Aku bukanlah seorang morning person. Bahkan sejak aku masih duduk di bangku sekolah, aku selalu benci bangun pagi. Merepotkan, menyusahkan, dan hal menyebalkan lainnya adalah definisi sesungguhnya untuk 'bangun pagi' dalam kamusku.
Dulu, aku biasanya baru akan terbangun saat ibuku yang baik membangunkanku dengan iming-iming aroma sarapan. Dan aku pasti bangun, selalu, karena sarapan ibuku adalah yang terbaik diantara yang terbaik.
Sungguh, rasanya aku belum hidup kalau belum mencicipi pancake buatan ibuku.
Tapi sayangnya semuanya berubah sejak tiga bulan lalu, sejak orangtuaku memintaku untuk pindah dan tinggal di unit apartemen mewah, atau mungkin ini bisa disebut penthouse, yang berada di dekat pusat kota Seoul.
Ya, semunya berubah sejak orangtuaku memintaku tinggal bersama tunanganku yang menyebalkan.
Tapi sayangnya dia disayangi semua orang.
Idola kesayangan Korea Selatan,
Kim Taehyung.
.
.
.
Aku benci setengah mati pada Kim Taehyung. Sumpah.
Maksudku, dia sombong sekali. Bahkan di pertemuan pertama kami, dia hanya menatapku kemudian menoleh ke arah ibunya dan mengatakan.
'Mom, tidak salah? Kenapa menyuruhku menikah dengan bocah sekolahan?'
Sungguh, kalau saja dia bukan bintang idola, sudah kucakar wajahnya.
Karena satu.
Aku bukan bocah sekolahan, demi Tuhan. Aku sudah lulus sekolah bahkan aku sudah berusia dua puluh tiga tahun. Aku sudah layak bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Astaga.
Lalu yang kedua.
Aku benci wajahnya. Wajah sombongnya saat meledekku bocah sekolahan benar-benar menyebalkan. Dengan seringaian dan pandangan mata merendahkan.
Sungguh, aku benar-benar ingin mencakar wajahnya.
Tapi sayangnya ibuku yang berhati malaikat mencegahnya. Dia mengusap-usap bahuku dan mencoba menenangkanku yang kelihatannya sudah berasap karena emosi.
Dan seolah itu belum cukup, kedua ayah kami, kedua tiang dengan tingkat kewarasan diragukan tapi sayangnya sangat berbakat di banyak hal, memutuskan agar kami tinggal bersama sampai hari pernikahan.
Hal ini dikarenakan ayahku, Namjoon, dan ibuku, Seokjin, harus pergi ke luar negeri demi mengurusi pekerjaan ayahku yang seorang professor. Dan karena ayahku mungkin akan berakhir dengan mengenaskan jika pergi tanpa ibuku, akhirnya ibuku pun harus ikut, sehingga akhirnya, aku, putra semata wayang mereka, harus pasrah menerima nasibku tinggal di rumah tunanganku yang menyebalkan tingkat dewa.
Jadi, karena aku harus tinggal bersamanya inilah aku harus melewatkan pagi hari yang tidak kusuka dengan bangun lebih awal dan menyiapkan sarapan untuknya. Karena jika tidak, maka dia akan menggedor pintu kamarku seperti orang kesetanan sampai akhirnya aku bangun dan membuatkan sarapan untuknya.
Bahkan manajernya saja sudah pasrah menghadapi sikap arogan idola kesayangan agensi itu. Biasanya, manajernya, Hoseok, hanya akan diam dan tersenyum kemudian membisikkan permintaan maaf padaku yang cemberut seraya membuatkan sarapan.
Kurasa kalau Hoseok tidak datang ke apartemen kami tiap pagi dan memberikan sedikit ucapan semangat padaku, aku yakin aku bisa menjalani sisa hari itu dengan kondisi emosi yang buruk seharian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Idol in My Pocket
Fanfic[Cover by: @springyeol] Mungkin jika aku mengeluh soal pekerjaanku, maka aku akan dicap sebagai orang paling tidak tahu diri oleh banyak orang. Hmm, kenapa? Tentu saja karena pekerjaanku adalah menjadi asisten pribadi dari Kim Taehyung, idol sekali...