Aku tidak pernah pergi berwisata jauh ke suatu tempat. Bahkan pergi keluar dari ibukota pun jarang, sangat jarang.
Mungkin aku akan pergi ke luar kota jika aku mengunjungi Busan untuk ke rumah kakek dan nenekku.
Makanya sebenarnya perjalanan ke pulau Nami ini merupakan perjalanan jauh pertamaku. Sendirian, tanpa orangtua atau keluargaku dan ini juga kulakukan untuk bekerja.
Ya, bekerja.
Bersama Kim Taehyung.
....Rasanya aku mau pulang saja.
.
.
Aku berdiri bersama jejeran koper, tas dan kantung-kantung lainnya yang katanya berisi 'barang milik Kim Taehyung'.
Aku memang tidak pernah bekerja sebagai asisten sebelumnya, tapi menurutku barang bawaan yang harus disiapkan oleh seluruh staff yang mengurus Taehyung ini sangat keterlaluan."Jungkook, kau sudah pegang tiketmu?"
Aku terlonjak pelan saat mendengar suara Hoseok Hyung yang tiba-tiba saja sudah berdiri di sebelahku.
Kepalaku mengangguk untuk menjawab pertanyaannya dan aku mengangkat tanganku menunjukkan lembaran tiket milikku.
Hoseok Hyung tersenyum padaku kemudian dia memberikan lembaran tiket lainnya padaku.
"Aku titip tiket milik Taehyung ya. Aku mau pergi membeli sarapan." Hoseok Hyung menghela napas pelan kemudian memijat pelipisnya, "Dan beberapa aspirin."
Aku mengangguk dan menerima tiket Taehyung yang disodorkan padaku. "Dimana Taehyung?"
Hoseok menggerakkan kepalanya ke arah kiri dan saat aku mengikuti pandangannya, aku melihat Taehyung yang tengah duduk dengan kepala tertunduk dalam, rambut berantakan, dan masker yang menutupi separuh wajahnya. Tangannya dilipat di depan tubuhnya dan kelihatannya dia tertidur pulas.
"Dia agak jet-lag. Bangunkan dia kalau sudah tiba waktunya berangkat ya." ujar Hoseok Hyung.
Aku mengangguk patuh, kemudian menjejalkan tiket milik Taehyung dan milikku ke dalam saku mantelku.
Hoseok Hyung melirik arlojinya, "Masih ada waktu dua puluh menit lagi. Kalau kau butuh melakukan sesuatu, kau bisa pergi sekarang." ujar Hoseok Hyung kemudian dia menepuk kepalaku pelan dan berlalu.
Aku berdiri diam di posisiku selama dua menit berikutnya kemudian aku menoleh saat mendengar seorang staff memanggilku.
"Jungkook-ssi, kami harus mengurus bagasi. Apa tidak apa jika kami meninggalkanmu sendirian?"
Aku terdiam kemudian menatap sekitar, hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang di stasiun hari ini. Dan kelihatannya tidak ada sasaeng fans karena memang daritadi kondisinya sangat tenang dan normal.
"Jangan khawatir, ini bagian dalam stasiun. Fans tidak akan masuk ke sini. Karena mereka pasti diusir petugas keamanan." sambung staff itu, mungkin dia mengerti kekhawatiranku yang memperhatikan sekeliling.
Aku menghela napas lega kemudian mengangguk pelan. "Baiklah, aku akan di sini."
Staff itu mengangguk seraya tersenyum padaku, "Terima kasih. Hari pertama bekerja sudah mendapat tugas di luar kota pasti berat ya."
Aku menggeleng pelan dengan senyum lebar. "Ah, tidak. Aku baik-baik saja."
"Oke, tolong ya. Dan karena kelas tiket kita berbeda, tolong segera ke gerbongmu jika waktunya sudah tiba."
"Eh? Kelas tiket kita berbeda?" ujarku terkejut. Aku memang tidak melihat tiket semua orang, aku hanya menerima tiket yang disodorkan padaku oleh seorang stylist wanita Taehyung.
"Ya, manajer dan artisnya akan berada di kelas yang sama, kelas satu. Sementara staff lainnya akan berada di kelas bisnis atau ekonomi. Ini berlaku untuk perjalanan dengan pesawat ataupun kereta seperti sekarang. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Idol in My Pocket
Fiksi Penggemar[Cover by: @springyeol] Mungkin jika aku mengeluh soal pekerjaanku, maka aku akan dicap sebagai orang paling tidak tahu diri oleh banyak orang. Hmm, kenapa? Tentu saja karena pekerjaanku adalah menjadi asisten pribadi dari Kim Taehyung, idol sekali...