Aku melangkah keluar dari kamarku. Demamku sudah turun dan aku sudah merasa lebih baik, kelihatannya besok aku sudah bisa bekerja seperti biasanya.
Yah, ini cuma demam ringan, aku jelas akan baik-baik saja setelah istirahat yang cukup.
Aku meregangkan tubuhku seraya berjalan menuju dapur, aku tidak biasa berada di apartemen saat siang hari seperti ini dan ternyata rasanya sangat sepi. Dulu, sebelum aku lulus kuliah, aku selalu berada di kampus dari pagi hingga malam hari dan aku baru akan pulang saat malam sudah tiba.
Dan biasanya, Taehyung akan mengomel padaku jika aku pulang terlalu larut. Taehyung selalu berusaha untuk makan malam di rumah sejak aku tinggal bersamanya dan jika aku tidak berada di rumah saat dia sudah sampai, maka dia akan mengomeliku.
Aku berani bersumpah omelannya jauh lebih parah daripada omelan ibuku.
Tanganku bergerak untuk menuang air ke dalam gelas dan meneguknya sedikit. Demam memang membuatku menjadi lebih mudah haus. Kemudian karena tidak tahan dengan suasana sepi, aku memutuskan untuk berjalan menuju ruang tengah untuk menyalakan TV.
Namun ketika tanganku meraih remote control, aku merasakan ponselku yang berada di dalam saku celanaku bergetar. Aku mengeluarkan ponselku dan melihat nama Taehyung di sana.
"Hei," sapaku.
"Hai, merasa lebih baik?"
Aku tersenyum tipis kemudian bergerak untuk duduk di sofa. "Lumayan, demamku sudah turun."
"Sungguh? Baguslah."
"Hmm.."
"Aku akan pulang terlambat hari ini."
Dahiku berkerut, seingatku Taehyung tidak memiliki jadwal yang terlalu padat hari ini. "Ada apa?"
"Tidak ada apa-apa. Hanya ada sesuatu yang harus aku urus."
"Ada masalah dengan fans?"
Aku bisa mendengar suara tawa Taehyung. "Masalah apa yang bisa terjadi diantara aku dan fansku? Mereka memujaku, Kook."
Aku mendecih secara refleks dan mencibir tingkat kepercayaan diri Taehyung yang sepertinya sudah menembus langit. "Jangan terlalu percaya diri, kalau nanti fansmu berbalik membencimu, kau akan hancur berkeping-keping."
"Itu tidak benar,"
"Apanya? Soal fansmu yang berbalik membencimu?"
"Bukan, tapi soal aku yang akan hancur berkeping-keping kalau fansku berbalik membenciku."
Dahiku berkerut, "Maksudmu kau tidak akan hancur jika fansmu berbalik membencimu?"
Wah, aku tidak menyangka Taehyung sedingin itu pada fansnya sendiri.
"Ya, aku akan baik-baik saja. Tapi aku akan hancur jika seseorang berbalik membenciku."
"Oh, apa itu Hoseok Hyung?"
Taehyung tertawa kecil, "Bukan,"
"Lalu?"
"Kau."
Aku tertegun.
Tunggu, apa aku salah mendengar? Apa demam ini membutakan otakku? Apa aku baru saja mendengar Taehyung mengatakan dia akan hancur apabila aku membencinya?
"Hah?" ujarku bodoh. Sialan, demam ini memang positif merusak otakku. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi sepolos itu?
Taehyung tertawa lagi, kali ini tawanya lebih keras. "Aku sudah mengatakannya padamu kan, Kook? Aku mencintaimu. Kau pikir aku tidak serius?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Idol in My Pocket
أدب الهواة[Cover by: @springyeol] Mungkin jika aku mengeluh soal pekerjaanku, maka aku akan dicap sebagai orang paling tidak tahu diri oleh banyak orang. Hmm, kenapa? Tentu saja karena pekerjaanku adalah menjadi asisten pribadi dari Kim Taehyung, idol sekali...