Peraturan?

54 2 0
                                    

"Gia!" panggil seorang guru wanita dengan suara yang menggelegar.

Sekarang Gia ada di sekolah, tapi akhir-akhir ini Gia terlihat lesu, apa Gia masih memikirkan Tedi? Ntahlah hanya Gia dan tuhanlah yang tau.

Karena merasa namanya di panggil Giapun mendongak dan mendapati sosok guru yang sedang melototkan matanya, Gia hanya begidik ngeri.

"I-iya ada apa ya bu?" tanya Gia dengan gemetar.

Guru itupun menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Tolong, kamu kerjakan pertanyaan yang ada di papan tulis itu!" ucap guru tersebut, yang tak lain adalah guru fisika.

"Hah, maaf bu saya tidak bisa" ucap Gia sambil cengengesan.

Guru itupun menatap Gia dengan tatapan geram.

"Oke! Kamu keluar dari kelas ini, sekarang!!" ucap guru itu dengan tegas.

Gia yang mendengar itupun hanya bisa menganga lebar.

"Ta-ta..."

"Gak ada tapi-tapian ayo keluar!!!" bentak guru tersebut.

Dengan gemetar Giapun melangkahkan kakinya untuk keluar kelas, melihat Gia di usir dari kelas kedua sahabatnya pun merasa prihatin.

"Gia kenapa sih? Gak  biasanya dia kaya gini" tanya Laudi dengan penasaran.

"Ya gue gak taulah, udah nanti kita tanya langsung aja sama orangnya" ucap Anita.

***

Di luar kelas Gia hanya bisa diam, melihat kesegala arah, dia mulai bosan karena baru pertama kali dia di keluarin dari kelas saat jam pelajaran hanya karena hal sepele.

"Bosen, males, pengen pulang!" ucap Gia pada dirinya sendiri.

Giapun mulai berjalan menuju taman belakang yang cukup buat ngehilangin masalah yang ada pada dirinya.

Namun saat Gia melewati koridor ruang musik Gia mendengar suara seseorang yang sedang mengobrol.

Giapun hanya berlalu, namun saat dia ingin melangkahkan kakinya dia mendengar namanya di sebut dalam obrolan itu, Giapun akhirnya memutuskan untuk mendengar apa yang mereka bicarakan di dalam, sampai-sampai namanya disebut-sebut.

Giapun mendekati pintu ruang musik itu, dan menempelkan telinga sebelah kirinya bermaksud untuk mendengar apa yang di bicarakan oleh orang yang ada di dalam sana.

"Hey, ted! lo kayaknya suka deh sama adik kelas kita yang namanya, kalo ngga salah Giandra Avista itu?" tanya seorang laki-laki.

Giapun mulai menajamkan pendengarannya karena baru saja namanya di sebut.

"Gila lo! Gak mungkinlah gue suka sama tuh cw, gue deketin dia cuman buat maenin dia aja" ucap laki-laki yang suaranya sangat Gia kenal.

Apa? Jadi selama ini lo cuma nganggep gue sebagai mainan aja, di saat gue mulai sayang sama lo, tapi.. Lo cuman nganggep gue cuman mainan lo, keterlaluan! Batin Gia.

Gia merasakan dadanya mulai sesak, dan tanpa ia sadari air matanya mulai jatuh dan membasahi pipinya, namun Gia enggan untuk beranjak dari situ  dia ingin tau apa yang akan di bicarakan lagi.

"Ya bagus dong, berarti lo ngga ngelanggar peraturan yang lo buat sendiri" ucap salah satu teman Tedi yang bernama Raffa.

Peraturan? Apa maksudnya semua ini? Batin Gia

"Gia, lo ngapai di situ?"

Makasih semuanya yang udah setia ngebaca cerita wattpad untuk apa? Ya walaupun ceritanya agak ngawur, sekali lagi saya ucapkan terima kasih, oke! Jangan lupa vote sama commentnya semua🙏😊☺

Kisses anggidn😘😘

Untuk Apa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang