1 (MOS)

448 38 30
                                    

[...]
Motor-motor ninja berderet seperti bandeng presto di halaman depan sekolah. Beberapa pengemudinya bisa dibilang sama sekali enggak pantas buat naik motor itu; ada yang kecil tapi maksa banget buat bisa dibilang keren, ada yang saking tingginya jadi kayak tulang naik motor, ada yang saking wajahnya jadul jadi kayak lagi carter motor majikannya, dan lain-lain dan lain-lain.

Veronica Vebyola adalah murid yang baru menamatkan masa-masa sulit di SMP, dan kini sudah mendapat lisensi resmi sebagai anak SMA. Wajahnya yang ditakdirkan bulat tampak seperti batu giok ketika tertimpa sinar matahari. Peluh-peluh membasahi seragam SMP-nya yang tidak lagi berwarna putih.

Sambil berjalan menuju ruangan MOS di sayap kiri bangunan, matanya lekat menatap spanduk besar yang dibentangkan di atas ruang lobi: "SELAMAT DATANG PESERTA DIDIK BARU TAHUN AJARAN 2016/2017 DI SMA TUNISIA GLOBAL TAHUNA. SEMOGA BETAH."

Semoga betah. Rasanya kurang cocok jika dimaksudkan sebagai kata pengantar. Veronica berpikir, pasti akan lebih baik jika berbunyi: Semoga sukses.

"Adik, peserta MOS, ya? Yuk, ikutin kakak."

Veronica tersentak dari lamunannya. Seorang laki-laki beralmamater OSIS menepuk pundaknya. Senyum laki-laki itu tampak gagah dan lembut dalam satu waktu. Membuat Veronica lupa cara bernafas, mengingat selama tiga bulan terakhir ini satu-satunya laki-laki yang sudi memberinya senyum hanya Restu, pengantar koran mingguan yang sering menyapanya ketika Veronica sedang sibuk menyiram tanaman. Mungkin ia memang ditakdirkan untuk hidup berdampingan dengan orang-orang tanpa ekspresi senyum.

"Iya, kak."

Veronica mengikuti laki-laki yang sepertinya anggota OSIS itu menuju ke ruangan MOS. Ruangan luas berdinding hijau yang disulap dengan sebuah panggung kecil di salah satu sisinya itu ternyata sudah penuh dengan peserta MOS lain yang membuat kerumunan acak. Sehingga ruang yang tersisa bagi Veronica untuk duduk nyaris tidak ada.

"Duduk sama kakak aja, deh," ujar laki-laki beralmamater OSIS.

Veronica mendelik dan mulutnya bereaksi secepat kilat, "Enggak usah, kak! Aku bisa berdiri, kok! Enggak usah, enggak usah! Makasih ya kak, udah nganterin."

Tapi laki-laki itu malah mencengkeram pergelangan tangan Veronica dan membawanya ke tempat rahasia bagi peserta MOS lain; belakang panggung.

"Sebelum kamu pingsan karena kelamaan berdiri, mending duduknya sama aku aja. Masih ada tempat kok, masih ada toleransi juga buat kamu."

Veronica mengikuti dan duduk di salah satu kursi hijau setelah sampai di belakang panggung. Untung panggung kecil itu memiliki background spanduk sebagai sekat antara 'tempat rahasia' dan tempat peserta MOS.

"Febrico, panggil Koko aja. Koko bisa berarti kakak laki-laki dalam bahasa mandarin. Jadi sepaket," laki-laki beralmamater OSIS mengulurkan tangan.

Veronica, walaupun kikuk, menyambut uluran tangannya. "Veronica," suaranya pelan, teredam suara MC di atas panggung.

Laki-laki itu, Febrico, mendekatkan telinganya pada wajah Veronica. "Siapa?"

Veronica harus susah-payah menelan air liurnya dulu sebelum bicara, "Ve-ro-ni-ca."

"Ooh..."

Namanya Febrico. Veronica mengeja nama laki-laki itu berkali-kali di dalam hati. Sensasi hangat membuat pipi chubby-nya merona. Dan juga memaksa bibirnya untuk tersenyum. Dan sialnya, Veronica tidak bisa menahan senyum itu.

"Kenapa? Pasti hepi banget ya, bisa jadi anak es-em-a?"

Veronica menoleh dan terbelalak, sedetik kemudian ia mengutuk bibirnya sendiri atas senyuman itu, "Eh, anu. Iya kak, hepi banget. Kakak ganteng banget lagi!"

Deg!

MAMPUS!

Veronica tidak bergerak dari tempat duduknya, seketika itu juga ingin berubah menjadi debu atau kerikil. Enggak enggak enggak enggak! Gila gila gila gila!

"Eh--enggak kak! Maksud aku! Kakak! Ba--baik banget! Kakak baik! Makasih kak!"

Veronica segera kabur dari tempat itu.

Febrico terdiam.

Veronica berlari kencang melintasi panggung diikuti ratusan pasang mata heran. Sama sekali enggak peduli! Dalam keadaan seperti ini, bahkan lebih baik menjadi tontonan publik daripada harus bertahan menjadi kepiting rebus di bawah satu laki-laki dengan tatapan ngeri itu!

Febriko masih diam.
*
*
*
--TBC.

😅😄😆Lagi gatel pengen ngetik. Part 1 singkat bgt gapapa ya.

BEGINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang