|4| - Car Crash

12K 381 4
                                    

Risya baru saja sampai beberapa meter dari apartemennya ketika ia melihat Mr. Gerrard, si pemilik apartemen yang Risya sewa berdiri di depan pintu apartemen sewaannya.

"Good Afternoon, Mr. Gerrard," sapa Risya kepada pria paruh baya yang masih tampak gagah itu.

"Kau sibuk, Miss?" Tanya pria tua itu sambil membenarkan rambut klimisnya yang sudah memutih.

"Tidak, ada apa?"

"Begini, aku tidak mau berbasa-basi. Ada seorang pembeli yang kemarin menawarkan diri untuk membeli apartemenku ini dengan harga yang sangat tinggi dan sore ini juga, ia akan menempati apartemen ini," jelas Mr. Gerrard panjang lebar.

Saat ini rasanya badan Risya seperti ditusuk pedang samurai paling tajam sampai badannya terbelah menjadi dua.

Tidak salah lagi, ini pasti salah satu rencana busuk Bajingan Mahatta Group itu!

"Tapi aku sudah melunasi uang sewanya sampai 6 bulan ke depan."

"Mudah. Ini, ku kembalikan seutuhnya," pria itu mengeluarkan sebuah amplop cokelat dari saku celananya.

"Aku harap pukul dua nanti apartemen ini sudah kosong, Miss," tutup pria menyebalkan itu yang langsung mengambil langkah angkuh meninggalkan Risya dengan pikiran yang sangat kacau.

Risya mengambil ponsel dari tas jinjingnya, berniat menelfon Jack untuk meminta bantuan. Tetapi niat itu sirna ketika ia melihat sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.

"Apa kabar dengan apartemenmu?"

Pegangan pada ponselnya semakin erat. Amarahnya mulai naik. Apakah semua keturunan Mahatta harus sebrengsek ini?

Risya menelfon nomor tak dikenal itu dengan pikiran yang meluap-luap tapi tetap berusaha tenang.

Pada dering kedua, telefon itu diangkat dan digantikan oleh suara rendah yang bagi Risya sangat memuakkan.

"Kau merubah pikiranmu, Maxine?"

"Apa kau sedang membuat permainan denganku, Mr. Mahatta?"

"Listen, i changed the rule. Aku akan memberimu apartemen yang baru saja aku beli dan seluruh kebutuhan hidupmu dan Reana akan aku tanggung dengar syarat-"

"Aku tidak butuh!" Risya segera mematikan sambungan telefon sebelum Daniel mengatakan kata-kata vulgarnya lagi.

Wanita berbaju hitam itu kini terduduk lemas di lantai. Berusaha untuk tidak menangis karna tangisannya tidak akan merubah apapun.

Kini ia berusaha berpikir, dimana nantinya ia dan Reana akan tinggal?

°°°

"Risya, look! Nilaiku 100 lagi!" Teriak Reana sambil berlari menghampiri Risya yang baru saja tiba di sekolah Reana untuk menjemput gadis kecil itu.

"Woah, kau sangat pintar seperti Mom!" Puji Risya sambil tersenyum dengan tulus.

"Apakah Mom sangat pintar?"

"Tentu saja!" Risya merasa miris, adiknya benar-benar tidak mengenal mamanya karena sudah ditinggal sejak kecil.

Pandangan Reana segera tertuju pada koper besar yang dibawa Risya.

"Risya, kenapa kau membawa koper kesini?" Tanya Reana polos. Kalau tidak sedang menyebalkan, Reana sangat menggemaskan seperti kebanyakan anak kecil yang masih lugu.

"Kita akan pindah, Reana. We lost our apartment," ucap Risya dengan wajah sedih. Mengetahui hal itu, Reana juga menjadi sedih. "But don't worry, kita akan dapat tempat tinggal baru secepatnya!" Ujar Risya riang untuk menghibur Reana.

"Malam ini kita akan tidur dimana? Apakah kita akan tidur di jalanan? Are we homeless now?" Tanya Reana bingung.

"We aren't. Kita bisa mencari apartemen baru sekarang. Let's go, Re!" Risya menggandeng tangan Reana, berusaha untuk tetap terlihat bahagia walaupun sebenarnya ia sangat hancur.

Risya menyetop sebuah taksi dan mulai mengelilingi kota New York untuk mencari apartemen yang bisa ia sewa bersama adiknya dengan harga yang tidak terlalu mahal.

Sayangnya, hampir semua apartemen di kota New York disewakan dengan harga setinggi langit yang tidak mampu Risya bayar.

"Risya, i'm hungry," ucap Reana sambil menguap. "And sleepy," lanjutnya.

Risya melihat jam di pergelangan tangannya. Pukul delapan malam. Ini sudah cukup malam bagi Reana dan juga mereka belum memakan apapun sejak tadi siang.

"Berhenti di depan saja, Sir, kami mau ke KFC," perintah Risya kepada si supir taksi.

"Saya putar balik saja, Miss. Jalanannya terlalu ramai untuk disebrangi," saran si supir taksi.

"No, it's okay, Sir. Ini, kau bisa ambil kembaliannya." Risya memberikan beberapa lembar dollar kepada supir taksi itu.

Risya dan Reana pun keluar dari taksi dan mengambil ancang-ancang untuk menyebrang jalan menuju KFC.

Reana yang sudah tidak sabar langsung berlari sendiri tanpa mempedulikan Risya yang sedari tadi memanggilnya.

"REANA DON'T RUN!"

Tinnn.... tinn..... sebuah bunyi klakson mobil yang menyakiti telinga berbunyi sangat keras.

Ketika Risya mencoba menggapai Reana, semuanya sudah terlambat. Risya seketika mematung di tempat.

"Risya?!" Si pengemudi mobil keluar, berniat untuk mengecek korban yang baru saja ia tabrak, tapi ia malah melihat seseorang yang ia kenal.

Risya menengok ke arah suara yang memanggil namanya.

Bajingan itu lagi.

Bajingan yang kemarin baru saja menabraknya,

sekarang menabrak adiknya.

5 Desember

MercyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang