpun ia masih benci memikirkan ayah tirinya. Tahun-tahun itu sangat berat.
   Saat melihat sekeliling ruangan bermebel mahal dan elegan di mana ia duduk dengan tirai sutra, lukisan dan mebel antiknya. Gabriel ingat dulu ia pun hidup di lingkungan seelegan ini.
    Rumah ayah tirinya di London walaupun tak sebesar gedung bergaya Georgian yang indah ini tetap sama mengesankan. Sama-sama penuh benda seni dan mebel antik mahal yang dimaksudkan untuk mempesona para korban penipuan ayah tirinya, membutakan mereka terhadap siapa diri pria itu sebenarnya.
    Polisi menyebutnya penipuan tapi sebenarnya itu tak lebih dari pencurian. Tapi ayah tirinya lolos dari kewajiban menjalani hukuman atas kegiatan kriminalnya seperti yang selalu ia lakukan atas semua tindakannya atas semua kehidupan yang ia hancurkan.
   Sepengetahuan Gabriel pria itu kini tinggal di Meksiko masuk daftar cekal ke Amerika tempat ia tinggal setelah ibu Gabriel meninggal.
   Memang gaya hidup Gabriel dulu sebagai anak tiri seorang pria kaya dan kini dengan nenek dirumah pedesaan kecil di Dorset sangat tak sebanding. Tapi Gabriel tak pernah ragu gaya hidup mana yang lebih disukainya, di rumah dengan nenek tentunya.
   Calon yang masuk sebelum Gabriel berada didalam jauh lebih lama daripada yang lain dan Gabriel merasa kesempatannya semakin kecil.
   Ketika agen tenaga kerja memberitahunya tentang pekerjaan ini Gabriel hampir tak mempercayai nasib baiknya.
    "Tak sama dengan pekerjaan anda dulu," ujar wanita pengelola agen itu separo minta maaf  "dan saya rasa bisa-bisa anda hanya menjadi pengurus rumah tangga tapi gajinya sangat tinggi ada kendaraan dan lokasi kerjanya tak sampai tiga puluh kilometer dari rumah nenek anda."
   Kemudian wanita itu menjelaskan lingkup tanggung jawab pekerjaan itu dan persyaratan dari calon majikannya. Gabriel dalam hati sependapat dengan penilaian wanita itu.
   Perincian kerjanya menunjukkan calon majikannya seorang pengusaha kaya raya mencari orang untuk menangani pengelolaan istana peristiratannya di luar kota. Tugasnya termaauk pengelolaan berbagai kegiatan bisnis dan sosial, bekerja sama dengan staf di kantor London bertanggung jawab penuh atas staf rumah itu dan ketika ada klien luar negeri datang berkunjung mengelola semua fasilitas bisnis yang dibutuhkan untuk mereka termaauk tenaga penerjemah dan sebagainya.
  Gideon Raynolds adalah chairman dan pemegang saham terbesar sebuah jaringan perusahaan berlaba tinggi, pria penakluk yang memperoleh kekayaan dan reputasi besar pada masa-masa kacau periode delapan puluhan.
   Satu-satunya hal yang diketahui Gabriel tentang pria itu adalah selain sangat kaya ia juga sangat banyak menuntut pada bawahannya. Keras, dingin, tak kenal ampun saat harus melumat lawannya. Ini hanya beberapa gambaran yang dibaca dibaca Gabriel di koran finansial.
   Sayangnya tak ada foto pria itu yang tercantum di koran. Gabriel tahu usianya sekitar tiga puluhan, enam atau tujuh tahun lebih tua dari pada dirinya sendiri dan tidak menikah bahkan belum pernah menikah. Meskipun tak ada gunjingan ia bukan lelaki heteroseksual.
   "Wanita modern tampaknya tak ingin menikah," katanya dikutip dari salah satu artikel yang tak heran ditulis olrleh koresponden finansial wanita.
   "Atau komitmen permanen tak cukup bagi mereka, mereka lebih menghargai variasi seks dan keahlian bercinta daripada cinta dan kesetian.
    "Jadi anda tak berniat menikah?"pancing wartawan itu.
   "Suatu saat. Meski jika hanya untuk memastikan saya punya keturunan yang bisa mewarisi usaha saya. Tak perlu cepat-cepat, seorang lelaki berbeda dengan perempuan boleh dibilang dapat memilih menjadi orangtua kapan saja."
   "Anda ketinggalan zaman," sergah wartawan itu. "Kini perempuan pun punya pilihan serupa_"
    "Tapi tidak pasangan saya," tandas Gideon Reynolds singkat.
   Gabriel kembali merinding ketika ingat artikel itu.
    Pria itu sama sekali tak seperti orang yang ingin dijadikan majikan oleh Gabriel. Tapi dalam hal ini ia tak punya pilihan.
    Jika waktunya bersama Nenek sangat terbatas, Gabriel tak mau menyia-nyiakan sedetikpun. Bukan sekedar karena kewajiban karena menurutnya ia berutang hal itu atas semua jasa Nenek padanya, tapi karena ia mencintainya. Begitu mencintainya hingga hatinya kini sudah terasa sakit ketika memikirkan kehilangan Nenek, ditinggal seorang diri.
    Ketika berkedip mengeringkan matanya yang berwarna ungu pucat kebiruan, yang membuat orang menyangka ia mengenakan lensa berwarna, padahal sesuatu yang ia warisi dari nenek seperti juga warna kulitnya yang menyerupai rona mawar inggris pucat dan rambut lurus coklat terang Celticnya. Gabriel memusatkan perhatian pada lukisan cat minyak raksasa di dinding di atas perapian Adam yang terbuat dari marmer.
    Ia menduga itu lukisan Italia. Subyeknya religius dan alegoris kemungkinan dibuat berdasarkan pesanan gentlemen Inggris abad tujuh belas yang mengunjungi Roma.
    Ekspresi nakal di wajah para malaikat kecil itu begitu hidup sehingga seolah mata mereka mengikuti yang melihat, sedangkan mimik para safir itu...
   Apa Gabriel telah bersikap sangat tak adil dan mengada-ada karena menganggap senyum aneh dan sinis mereka mimik penuh perhitungan yang dingin, kemungkinan mencerminkan pria yang telah membeli dan kini memiliki mereka?
    Seperti juga pria itu akan memiliki Gabriel jika ia bekerja disini. Dahinya mengeryit. Biasanya ia tak suka mengkhayal berlebihan seperti ini, begitu cemas__hampir takut. Kebanyakan orang menganggapnya sangat terkendali, percaya diri dan bisa menyesuaikan diri hampir di semua situasi. Ia telah lama belajar mengendalikan dan menyembunyikan  segala macam rasa takut dan tahu kalau bersikap sebaliknya ia akan memberi orang lain kekuasaan untuk melukai dan menghancurkannya. Ia bangga menjadi lelaki yang sepenuhnya mengendalikan hidupnya sendiri, membuat pilihan dan keputusannya sendiri.
    "Mr Bingham? Mr Reynolds akan bertemu anda."
   Sambi memaksakan senyum tenang Gabriel menatap seorang asisten pribadi pria yang membuka pintu yang mengamati dengan sikap tenang profesional ketika ia berdiri serta berjalan kearah pria itu.
    Pintu itu rupannya satu diantara dua yang menuju ruang rapat di baliknya karena tak ada calon sebelumnya yang kembali keruang tunggu setelah selesai wawancara. Mudah-mudahan mereka telah diizinkan pergi dan tidak dikurung dalam penjara bawah tanah yang pengap dan dalam setelah secara verbal dicabik gigi profesional sang pemangsa yang menurut media massa memang sekejam gambaran umun.
   Khayalan liar semacam ini sangat jauh dari pembawaan Gabriel yang biasanya tenang dan masuk akal dalam menghadapi masalah, sehingga kini ia agak mengernyit ketika berjalan diatas hamparan karpet Aubusson.
    Gabriel lelaki bertubuh munggil kenyataan yang pada masa remajanya membuat orang salah duga ia jauh lebih muda daripada usia sebenarnya. Struktur tulangnya agak terlalu ramping untuk tinggi badannya yang hanya 175 cm membuat orang yang tak mengenalnya dengan baik menganggapnya lemah dan rapuh.
    Ia sama sekali tak begitu. Sekarang tidak lagi. Sejak neneknya mengajarinya supaya bangga menjadi diri sendiri. Tapi ia masih menyelubungi kerampinggannya dengan pakaian yang sesuai dengan tinggi badannya, seperti yang ia pakai hari ini hingga meninggalkan kesan kuat dan berkusa.
    Gabriel merasa tak enak ketika menyadari dirinya beberapa sentimeter lebih pendek dari sang PA, kenyataan yang menurutnya tak begitu disukai pria itu. Gabriel kenal tipenya, pria itu yang suka memandang sebelah mata fisik munggil seperti Gabriel sehingga merasa membuatnya merasa jantan dan memanipuasinya habis-habisanya.
   Indra keenam Gabriel membuatnya berhenti di luar pintu di ujung koridor dan menunggu sang PA masuk mendahuluinya, mengumumkan kedatangannya. Karena kalau diterima ia pasti akan bekerja sama pria ini Gabriel ingin menunjukkan bahwa ia takkan pernah melangkahinya, ia tak ragu mengakui posisi profesional pria ini.
   "Mr Bingham."
   Ketika ia masuk dan melihat pria itu dibelakang meja besar bergaya Georgian itu berdiri, Gabriel hampir tak bisa menyembunyikan keheranannya.
   Gabriel tak ingat pernah melihat lelaki yang seseksi dan sejantan itu.
   Dalam kariernya ia telah bertemu banyak pria tampan juga atletis tapi tak ada yang memiliki sepersepuluh kariama seksual lelaki itu.
   Ia memutuskan tak menyukai fakta itu dan ia juga tak menyukai pria itu. Ia hampir dapat merasakan pancaran panas kadar testosteronnya yang tinggi mencium aroma tajam feromon jantan yang ditebarkan tubuh lelaki itu sepertiedan gaya yang tak terlihat.
    Dibagian luar pria itu mengenakan kostum pengusaha sukses, setelan mahal berupa kemeja putih polos dan dasi yang juga polos, jam krom bertali kulit tanpa cincin atau perhiasan apapun. Kukunya bersih tak dimanikur, rambut coklat gelapnya dicukur rapi serta di sisir kebelakang dan kulit yang tampak liat serta mulai menunjukkan tanda-tanda ketuaan.
    Seorang lelaki dengan seksualitas berkadar oktan setinggi itu sudah cukup mengganggunya, apalagi kalau lelaki itu jelas-jelas memilih tak memamerkannya. Tapi sudah cukup membuat Gabriel terdominasi.

TBC

Saya seorang pendatang baru jadi mohon bantuan dan dukungannya.

Lelaki Dalam IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang