[Jungkook]
Ini adalah malam sabtu. Jimin mengunci tokonya dan berjalan menuju mobilnya. "Apakah kau akan pulang sekarang?" Aku bertanya padanya dengan sedikit gugup. Ia pun tersenyum, "mungkin, bagaimana denganmu?" Ia balik bertanya. Aku terdiam sejenak, lalu menggelengkan kepalaku. "Aku tidak ingin pulang dulu, tapi karena kau akan pulang, jadi mungkin aku akan berjalan kerumah sekarang,"
Jimin mengangguk pelan, "oh...Jungkook?" Panggilnya. Aku mengangkat kedua alisku dan melihat ke arahnya, "kenapa?"
"Biar kau aku antar pulang," ucapnya sambil mengusap punggung lehernya. "T-tapi, bukankah kau pergi ke arah sana? Kita berbeda arah," Aku menunjukkan jariku ke arah kanan, "tidak apa-apa, ayo kita pergi," ia membukakan pintu mobilnya untukku dan mempersilakanku untuk masuk.
Harum di dalam mobilnya persis seperti harum dirinya; strawberry. Jimin pun mulai menyalakan mesinnya dan mulai menyetir.
Perjalanan kami tidak canggung. Nyaman dan menenangkan. Suara di sekeliling kami hanyalah musik yang terputar melalu tape. Aku menganggukkan kepalaku mengikuti beat musik yang merupakan musik favoritku. aku mengikuti nyanyiannya dengan pelan.
"Suaramu sangat bagus, Jungkook" Jimin menghilangkan kesunyian di antara kami. Aku seketika berhenti menyanyi karena komentar tersebut.
"Ma-maaf jika aku mengganggumu, tapi... terima kasih," ucapku pelan.
"Walaupun mungkin kau akan bernyanyi dengan suara yang keras pun, aku tidak masalah. Suaramu memang benar-benar bagus," Ia terus menyetir dan ia tersenyum.
Aku mengepalkan tanganku, aku merasa gugup. Aku harap dia tidak akan menyadari nafasku yang tidak beraturan. Aku memutuskan untuk melihat keluar jendela. Toko-toko berhiaskan lampu warna-warni, membuat semuanya terlihat seperti suasana malam natal, tanpa turunnya salju.
Inilah pemandangan kota setiap harinya. Walaupun toko-toko tersebut sudah tutup, tapi mereka membiarkan lampu-lampu tersebut tetap menyala, untuk menghias waktu malam.
Tanpa aku sadari, kami hampir sampai di rumahku. Aku harap perjalanan ini tidak akan berakhir.
Mobil ini pun berhenti tepay di depan rumahku. "Terima kasih untuk tumpangnnya," kataku sebelum membuka pintu mobil dan berjalan keluar. Jimin pun membuka kaca mobilnya dan memanggilku.
"Apakah aku akan menemuimu lagi besok?" Tanyanya. Aku mengangguk, dan tersenyum, "tentu saja,"
"Oh, dan bolehkah aku meminta nomormu?". Aku kembali mengangguk dan mengeluarkan handphoneku dari tas-ku.
Malam ini, kami bertukar nomor setelah beberapa minggu. Aku tidak sabar untuk mengirim pesan padanya.
__
"Jungkook, kau dari mana saja?" Eomma-ku sedang memasak makan malam. Aku tidak tahu kalau ia akan pulang cepat hari ini.
Aku melemparkan tubuhku ke sofa, "aku hanya bermain dengan temanku," kataku malas.
"Senang mendengarnya, Kookie. Siapa nama temanmu?" Eomma bertanya lagi. "Jimin," jawabku malas.
Aku mengambil handphone-ku dan mengirim pesan kepada Jimin.
Hai hyung:) terima kasih banyak untuk hari ini, aku tidak sabar untuk bertemu lagi denganmu besok 08.45PM
Mungkin malam ini aku tidak akan bisa tidur lagi.
Setiap kali aku berbicara padanya, aku selalu tersesat dalam pandangannya. Mungkin aku membuatnya merasa tidak nyaman.
Aku harap aku memiliki keberanian untuk memberitahunya, semua perasaanku. Tapi, akankah itu akan menjadi canggung? Aku takut Jimin aku akan membenciku selamanya.
Dan hal yang paling kutakuti adalah, jika aku tidak akan bisa berbicara padanya lagi.
Aku berharap menyatakan perasaan itu tidak sulit.
Aku mengusik semua pemikiran tentang hal itu. Aku harus mencari cara agar kami bisa menjadi lebih dekat.
_________________
a/n: update-an nekat di tengah2 minggu UAS :)
Jangan lupa comment dan vote nya :)
And, all feedbacks are appreciated, thank you :)
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love | Jikook
FanfictionKetika cinta dan hidupmu, keduanya memberikanmu rasa sakit yang mendalam. (Original fanfic) Ini versi bahasa Indonesianya~