4 (VERONICA)

45 10 3
                                    

***

Veronica Vebyola.

Cewek umur 15 tahun 2 bulan yang hari ulang tahun terakhirnya nyaris terlupakan oleh teman-teman sekelas, karena satu hari persis sesudah tanggal ulang tahunnya, ada hal yang lebih penting lagi untuk dirayakan, untuk dicapai, untuk diperjuangkan; Ujian Nasional.
Tapi Veronica enggak bersedih. Dia biasa-biasa saja, malah senang. Karena seenggaknya teman-teman punya alasan kuat untuk melupakan hari ulang tahunnya. Enggak seperti tahun sebelumnya, di mana teman-temannya baru ingat setelah Cica, sekretaris kelas, menulis ulang data siswa pada papan administrasi kelas.

"Hari ini si Vero ultah guys!"

Setelah itu beberapa teman perempuan datang untuk menyalami dan memberikan ucapan selamat singkat, dengan doa-doa semacam semoga panjang umur semoga bermanfaat bagi sesama semoga semakin berbakti pada orangtua dan lain lainnya, yang hanya ditanggapi seadanya oleh Veronica.

Sebenarnya, keberadaan Veronica di kelas bukannya terabaikan. Bukan. Dia cuma sengaja buat enggak kasat mata. Dia enggak mau menonjol di antara teman-temannya, karena ia tahu sulit menjadi orang yang terus-menerus mendapat perhatian dari sekitar. Enggak cuma perhatian "selamat morning" atau "bawa bekal apa" tapi juga apapun yang melekat pada dirinya.

Lelah berpura-pura.

Cukup waktu SD aja. Cukup waktu SD aja dia nemuin banyak sapaan, pujian, dan senyum palsu dari orang-orang yang harus ia sebut teman, karena berada satu lingkungan sekolah dengannya. Toh, pada akhirnya semua itu bakal hilang setelah mereka tau siapa Veronica sebenarnya. Apa latar belakang gadis itu yang sesungguhnya.

Jarang. Sangat jarang, ada orang yang benar-benar bisa akrab sama Veronica. Karena, bahkan, gadis itu sendiri yang membangun temboknya dalam pergaulan. Membatasi dirinya dengan orang-orang di luar sana yang ingin mengetahui lebih jauh tentang apapun yang terjadi pada kehidupannya.

Apalagi cowok. Oh, sudahlah. Enggak ada definisi sama sekali tentang kata cowok di kamus hidup Veronica.

Kecuali setelah hari pertama MOS di SMA Tunisia.

Paling enggak, yang bisa dia definisikan saat ini adalah;

Cowok: (kb) makhluk ciptaan Tuhan yang takut kecoa.

Mungkin, dalam beberapa waktu ke depan, akan ada semakin banyak definisi lain. Entahlah, kita tunggu saja.

***

Bangun tidur dengan keadaan duduk di belakang pintu kamar dengan setelan yang masih sama dengan kemarin, lengkap dengan rasa pegal linu yang tiba-tiba saja muncul menyergap leher dan persendiannya, menjadi awal pagi yang benar-benar buruk bagi Veronica.

Eh, jam berapa sekarang?

Ketika melihat jam yang terpampang di notifikasi handphonenya, Veronica sadar sekarang belum waktunya pagi datang. Pukul 02.11. Lebih baik dia segera mandi dan meregangkan diri. Setelah itu bergegas melanjutkan postingan ceritanya di Wattpad. Lumayan, minimal bisa dapat satu bab. Semangat!

Sambil menelengkan kepalanya ke kanan dan kiri, Veronica mengambil handuk di jemuran dengan hati-hati, dan mulai mandi. Ia berusaha menikmati setiap tetes air yang menari-nari di kepala sampai bahunya. Memberi sensasi menggelitik yang nyaman.

Pikirannya kembali melayang pada Febriko. Febriko. Mama. Febriko. Ah, sial. Kenapa otaknya didominasi Febriko? Baru berapa hari dia kenal cowok itu? Tidak setahun. Boro-boro setahun, sebulan saja belum ada. Barangkali, menginjak seminggu.

Veronica menyemburkan napas, kemudian mendongak, membiarkan air shower menghujani wajahnya yang polos. Ia merasa perutnya melilit. Aw, belum makan sejak buka puasa tadi. Sungguh menyakitkan.

Akhirnya, mau enggak mau, setelah mandi, Veronica harus mengendap-endap ke dapur, membuka kulkas, mengambil sebotol susu dan makanan apa saja yang ditemukannya. Puding dan arem-arem yang dibawa Mama pulang dari kantor.

Ah, baiklah... sekalian buat sahur, pikirnya.

Perutnya sudah terbiasa untuk mengganjal lapar lebih lama dengan segala macam makanan yang ia makan, walaupun seharusnya kurang.
***

"Udah pada sahur, kaaan, semuanya?" seorang kakak kelas OSIS membuka mic di atas panggung, di hadapan para peserta MOS SMA Tunisia, hari kedua.

Beruntungnya, tidak seperti kemarin, hari ini Veronica bisa berangkat lebih awal dan dapat duduk di antara peserta lainnya. Bukannya malah duduk di belakang panggung kayak kemarin...

Aduh, kenapa jadi keinget lagi, sih! Ihhh...

"Jadi, agenda kita hari ini bakal ada acara keliling sekolah. Seperti tujuan MOS sendiri, yaitu mengenalkan siswa baru pada lingkungan sekolah. Sooo... Nanti kalian bakal dipandu sama kakak-kakak OSIS yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng iniii...."

Sampai di kata-kata terakhir, Veronica secara tak sadar memutar bola matanya.

".... Nulis surat cinta ke kakak OSIS. Yeay! Jadi, siapin kertas dan bolpen juga, ya..."

Sampai di sini, kehebohan mulai terdengar memenuhi langit-langit aula sekolah. Veronica tidak mendengarkan secara lengkap, yang pasti, firasatnya mengatakan, bukan hal bagus yang akan terjadi pada hari kedua MOS kali ini.

Samar-samar ia mendengar bisikan dari segerombolan gadis yang duduk di belakangnya persis.

"Mau nulis ke siapa?"

"Yaaa pasti Kak Febriko, lah! Siapa lagi? Hihihi."

"Ah, iya. Yang ganteng plus cool juga cuma dia kayaknya."

"Ramah dan baik hati pula!"

"Semoga aja belom ada pacar, dan suratnya dibales beneran! Aku mau cantumin nomer WhatsApp, ah..."

"Ih, curang! Aku juga mau!"

Entah kenapa, saat ini, tiba-tiba muncul keinginan besar di dalam benak Veronica untuk bisa melempari cewek-cewek alay bin genit itu dengan kecoa terbang.

Bukan apa-apa, cuma pengin aja.

***


TBC.

Maaf ya lama ga updet. Ada banyak hal yang terjadi selama ini, yang kemudian membuatku lupa kalo pernah nulis projek di sini. Haha. Pokoknya, dukung terus ya! Aku usahain biar selesai! (Uwww)

Bumi, 6 Jan. 2018.

BEGINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang