Bab 4

148 7 0
                                    

Tolong bacanya pelan2, soalnya sebagian cerita ada flashbacknya.

***

      Gabriel membuat pernyataan itu sebelum mengetahui juru masak Gideon telah menyerahkan surat pengunduran diri dan meninggalkan pekerjaannya beberapa jam setelah ia menempati posisi barunya. Orang Italia marah itu menolak bujukannya dan pergi mengemasi tasnya.
    Ketidakpuasannya disebabkan beberapa hal, terutama sejauh sepengetahuan Gabriel harga dirinya terluka karena sikap tak tertarik Gabriel memamerkan bakat masaknya. Pria itu tak pernah mengundang sejumlah besar tamu yang bisa menghargai keahliannya.
    "Saya seorang master juru masak, tapi tidak pernah sekalipun saya diizinkan menunjukkanya. Yang ada hanya makan malam untuk satu orang, makan siang untuk rapat , sarapan pagi. Saya tak menghabiskan waktu berlatih selama sepuluhtahun untuk hal-hal semacam itu."
    "Tapi Alfonso, semua itu akan berubah,"
    "Sudah terlambat," ujar Alfonso marah padanya.
Gabriel tahu kapan ia harus menyerah.

   "Tak beruntung dengan Alfonso?" Chris menyesali. "Bos tak kan senang kalau saat pulang nanti tahu kalau juru masaknya sudah pergi."
  Gabriel sudah memutuskan secara pribadi ia tidak akan pernah menyukai PA Gideon, tapi secara profesional ia harus memastikan mereka dapat bekerja sama__ seperti juga ia harus mencari penganti Alfonso. Karena itu ia mengabaikan nada mencemooh dalam komentar pria itu.
    "Kau tahu mengapa dia membeli tempat ini, bukan? " Chris melanjutkan  sinis, tak peduli Gabriel telah kembali mengalihkan perhatian pada pekerjaannya dan jelas-jelas bersikap tak ingin membahas masalah itu.
   "Jelas apa tujuannya," Chris menambahkan dengan nada menghina, ketika Gabriel tak mau berkomentar. "Mereka semua sama, tipe-tipe miliuner autodidak ini. Mereka semua mencoba melakukannya dengan berbagai cara. Mengunakan kekayaan mereka untuk mencoba membeli tempat di masyarakat. Pertama rumah peristirahatan ini, kemudian upaya membeli atau menyogok masyarakat lokal supaya menerima mereka, diikuti pernikahan dengan pengantin wanita kelas atas yang butuh uang. Ini cara klasik melakukannya, bukan? Sentuhan terakhir bagi kesuksesan mereka, tiket masuk mereka kedalam keanggotaan kelas atas yang tertutup. Walau hal ini tak pernah berhasil. Oh, memang mereka mengira telah berhasil, tapi mereka tak pernah benar-benar diterima. Tak sepenuhnya."
    Kebencian dalam suaranya agak mengejutkan Gabriel. Sebagian ia tahu ditunjukan padanya tapi sebagian besar kepada Gideon Reynolds. Gabriel bisa memahami pria sepertinya bersikap agak iri pada Gideon karena ia memang pria yang sangat kaya dan sukses, sedangkan kaum dominan suka bersaing dan saling iri dalam hal-hal semacam itu, tapi itu masih belum menjelaskan mengapa Gabriel merasa terdorong membela majikan mereka yang sedang absen.
    "Kalau sangat tak menyukainya kenapa kau masih bekerja padanya?" potong Gabriel. Kini ia mulai marah, matanya berkilauan mencerminkan perasaannya.
     "Aku tak punya pilihan, kau tahu ayahku tak kaya. Kau tahu apa pekerjaan Gideon sebelum sebelum menjadi miliuner? Dia seoarang buruh dibayar per hari". 
    "Tak ada yang salah dengan pekerjaan itu," bantah Gabriel keras. Ia ingat ayah tirinya mengutarakan hal serupa suaranya pelan bernada penghinaan kejam.
   "Dear Gabriel, kau harus berterima kasih padaku karena telah memberimu rumah seindah ini,"  katanya pada Gabriel .  "Tak seperti ayahmu dulu. Aku tahu dia tak pernah pandai mengelola uang. Tapi tampaknya kau tak besyukur. Bahkan kau semakin mengacau, membuat kesal anakku dan ibumu. Aku sudah bicara pada ibumu dan kami berdua merasa setahun atau lebih di sekolah berasrama mungkin akan menolongmu bersikap lebih menghargai."
    Gabriel tak berkata apa-apa, hanya berdiri diam, pucat dan mual penuh kekhawatiran.
   "Kau akan menyesal,"  Laney telah memperingatkannya dengan dengki setelah pertengkaran mereka. "Aku akan membuat ayahku mengirimmu pergi, kesekolah berasrama."
    "Kau tak bisa, ibuku takkan membiarkanmu,"  protes Gabriel . Tapi ternyata ia salah.
   Namun akhirnya ia merasakan, ada hal-hal dalam hidup yang jauh lebih buruk daripada sekolah berasrama, dan kenyataanya setelah tak lagi merindukan ibu, ia bahkan mulai menikmati kehidupan tenang dan damai tanpa Laney.
   "Tidak? Oh, rupanya kau tipe yang terangsang oleh kelas bawah ya? Kau senang diperlakukan kasar oleh seorang buruh kekar bertangan kotor dan berkuku patah, tipe yang..."
    Sorot marah berkelebat tajam dimata Gabriel ketika ia kembali memotong ucapan Chris.
   "Prasangkamu dan pandanganmu tentang majikan kita adalah urusanmu dan tak ada kaitannya dengan ku. Aku, kita berdua ada disini untuk bekerja, jadi maaf itulah yang akan aku lakukan."

Lelaki Dalam IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang