Benar-benar hari yang sempurna di Sungai Han. Kau tau kenapa? Pagi ini langit sangat cerah , namun tidak panas. Hamparan biru melintang diatas kami sungguh nikmat, angin yang menari-nari meniup kami begitu menyejukan. Sungai Han penuh dengan orang -orang yang memadu kasih sayang dan kegembiraan. Aku merindukan keluarga ku , namun berada bersama 'keluarga Yugyeom' rinduku seperti terobati. Ibu Yugyeom sudah seperti ibuku sendiri. Ia pun juga menganggapku seperti adik Yugyeom padahal Yugyeom justru lebih muda dariku. Saat ibu tengah menyuapi bakso ikan di mulutku seperti yang ibu lakukan pada Jaerim tiba-tiba ponselku bebunyi. Semunya berhenti dan menatapku, merasa penasaran siapa yang menelefonku.
Terdapat wajah bunda muncul di layar ponselku, dengan segera mungkin aku menjawab video call dari bunda.
"Hai bunda!" Ku sapa bunda dengan semangat. Ia nampak heran melihat wajahku yang sangat gembira hari ini.
"Keliatan nya lagi seneng nih, padahal terakhir bunda video call mukamu kecut banget." Ledek bunda, ia terkekeh dari sana.
Yang lain hanya melihatku kebingungan, tentu mereka tidak mengerti apa yang aku bicarakan dengan bunda.
"Bun kita lagi piknik di sungai Han, tempatnya bagus banget! Kapan kapan bunda harus kesini!" Seruku membuat bunda kembali terkekeh. Aku pun memperlihatkan bunda bagaimana itu sungai Han dan juga kuarahkan kamera pada keluarga baru ku ini. Bunda menunduk menyapa ibu Yugyeom, ibu Yugyeom pun melakukan hal yang sama. Bunda memintaku untuk menerjemahkan kalimatnya pada ibu Yugyeom.
"Oke bun mulai. Biar aku terjemahkan," kataku pada bunda.
Bunda mulai berbicara kalimat demi kalimat padaku. Aku menerjemahkan kalimat tersebut kepada yang lain terutama ibu Yugyeom."Ibu, Bunda bilang: bu Kim, saya sangat berterimakasih karena anda sudah merawat anak saya yang tersesat di sana. Saya tidak mengerti kenapa anda mau menampung gadis manja seperti Sunny.." Sontak semuanya menertawakanku.
"..terlepas dari itu. Anda adalah orang yang baik, saya akan menjemput Sunny ke Korea sekitar seminggu lagi. Ayahnya sudah mulai menyelesaikan proyek nya. Saya harap anda tidak keberatan menampung bocah itu satu minggu lagi.."
Tiba-tiba air mata ibu Yugyeom menetes perlahan dari sudut matanya. Aku terkejut begitupun yang lain.
"Tapi semuanya terserah Sunny, dia ingin pulang sendiri atau kami jemput atau masih ingin lebih lama lagi disana. Saya menjadi tidak khawatir karena kebaikan anda pada putri saya. Terimakasih banyak ibu Kim saya harap anda mau memaafkan kelancangan saya membiarkan anak saya tinggal dan menyusahkan keluarga anda." Bunda juga menangis saaat aku selesai menerjemahkan kalimatnya , ia mengusap air mata nya dengan tissue.
"Apa ada yang ingin ibu sampaikan?" Aku mengusap punggung tangan ibu Yugyeom. Ia pun mengangguk. Ia mulai berbicara dengan bahasa korea lalu aku menerjemahkannya pada bunda.
"Bun, ibu Kim bilang: Anda tidak perlu meminta maaf , kami sangat senang dengan kehadiran Sunny ditengah-tengah kami. Semenjak sunny datang , saya sudah merasakan bahwa dia anak yang baik. Sunny tidak manja saat dirumah kami. Ia seering membantu kami membersihkan rumah,mengurus dan menemani Jaerim kami, memasak, mencuci piring juga.." Bunda terkejut saat ibu Yugyeom mengatakan hal tersebut. Bunda hendak berbicara namun ibu terus melanjutkannya.
"..bahkan kami ingin Sunny lebih lama tinggal bersama kami. Sampai berpa lamapun Kami tetap tidak akan melupakan Sunny." Kalimat Ibu Yugyeom sukses membuat Jaerim dan yang lain menangis. Yah, mereka pasti menyayangiku.
"Bun udah ya? Malah pada nangis semua ini." Ucapku sembari tersenyum kaku pada bunda. Bunda pun mengangguk.
"Sebentar! Kamu cuci piring nak? Kamu yakin? Apa air nya gak dingin? Apa nyuci piring siang-siang?" Bunda terlihat khawatir. Yang lain nya bingung melihat ekspresi bunda.