|9| - Blue Dress

10.4K 355 10
                                    

"Do you like the dress?" Tanya Daniel memecah keheningan di dalam mobil sport mewah itu.

Daniel baru saja menjemput Risya dari tempat pemotretannya dan sekarang mereka sedang dalam perjalanan pulang menuju apartment Daniel.

"Bagaimana kau tau aku menyukai warna biru, huh? Kau pasti membuntutiku kan?" Bukannya menjawab, Risya malah balik bertanya dengan nada ketus.

"Lucky guess maybe." Daniel menyeringai kecil, ia tau bahwa Risya menyukai gaun yang ia pesan secara eksklusif ke perancang kelas atas. Tidak perlu ditanya berapa harganya, Risya tau ia bahkan tak sanggup membayar setengah harga dari gaun itu.

Hening lagi.

Tiba-tiba Risya teringat bahwa ia belum menjenguk Reana hari ini, ia terlalu sibuk dengan pemotretannya. Bagaimana mungkin ia bisa lupa? Kakak macam apa dia ini?

"Daniel," panggil Risya pelan.

"Kenapa, sayang?"

"Jangan panggil aku itu!" Daniel tertawa mendengar nada kesal Risya, tapi tawa itu tak berlangsung lama karena Risya langsung menlanjutkan, "Bolehkah aku menjenguk Reana sebelum ke pesta?"

"Tentu." Daniel segera memutar balik arah menuju rumah sakit tempat Reana dirawat.

°°°

"Risya, kau lama sekali!" Teriak Daniel dari ruang tengah karena Risya tak kunjung selesai merias wajahnya. Daniel sendiri sudah rapih dengan jas formalnya.

"Iya iya, aku selesai!" Tak lama Risya pun keluar dari kamar dengan gaun biru yang sangat indah.

   "Iya iya, aku selesai!" Tak lama Risya pun keluar dari kamar dengan gaun biru yang sangat indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"That dress really suits you," ucap Daniel tanpa berkedip memandang Risya. Sungguh, Risya sangat cantik malam ini dan entah mengapa ia menyesal telah membelikan Risya dress seterbuka itu.

"Thanks." Risya tersenyum dengan tulus. Ini pertama kali Risya tersenyum setulus itu untuk Daniel dan Daniel merasa ada suatu kehangatan yang menjalar dalam dirinya.

"Let's go." Daniel menggenggam tangan Risya dengan erat seolah takut kehilangannya.

°°°

Risya merasa tak nyaman berjalan bersebelahan dengan Daniel di tengah ballroom yang sangat ramai dengan orang-orang kelas atas ini. Pasalnya Daniel yang tampan menjadi pusat perhatian disini sedangkan ia harus menerima tatapan-tatapan tajam dari para perempuan yang memuja Daniel.

Daniel memperkenalkan Risya kepada rekan-rekan bisnisnya dan berkali-kali ia melihat tatapan lapar dari para laki-laki hidung belang itu kepada Risya. Ingin rasanya ia mengesampingkan sopan santun dan menghajar mereka saat itu juga.

"Aku ingin ke toilet sebentar," izin Risya melihat Daniel asyik membicarakan tentang bisnisnya bersama rekan-rekannya yang membuat Risya bosan.

Daniel mengangguk. Bersama dengan itu Risya pergi meninggalkan kerumunan orang-orang itu menuju toilet yang terletak di sayap kiri ballroom megah tersebut.

Di tengah perjalanannya, tiba-tiba ada seseorang yang mencekal tangannya.

"Long time no see, Sweetheart."

Risya ingat suara ini.

Suara yang selalu menghantui hidupnya.

Suara yang membuat hidupnya kacau balau.

"S-sir Paul?"

6 Maret

MercyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang