False Thought

63 9 0
                                    

-Author's Pov-

lauren keluar dari mobilnya berurai air mata, dia langsung masuk ke rumah dan naik ke lantai atas menuju kamarnya. saat membuka pintu terkejutlah lauren, karena dinah, ally, dan normani sudah ada di sana.

sepertinya mereka sudah lama berada disana.

lauren langsung cepat-cepat menghapus air matanya. dinah, ally, dan normani menghampirinya.

lauren hanya terdiam, apakah mereka akan menghinanya karena terlalu bodoh?

tapi normani yang pertama memeluk lauren, ally menyusul, dan dinah yang terakhir.

lauren tak kuasa menahan tangisnya, dia menangis di pelukan ketiga temannya.

beberapa menit hanya isakan tangis lauren yang terdengar, ketiga temannya sibuk menenangkan.

"better gurl?" tanya ally tersenyum.

lauren hanya menghapus air matanya, berulang kali. karena masih berjatuhan.

"m-maaf aku tidak mendengarkan kalian" ucap lauren, menunduk.

"hei, apa sih. kami bukan kesini untuk menghakimimu. kami kesini sebagai temanmu. katakan, apa yang terjadi?" tanya normani.

lauren hanya duduk di lantai kamarnya, bersama ally, normani, dan dinah.

dan lauren mulai menceritakan semuanya.

tentang bagaimana niall memang sangat dekat dengan camila. bagaimana semua orang disana senang-senang saja melihat tingkah camila dan niall.

semuanya. kecuali lauren.

lauren menceritakan semuanya dengan detil, tapi rasanya bagaikan mengulang siksaan yang membuatnya pulang lebih cepat itu.

"tapi, kau lihat kan? harry biasa saja. mungkin mereka memang cuma teman" ujar ally, berusaha memberi opini.

"tapi bukankah teman bisa saling suka? bukankah harry dan camila dulu juga begitu?" tanya lauren frustasi, dia membenamkan kepalanya di tumpuan lututnya.

ally tampak bingung ingin menjawab apa.

"bagaimana kalau aku hanya sekedar pengalih perhatiannya? agar harry tidak tahu kalau niall menyukai camila?" tanya lauren lirih.

"hei, kau berlebihan lauren. ayolah, tak mungkin. niall tak sekejam itu. kau sendiri yang bilang kalau dia adalah orang paling ramah satu sekolah. so? tak mungkin sayang" ujar dinah, dia memegang bahu lauren.

memaksa lauren menatapnya.

"adakah sesuatu yang masuk akal jika kau sedang menyukai seseorang? mungkin niall juga sedang mengalami itu" ucap lauren, dia menatap kuku-kukunya.

dinah tampak menyerah.

begitu juga ally dan normani.

bagaimanapun juga, skenario yang lauren pikirkan tentang niall tidak bisa ditepis begitu saja.

bagaimana jika benar?

kalau lauren hanya sekedar pengalih perhatian?

mereka semua terdiam. 

"sudahlah, kalian tidak perlu berfikir sekeras itu demi aku. kalian tidak pulang apa? ally? normani?" tanya lauren, tersenyum.

dinah memperhatikannya. senyum yang sama saat lauren sudah melihat camila dan niall di taman tadi.

ally dan normani tampak salah tingkah. karena rumah mereka memang paling jauh kalau dari rumah lauren.

"um, baiklah. kami pulang ya lauren" pamit ally dan normani. setelah lauren memeluk mereka berdua, ally dan normani pulang.

We're Fifth HarmonyWhere stories live. Discover now