Lima: Ular Sialan

173 23 1
                                    

Kata ’Ortodoks’ yang aku pakai di sini adalah berpegang teguh pada peraturan.

Happy Reading!

***

Gundukan salju kotor tampak menumpuk di pinggir jalan, pohon-pohon pinus terlihat di balik lembah.

Udara terasa dingin dan ringan, tetapi kami malah berkeringat karena terus berlari.

"Cepatlah Paul! tongkat kami sudah rusak!" seruku pada Paul.

"Ja-jangan, aku gak mau masuk kementrian sihir!" bentaknya pada kami.

Chris tiba-tiba saja berhenti berlari dan menatap Paul tajam, aku dan Paul pun juga ikut berhenti.

"Jangan terlalu ortodoks, Paul!" Chris mengacungkan tangannya tepat di depan wajah Paul. "Ini antara hidup dan mati, kita gak akan masuk penjara hanya karena menyerang monsters di dekat wilayah manusia."

Sebuah ular sebesar kano muncul di hadapan kami. Ia mendesis dan sesekali menjulurkan lidahnya.

"Baiklah!" Paul mengacungkan tongkat sihirnya ke arah ular raksasa tersebut.

"Cepatlah!" seru Chris.

Paul berkonsentrasi melafalkan mantranya, lalu cahaya putih muncul dari tongkatnya dan menyerang si ular.

Tapi bukannya melukai si ular, cahaya itu hanya memantul saat mengenai tubuhnya. Cahaya itu berputar-putar gak jelas dan meluncur ke arah pinus yang tepat ada di sebelahku.

"Steve! Awas!!!" seru kedua temanku.

Tanpa ku sadari pohon itu sudah tumbang dan sangat dekat dengan tubuhku. Uh! pasti tubuhku bakal gepeng kayak kue jahe. Semua ini gara-gara ular sialan itu!

Demi dewa dewi! Kematiku sumpah gak banget!
[]

Magic SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang