❝ Hai Jungkookie.
Kau tahu apa yang kusenangi dari hari Rabu?
Melihatmu bercucuran keringat setelah berlatih basket.
Baju seragam kebanggaanmu yang basah membuat celana dalamku ikut basah ;)Kau menggairahkan!
#9 ♥❞
"Dia pasti bercanda." Kekeh Jungkook, menggelengkan kepalanya acuh seraya menutup pintu loker dengan cara membantingnya. Sambil memainkan bola basket di ujung jari telunjuknya, pemuda itu menelusuri koridor yang ramai. Beberapa pasang mata dan suara sorakan tertuju padanya. Kebanyakan dari mereka adalah para siswi 'komunitas-penggemar-Jungkook' yang punya tingkah berlebihan.
Karena seragamnya tanpa lengan, lekukan otot bisep Jungkook terekspos. Belum lagi jika Jungkook tanpa sengaja mengelap keringat di wajahnya menggunakan ujung bajunya. Otot perutnya yang terbentuk sempurna seperti anggota boygroup terkenal membuat jeritan para gadis melengking histeris.
"Semangat, oppa!"
Jungkook berdesis namun tetap memberi cengiran kelincinya yang cemerlang. "Tidak, tidak. Aku bukan oppa mu."
"Jungkook selalu tampan meskipun dibanjiri keringat, ya?"
Jungkook menoleh ke arah sumber suara. Pemuda itu mendadak teringat dengan isi surat yang dibacanya tadi menyinggung tentang 'keringat'. Tapi Jungkook merasa, gadis yang baru saja melontarkan kalimat tersebut tidak memiliki ciri apapun yang harus dicurigakan. Gadis itu terlihat normal seperti para siswi penggosip lainnya.
Jungkook berlari kecil agar ia bisa cepat menghindar dari keramaian. Namun langkahnya terhenti ketika seorang gadis berambut pendek mencegahnya di persimpangan koridor yang sepi─bahkan hanya ada mereka berdua saja yang memijak tempat itu.
Gadis itu tersenyum saat melihat Jungkook berdiri dengan jarak yang sangat dekat dengannya. "Jungkook-ah, maaf mengganggumu." Ujarnya malu.
Jungkook mengulum bibirnya sebelum bertanya, "kenapa?"
Gadis itu mengulurkan kedua tangannya. Sebuah kotak makan berwarna merah dengan gambar kelinci putih berada di genggamannya.
"Kalau tidak keberatan, terimalah ini. Aku membuat bento spesial untuk makan siangmu."
Jungkook menelan salivanya. Apakah sebuah kebetulan atau memang gadis ini sengaja memberinya benda bergambar kelinci?
Jungkook langsung teringat dengan post-it yang mengatakan bahwa dirinya mirip kelinci. Sebelum menerima pemberian gadis itu, Jungkook melempar sebuah pertanyaan. "Uhm, apa menurutmu aku mirip kelinci?"
Gadis itu mengangguk sumringah. "iya! Karena itu kau memiliki sisi yang menggemaskan."
Jawaban gadis itu sukses membuat Jungkook mengangguk sambil mendecak lidah. "Oh, jadi kau pelakunya!"
"P-pelaku apa yang kau maksud?" Gadis itu terbata-bata setelah Jungkook menyentaknya. Keningnya mengerut heran, tatapannya gemetar.
"Kau yang selalu mengirimiku post-it aneh ke dalam lokerku, 'kan?" Tuduh Jungkook mengintimidasi, lalu melangkah maju hingga menyempitkan jaraknya dengan gadis itu hingga punggung kecilnya menyentuh dinding. Kotak makannya kini berada dalam rengkuhannya.
"Post-it seperti apa? A-aku tidak pernah mengirimmu─"
"Sebenarnya apa tujuanmu? Menakutiku? Atau kau remaja yang sedang terangsang?" Ucapan Jungkook yang semakin tanpa ampun, membuat gadis itu meneteskan sebulir air dari sudut matanya.
"Kau kasar sekali." Gadis itu bergumam lalu menundukkan kepalanya, menyembunyikan ketakutan yang tersirat di wajahnya.
"Kau bahkan menangis setelah tertangkap olehku, ya?" Sergah Jungkook sambil bersedekap. "Setiap untaian kata yang kau rangkai dalam post-it itu berhasil membuatku gelisah sampai mual."
"Kau bahkan menuduhku tanpa bukti," tukas gadis itu memberanikan diri. "Aku menyatakan kalau kau menggemaskan seperti kelinci karena banyak yang menyebutmu 'bunny boy'. Kau tidak tahu?"
"B-bunny boy? " Jungkook merendahkan suaranya bingung.
"Iya. Itulah sebutanmu di sekolah ini. Apa kau masih mau menuduhku sebagai orang yang telah─"
"Cukup."
Sebelum gadis itu berucap banyak, Jungkook terlebih dahulu menyelanya.
"Maaf telah menuduhmu. Aku hanya... diserang rasa panik," Jungkook memijat batang hidungnya."Dan tidak seharusnya aku bertindak kasar pada seorang perempuan. Maafkan aku."
Melihat Jungkook terus menyalahkan dirinya, gadis itu justru memecah tangisnya. "Tidak apa-apa. Aku bahkan tak tahu apa masalahmu, tapi aku akan mencoba mengerti."
Entah disadari atau tidak, Jungkook menarik tubuh kecil gadis itu ke dalam dekapannya.
Tangan kirinya masih memegang bola basket, sementara tangan kanannya ia gerakkan untuk mengusap bahu gadis itu."Lihat, aku membuatmu menangis. Ya ampun, ini kedua kalinya aku membuat seorang gadis menangis." Jungkook bergumam menenangkan.
Melepas dekapannya, Jungkook melebarkan matanya. "Eh, kenapa sekarang aku malah terkesan seperti orang mesum?! Maaf telah memelukmu sembarangan. Ya ampun..."
Gadis itu mengulas senyum lebar diantara pipinya yang memerah, terlihat manis dan memancarkan kehangatan. Senyuman yang membuat jantung Jungkook berdebar tidak wajar. Bukan apa-apa, ia hanya merasa gugup.
"Jangan meminta maaf. A-aku senang kau melakukannya!" Gadis itu berujar malu, lantas kembali menyodorkan kotak makannya pada Jungkook. "Ambil ini, untuk perutmu yang tadi bergetar meminta untuk segera diisi."
Dengan begitu, si gadis berambut pendek tadi memutar tumitnya meninggalkan Jungkook seorang diri. Lelaki itu merutuk, "Bodoh. Memalukan sekali perutku keroncongan disaat seperti itu."
Tanpa Jungkook sadari, ada sepasang mata yang sedang mengamatinya dari kejauhan. Tatapannya menyalang murka, bibirnya bergetar mengiringi giginya yang saling bergemeletuk menahan emosi yang meletup dalam dirinya. Merasa amat kesal terutama pada saat Jungkook memberi pelukan pada gadis yang belum sempat ia ketahui namanya itu.
♥♡♥♡♥·♥♡♥♡♥
KAMU SEDANG MEMBACA
anonymous (Fanbook Version ON EDITING)
Fanfiction[UNDER REVISION] Tidak hanya merasa terganggu, namun Jeon Jungkook mengalami frustasi terhadap Post-It yang selalu ia temukan di lokernya. Highest rank: #1 in mystery/thriller Copyright 2016, by kookconut.