Chapter 8

155 15 0
                                    

[Jungkook]

"Lupakan tentang kemarin, Jungkook..." Aku mengingatkan diriku sendiri untuk melupakannya.

Aku mengakuinya, aku tidak dapat tidur sepanjang malam. Bagaimana bisa kami bersama tadi malam? Tapi tadi malam filmnya sangat menarik; intro dan ending yang bagus.

Kuingat, tadi malam pelukannya yang begitu hangat, seharusnya aku memeluknya kembali daripada terus merasa takut. Tapi, aku tidak ingin suasana menjadi lebih canggung. Belum saatnya...

Aku dengan cepat meraih handphone-ku yang berada di atas meja tepat di samping tempat tidurku. Eomma akan pergi selama 3 hari. Mungkin aku harus merencanakan sesuatu.

Aku berpikir mendalam. Haruskah aku meminta Jimin untuk datang ke rumahku dan menginap, atau... aku yang harus ke rumahnya? Membosankan...

__

"Apakah kau datang kesini setiap hari?" Jimin bertanya padaku saat kamu sedang berjalan di sebuah taman di dekat rumahnya. Aku tersenyum dan terfokus kepada kerikil yang sedari kutendangi perlahan, "mungkin iya" kujawabnya pelan. Jimin mengangguk. Ia memasukkan tangannya ke dalam kantungnya dan melihat ke atas langit, "cuacanya bagus, bukankah begitu?"

Aku menendang kerikil tadi dengan kencang hingga ia melompat jauh dan mulai melihat ke sekeliling. Aku melihat apa yang ia maksud. Sore ini, benar-benar indah. Walaupun dikelilingi dengan banyak pohon yang tua, tetapi justru merekalah yang melengkapinya. Aku menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan. Sekali lagi aku melihat ke sekitarku, bunga-bunga putih yang menghias, menikmati suara daun yang berada di bawah kaki kami sepanjang kami berjalan.

Sangat menyenangkan berjalan bersama seperti ini, seseorang yang mengubah hari-hariku. Dia benar-benar bersahabat, dan begitu baik. Aku senang ia bisa mempercayaiku. Ia menceritakan hidupnya kepadaku.

Walau begitu, sebenarnya hidupnya tidak seindah yang kau pikirkan, tetapi ia terus mencoba untuk tersenyum dan memperlakukan orang-orang di sekitarnya dengan kasih sayang. Ia ingin membuat orang tuanya bahagia. Eomma-nya sudah tiada, tetapi ia yakin di atas sana eomma akan tersenyum jika ia berbuat baik dan menerapkan apa yang telah diajarkan kepadanya. Terlebih lagi ia adalah anak tunggal.

Jimin mengatakan ia sangat mencintai hidupnya. Banyak sekali turunan dan tanjakkan yang harus ia lalui. Tetapi dengan itu, ia merasa kalau ia menjadi jauh lebih kuat.

Aku berharap aku mengenalnya sejak lama.

Aku sangat ingin mengetahui lebih banyak tentangnya, mengerti lebih dalam mengenainya. 

Kami memutuskan untuk duduk di kursi taman. Dari sini kami dapat melihat matahari yang akan terbenam sebentar lagi di balik pohon.

Jimin menaruh satu tangannya di sekitar pundakku, menyuruhku untuk duduk lebih dekat. Perlahan ia menaruh kepalaku di pundaknya.

"Aku sangat suka seperti ini" ucapnya.

"Aku juga..." ucapku dalam hati.

Kemudian ia pun mengistirahatkan kepalanya di atas kepalaku. Dan lagi, kami menjadi begitu dekat. Kami tidak melakukan apa-apa, hanya menunggu langit menjadi gelap.

Aku merasa mataku menjadi sedikit berat dan ingin sekali menutupnya, tetapi Jimin bergerak dan mengambil handphonenya dari dalam kantungnya. "Sudah pukul segini, ingin makan bersama?" Jimin menanyakanku. Aku mengangguk dan tersenyum. Handphone Jimin pun bergetar, menandakan pesan masuk, "tunggu sebentar ya"

Aku tidak tahu apa yang membuatku cemas. Itu hanya sebuah pesan, tetapi sesuatu seperti tidak benar.

Menjadi lebih buruk ketika raut wajah Jimin yang perlahan berubah dan keningnya yang mengerut. Ia seakan menatap seperti tidak percaya. Ia menutup mulutnya dengan tangannya.

Ekspresinya seperti... tidak bernyawa, dan ia seperti sedang berpikir dengan sangat dalam. Perlahan ia menatapku.

"Maaf, Jungkook... sepertinya hari ini sampai sini dulu. Ada sesuatu yang harus aku urusi..." Ucapnya sambil menggenggam handphone nya dengan sangat erat.

Aku akui, aku sedikit kecewa mendengarnya, tapi aku tahu sesuatu yang serius benar-benar terjadi . Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku mengangguk dan tersenyum gugup.

Jimin dengan cepat berlari meninggalkanku. Aku tetap berdiri di tempat yang sama, melihat Jimin yang jauh di sana, dan perlahan menghilang.

First Love | JikookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang