|8| - Can I Leave?

10.2K 335 9
                                    

"Risya?" Merasa diabaikan, Daniel mulai geram kepada wanita di hadapannya ini.

"Risya jawab aku!" Ia menggebrak meja makan ith cukup keras.

Setetes air mata tiba-tiba lolos dari mata kanannya dan setelah itu, Risya mulai menangis.

"A-aku..." Berusaha mencari alibi, tetapi pikiran Risya benar-benar kosong. Hanya kilas-kilas balik masa lalu menyakitkan yang ada di pikirannya.

Tiba-tiba Risya merasakan sakit itu lagi. Nafasnya mulai tidak teratur dan kepalanya berdenyut sangat keras. Ia segera berlari menuju kamarnya untuk mengambil pil itu. Obat penenang yang terakhir kali ia konsumsi beberapa tahun lalu. Ia segera menegaknya dan berusaha melupakan semua yang pernah ia alami.

Ia masih meringkuk di pojok ruangan dengan botol obat di tangannya dan pil yang berserakkan di lantai kamar mewah itu. Daniel memperhatikannya dan benar-benar kaget ketika melihat Risya bertingkah seperti orang kesetanan.

Akhirnya, tepat pukul satu dini hari, Risya tertidur di posisi yang sama saat ia menangis. Daniel mengambil botol putih itu dari tangan Risya dan membereskan semua pil yang berserakkan di lantai. Setelah beres, ia mengangkat tubuh Risya dan dibaringkannya di atas kasur.

Ia menatap Risya cukup lama.

"Let me see your dark side, Risya," ucapnya lalu mengecup bibir Risya penuh kelembutan.

°°°

Setengah sadar dari tidurnya, Daniel meraba sisi tempat tidurnya untuk mencari tubuh mungil Risya dan memeluknya, tetapi ternyata sisi itu kosong. Ia segera bangun dan keluar dari kamar dengan panik.

"Risya!" Teriak Daniel ketika ia melihat perempuan itu tengah membelakanginya di balkon.

"I'm sorry about last night, seharusnya aku-" ucapannya terpotong Risya.

"Bolehkah aku pergi?" Ucap perempuan itu tanpa melihat ke arah Daniel yang berdiri di belakangnya.

"What?" Daniel menatap dalam manik cokelat itu. "No! Kau tetap harus disini. You can't leave, this is our deal."

"Our deal? It's yours not ours!" Risya membalikkan badannya menghadap Daniel, "Tidak kah kau mengerti?! Ini semua salah perusahaan sialanmu itu, Brengsek!" Ia maju beberapa langkah dan meluapkan emosinya dengan memukul dan meninju dada bidang laki-laki itu. Ia muak dengan semua nasib buruknya. Ia muak dengan hidupnya. Ia muak dengan dirinya sendiri.

Daniel memeluk tubuh Risya yang sepertinya kelelahan karena menangis sekaligus memukulinya.

°°°

"Nanti malam kau dan aku akan menghadiri pesta ulang tahun rekan kerjaku," ucap Daniel yang sudah bersiap-siap akan berangkat ke kantor.

"Aku tidak mau ikut." Senyum sedikit terukir dari bibir Daniel. Risya dan kepala batunya lagi.

"Aku akan menjemputmu selesai pemotretan."

"Maksudmu pukul 3? Itu masih terlalu pagi bagimu untuk pulang kantor."

"Kita bisa bersiap-siap bersama atau mungkin," kalimat itu sengaja digantungkan oleh Daniel.

"Apa?" Tanya gadis itu polos tetapi waspada melihat Daniel yang mendekat ke arahnya.

"Melakukan sesuatu yang lebih intim berdua," bisik pria itu membuat Risya membulatkan kedua matanya.

"Simpan pikiran kotormu itu! Aku tidak akan ikut!" Risya lalu pergi ke kamar mandi untuk menghindari Daniel.



°°°
Maaf update lama karena bulan lalu bener-bener sibuk dan maaf kalo part ini mengecewakan:(
Bakal aku usahain update asap ya!

MercyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang