Warning adegan 18+...
Gabriel baru saja keluar dari ruang shower dan sedang meraih handuk ketika mendengar seseorang mengetuk pintu luar apartemen.
Sambil mengernyit ia melibatkan handuk di sekeliling pinggulnya. Itu tak mungkin Jenny, karena wanita itu sudah memutuskan memakai hari liburnya untuk mengunjungi anak perempuannya.
Dengan lelah Gabriel menampakkan kaki telanjangnya di atas karpet ruang tamu, berjalan menuju pintu sambil melihat keluar jendela kecil ke halaman.
Ia dapat melihat mobil Gideon diparkir di luar garasi. Jantungnya berdetak tak teratur saat ia membuka pintu dan meregangkannya sedikit, Gideon sedang berdiri di luar.
"Saya baru akan tidur," kata Gabriel memberitahu pria itu dengan suara ragu.
Gideon rupanya baru sampai. Ia masih mengenakan setelan bisnis formal dan garis-garis tegang terukir di kedua sudut mulutnya, pasti disebabkan perjalanan pulangnya dari Cornwall. Gabriel tadi mendengar berita di TV bahwa terjadi kemacetan karena perbaikan jalan.
"Ya, saya tahu."
Pandangan Gideon saat meneliti pelan tubuh Gabriel dari kepala sampai kaki dengan tatapan sensual membuat jari kaki Gabriel kencang mencengkeram permukaan karpet yang lembut, tapi instingnya memperingatkan supaya ia jangan protes atau mengakui bahwa ia menyadari provokasi menggoda tatapan pria itu. Pria itu menimbulkan kesan berbahaya yang membuat saraf Gabriel sendiri tegang.
"Saya tidak akan lama. Saya ingin membicarakan rencana kunjungan tamu-tamu jepang itu."
"S-sekarang?" Gabriel tergagap. "Tapi..."
"Besok saya akan ke Kuwait," Gideon mengingatkannya, "dan saya kira anda ingin mengunjungi nenek anda. Oh ya, bagaimana keadaannya?"
Gideon telah memegang daun pintu ketika berbicara, mendorongnya terbuka sehingga Gabriel tak punya pilihan selain menyerah dan membiarkannya masuk.
Apartemen kecil itu lebih mewah daripada jenis akomodasi yang biasa ia pakai__dulu, di beberapa hotel tempat ia bekerja, Gabriel sudah mengaggap dirinya sangat beruntung kalau mendapat kamar sendiri walau sebesar kotak sepatu sekalipun. Di sini ia mendapat kamar dobel berukuran nyaman, ruang shower, ruang tamu yang cukup luas dan dapur kecil__jauh lebih dari cukup untuknya.
Tapi entah kenapa, kini, dengan adanya Gideon di dalamnya, ruang itu seolah sangat menyusut sehingga Gabriel tidak bisa bergerak tanpa harus berdekatan dengannya; bahkan terasa seolah tak ada cukup oksigen utuk mereka berdua, atau setidaknya itulah yang dikatakan paru-parunya yang berkutat menghirup udara, dada dan tenggorokannya tiba-tiba tersumbat.
"Nenek... Nenek berhasil menjalani operasi itu dengan sangat baik," katanya pada Gideon. "Ahli jantungnya sangat puas dengan hasil operasi itu..."
"Tapi," Gideon menekankan, alisnya terangkat penuh tanda tanya ketika ia menatap Gabriel.
"Tak ada tapi," bantah Gabriel. Ingin memilih waktunya sendiri untuk menayakan apakah ia dapat menunda pembayaran utangnya, dan sudah jelas sekarang waktunya tidak tepat. Tidak pada saat Gideon menemukannya dalam keadaan yang tidak siap dan Gabriel merasa begitu rapuh... Tidak ketika yang ia kenakan hanya selembar handuk yang sangat lembap dan lembut, dan ia sangat menyadari reaksi tubuhnya atas kehadiran pria itu di balik perlindungan yang begitu tak menyakinkan.
Tidak. Saat mengajukan penundaan pembayaran utang itu ia ingin sepenuhnya menguasai situasi dan dirinya sendiri. Tapi ada sesuatu yang memang harus ia ucapakan sekarang, Gabriel mengakui.
Gideon telah berjalan ke perapian dan sedang mempelajari foto kakek-nenek dan ayah dalam bingkai perak yang diletakan Gabriel di sana. Cemas ingin menjaga jarak sejauh mungkin dengan pria itu, Gabriel melangkah mundur sampai merasakan tepian bantal sofa menghalanginya untuk mundur lebih jauh. Jarak di antara mereka hanya satu meter lebih sedikit, tapi setidaknya itu lebih baik daripada sama sekali tidak ada jarak, pikir Gabriel, saat ia berdehem dan mulai bicara dengan gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Dalam Ingatan
FanfictionRemake dari karya novelis Penny Jordan. Aku buat jadi cerita Manxman. Tokoh dan karakter sedikit aku ubah untuk penyesuaian cerita. Pada usia limabelas tahun Gabriel Bingham masih lugu dan tidak berpengalaman, tapi tubuhnya dengan bergairah bereaks...