Waktu cepat sekali berjalan, benar kata orang hal menyenangkan membuat waktu menjadi lebih singkat. Iya, selama 1 bulan aku disini, banyak hal yang sudah aku lewati dengan kesenangan. Dan hari ini saat nya aku kembali ke kampung halaman ku Indonesia, untuk sementara waktu. Walaupun 1 bulan lebih adalah waktu yg singkat. Entah kenapa ,rasanya seperti masih tidak rela untuk pergi walaupun hanya sebentar. Namun aku tak bisa bohong jika aku juga merindukan bunda , papa dan teman-teman di Indonesia.
Kini aku , Jaebum , Yugyeom , Ibu , Jaerim dan Joo hyuk? Iya , setelah berkenalan tempo itu dengan Joo hyuk kini kami menjadi teman. Walaupun Jaebum pasti selalu marah jika aku mengunjunginya ke kedai bersama dengan Joo hyuk. Jaebum pasti selalu cemburu. Padahal yah , aku dan Joo hyuk tidak lebih dari teman.
Jaebum mengelus pucuk kepalaku , mengerecutkan bibirnya seperti menahan sedih. Namun saat aku meliriknya ia berpura pura tersenyum.
"Hey, kau kenapa? Diam saja dari tadi?" Tanyaku padanya seraya menurunkan tangannya dari kepalaku.
Ia menunduk lesu. Membuatku semakin gelisah meninggalkan nya dengan wajah seperti itu.
"Tidak apa-apa."
"Hey apa kau akan mengucapkan selamat jalan dengan wajah dan mood seperti itu?" Tanyaku kembali.
Jaebum tiba tiba saja meraih tanganku. Menatap mataku dengan matanya yang sedikit sendu.
"Korea dan Indonesia itu jauh Sunny, ini bukan Seoul dan Busan atau Hongdae dengan Itaewon. Tentu aku sedih." Jawabnya lugu.
Aku terkekeh mendengar jawabanya.
"Ya! Kenapa kau seperti bocah! Coba liat Jaerim, dia biasa saja karena dia tau aku akan kembali. Itu intinya.""Tapi tetap saja, bagaimana kalau aku merindukan mu?" Rengeknya lagi.
Aku merogoh ponsel disakuku lalu memperlihatkan nya.
"Lantas apa gunanya ini? Hm?""Sudahlah Jaebum. Aku tidak ingin kau seperti itu yang ada aku malah kepikiran disana. Jangan egois begitu, aku juga merindukan keluargaku." Tambahku. Kutarik dengan paksa tanganku yang masih dalam genggamannya. Kenapa dia kekanakan sekali sih. Apa dia mau aku disana tidak tenang mengingat terkahir melihat wajahnya cemberut seperti ini.
Kudengar Jaebum menarik nafas panjang. Lalu menutup matanya. Melakukannya berulang-ulang. Terserahlah , dia menghancurkan mood ku.
Aku beralih ketempat dimana ibu , Jaerim , Yugyeom dan Joohyuk duduk. Aku memeluk ibu dengan erat. Beliau menepuk pundakku , menenangkan ku. Dilepaskannya pelukan kami lalu ibu meraih tanganku.
"Jaga diri baik-baik. Kabari jika kau akan datang ya, nanti ibu siapkan kamar yang lebih bagus untukmu. Ah iya sampaikan salam pada ibu mu ya. Kami akan merindukanmu." Aku hanya mengangguk seraya tersenyum menanggapi ibu.Tiba-tiba tangan mungil Jaerim menarik jemariku.
"Kakak, kapan kakak datang lagi?""Mungkin setelah 3 minggu, hanya sebentar kan?" Jawabku.
"Asyik! Tidak lama! Kakak nanti kalau kakak datang , aku sudah bisa naik sepeda roda dua yang besar." Aku terkekeh geli karena Jaerim. Aku jadi ingat seminggu belakangan ini aku mengajarinya naik sepeda roda dua di taman sungai Han setiap sore.
"Janji ya?" Kuulurkan kelingkingku padanya. Ia pun membalasnya seraya tersenyum senang.
"Janji!""Bawakan aku oleh-oleh." Sahut Yugyeom tiba-tiba. Apa-apa an dia ini?
"Baiklah, akan ku oleh-olehi 'petai' (mengucap petai dalam bahasa Indonesia)"
"Apa itu 'petai'?" Tanyanya bingung.