[UNDER REVISION]
Tidak hanya merasa terganggu, namun Jeon Jungkook mengalami frustasi terhadap Post-It yang selalu ia temukan di lokernya.
Highest rank: #1 in mystery/thriller
Copyright 2016, by kookconut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di sebuah ruang tunggu rumah sakit, seorang gadis duduk dengan kepalanya yang tertunduk dalam. Kedua tangannya beristirahat di atas pangkuannya. Tetesan air yang mengalir dari matanya terjatuh di atas jemarinya.
"Tidak bisa begitu. Aku pasti sedang terjebak di dalam mimpi. Mimpi yang buruk. Jieun masih hidup. Jieun tidak boleh mati," lirih gadis itu sepelan mungkin, isakan mulai berderai dari bibirnya.
Tidak lama kemudian, isakan itu akhirnya terhenti. Gadis itu menyandarkan punggungnya pada badan kursi. Ia berusaha mengatur napasnya yang tersengal, mengiringi tangannya yang mengusap wajah basahnya.
Lantas gadis itu mengalihkan ransel di punggungnya ke atas pangkuan, membuka resletingnya lalu merogoh sesuatu di dalamnya. Beberapa lembar kertas kecil dengan berbagai warna berhasil ia keluarkan. Matanya memandang penuh kebencian.
"Sial.. Kim Nishy itu siapa?" gumamnya kemudian, raut frustasi tampak jelas di wajahnya.
Gadis itu terdiam mendadak saat netranya mendapati sepasang kaki bersepatu kets hitam tersanding di depannya. Ia mendongak, matanya membulat ketika seorang pemuda manis sedang berdiri menyapa dirinya.
"S-siapa??" tanya gadis itu, yang diam-diam menarik kembali lembaran kertas tadi di samping pahanya untuk disembunyikan.
"Aku Park Jimin. Kau Shin Rinyoung bukan?" Pemuda bernama Jimin itu tersenyum hangat, mencoba terkesan seramah mungkin. Ia lalu duduk di samping gadis itu. Shin Rinyoung, namanya.
Rinyoung meneguk salivanya canggung, menatap Jimin penuh tanda tanya. "Aku tidak mengenalmu."
"Kalau begitu, ayo kita berkenalan dari awal. Namaku Park Jimin. Kalau kau?" Jimin mengulurkan tangannya, bibirnya membentuk cengiran jenaka.
Tanpa membalas jabatan tangan Jimin, Rinyoung mendengus. "Apa maumu?"
Jimin menarik kembali tangannya dengan rasa malu. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Yah, apa ya?"
"Darimana kau tahu namaku?" Tanya Rinyoung menyelidik, merasa bingung bagaimana bisa ada pemuda asing yang menyapanya tiba-tiba.
Apa mungkin si Jimin itu adalah teman satu sekolahnya? Ah, tapi seharusnya dia memakai seragam yang sama dengan Rinyoung. Namun Jimin hanya mengenakan setelan jeans hitam dan sweater abu-abu longgarnya.
Sedangmembolossepertikumungkin, pikir Rinyoung.
"Dari temanku, Jeon Jungkook. Dia fans nomor satumu," tutur Jimin dengan selipan unsur sarkasme.
Rinyoung terbatuk karena tersedak salah tingkah, membuat Jimin secara refleks menyentuh bahu Rinyoung.
"A-aku bahkan tidak kenal Jungkook. Tahu saja tidak."
"Ah, masa? Bagaimana kau tidak kenal dengan orang yang menjadi candu obsesimu?" Tuding Jimin halus, tangannya semakin menekan bahu gadis itu. Seperti sengaja memberi intimidasi.