❝ The one that gone away, may will never be back. But i could feel his presence in her. ❞
──────────────
| TOKYO, 6 years laterRibuan kristal lembut berwarna putih itu jatuh menghujani kaca depan mobil, mengiringi suara hembusan angin yang melolong kencang kala itu. Kim Taehyung mengeratkan dekapannya pada seorang perempuan yang wajahnya basah oleh keringat dinginnya. Bibirnya gemetaran, hidungnya memerah, bulir air yang semula terbendung di kedua sudut matanya menetes─mengalir di atas pipinya yang panas. Sayup-sayup terdengar suara lirihan tidak jelas yang berasal dari tenggorokan mengering milik perempuan itu.
"Maaf, sampai kapan kita harus seperti ini?" tegur Taehyung tak sabaran pada seorang supir taksi, semakin cemas ketika matanya memandang kemacetan yang sejak beberapa menit lalu tak ada kemajuan.
"Aku ragu kita akan tiba tepat waktu, Tuan," supir itu menjawab gugup. "Sepertinya ada longsor salju lagi di jembatan depan sana. Ini sudah biasa terjadi saat sedang badai."
"Taehyung, aku sudah tidak bisa menahan lagi. Sakit sekali, tulangku terasa remuk. Apakah hari ini aku akan mati?" sahut perempuan berambut panjang itu, deru napasnya semakin melemah.
Taehyung membulatkan matanya seraya menggelengkan kepala. "Minji, apa yang kau bicarakan? Kau akan tetap hidup. Eunseo akan lahir bagaimanapun caranya."
"Tapi─"
Ucapan perempuan itu terpotong ketika Taehyung memberi satu kecupan singkat di bibirnya. "Bertahanlah sebentar lagi, oke?" ucap Taehyung berusaha menenangkan, meski jantungnya bergemuruh seperti sedang mengalami turbulens dalam pesawat. Tidak, lebih buruk daripada itu.
"Taehyung, aku pendarahan!"
Selama menjalani 24 tahun hidupnya, Kim Taehyung merasakan dunianya kembali diputar. Bukan untuk yang pertama, tetapi yang kedua kalinya. Melihat aliran darah yang membasahi betis perempuan bernama Minji itu membuat sekelebat memori buruk di masa lalu menghampirinya. Sudah enam tahun sejak tragedi itu terjadi, Taehyung tetap mengingatnya dengan jelas. Bahkan ketika Taehyung sudah menikah sekalipun, kepingan kelam yang sangat ingin ia lupakan itu justru semakin meresap di dalam jiwanya.
"Tuan! Tuan! Tuan!"
Napas Taehyung mendadak tersengal setelah ia berhasil mengumpulkan puing kesadarannya kembali. Seolah baru saja ia mengalami sebuah mimpi buruk panjang dalam tidurnya. Lelaki itu lantas mengusap wajahnya yang berkeringat panas, padahal hawa saat itu hampir mencapai titik beku.
"Sebelumnya aku minta maaf. Tapi, aku hanya bisa menyarankanmu untuk turun dan membawa istrimu. Jika terus menunggu dalam keadaan seperti ini, kurasa akan menjadi lebih buruk," saran supir itu. "Jarak rumah sakit tidak begitu jauh dari sini, hanya tersisa sekitar 400 meter lagi untuk bisa tiba di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
anonymous (Fanbook Version ON EDITING)
Fanfiction[UNDER REVISION] Tidak hanya merasa terganggu, namun Jeon Jungkook mengalami frustasi terhadap Post-It yang selalu ia temukan di lokernya. Highest rank: #1 in mystery/thriller Copyright 2016, by kookconut.