Bab 1

670 52 10
                                    

Matahari telah menyinari kamarku dan aku masih saja terlelap dalam mimpi semalam. Sebuah mimpi indah yang membuatku sangat malas untuk terbangun. Mataku dipenuhi dengan rasa kantuk yang mendalam dan pikiranku seolah tak berada dalam dunia yang sama. Kupaksa diriku untuk bangun dan tanpa sengaja, kutumpahkan air minum di meja samping tempat tidurku. Disaat mendengar bunyi gelas pecah tersebut, baru pikiran dan diriku berada dalam satu situasi yang tentu saja mengagetkanku dan mengundang perhatian keluargaku. Yang kupikirkan sekarang tentu saja "Aduh... Pasti omelan mom akan memenuhi hari liburku ini lagi". Benar saja, sesaat setelah itu ada yang mengetuk pintuku dan suara wanita paruh baya penuh kewibawaan memanggil namaku.

"Lis.. Apa yang terjadi ?" ucapnya sambil memasuki kamarku.

Aku yang kebingungan mencari akal untuk menutupi hal tersebut membuat mom semakin penasaran dengan apa yang kulakukan dan membuka pintuku tanpa ijin terlebih dahulu.

"Oh... Jangan kau bilang, kau pecahkan gelas lagi, Lis ..." ucap mom sambil mendengus kesal karena kelakuan ku ini.

Jujur saja, sudah hampir setiap bulan pasti aku akan bertindak ceroboh dan memecahkan gelas yang kuletakkan di samping tempat tidurku dan "tersenggol" tanganku yang sangat semangat menyambut pagi hari.

Mendengar ucapan mom tersebut, aku hanya menunduk. Tanpa mengucapkan apapun dan asal kau tahu, aku seorang anak yang sangat aktif dan tak bisa diberitahu. Di tengah kebingungan seperti ini, bisa-bisanya pikiranku memaksa mulutku untuk menguap dan mengeluarkan suara keletihan.

Sedangkan, mom yang tengah menatapku dengan penuh arti hanya mengambil nafas dalam dan meninggalkan diriku yang masih dalam keadaan tak bisa terbangun.

Kulakukan beberapa gerakan bangun tidur sebelum akhirnya kuputuskan untuk mandi dan menyusul adikku yang baru saja terbangun pula. Setelah itu, dengan cepat ku duduk di meja makan dan terlihat, mom dan dad telah menungguku dengan sabar dan tersirat senyum tipis di bibir mereka.

Suasana sunyi, padahal biasanya ketika kita makan pagi, pasti ada salah satu dari kita yang akan memulai pembicaraan dan membuat obrolan semakin seru dan menyenangkan. Namun, kali ini yang kudengar hanyalah suara burung gereja yang berkicau dan suara sayupan angin. Sunyi sepi, tak bersuara.

Hingga akhirnya, dad menghela nafas dalam, membersihkan suaranya dan mulai berbicara.

"Lis ..."

"Ya dad ?"

Aku tahu, panggilan seperti itu pasti ada makna mendalam yang butuh keputusan yang berat.

"Kau tahu kan, sekarang dirimu sudah menginjak tahun terakhir di High School pertama dan harus melanjutkan pendidikanmu di High School kedua, kan ?" ucap dad sebentar, lalu ia mengelap mulutnya.

Diriku memandangnya dengan keheranan. Jarang sekali dad bisa berbasa-basi dan menjelaskan latar belakang suatu hal yang ingin ia bicarakan. Spontan, mulutku ternganga dan alisku naik sebelah. "Ya ? Lanjutkan saja dad ..." ucapku.

"Dad dan mom telah memutuskan, bahwa sebaiknya kau melanjutkan high school kedua di Inggris, tepatnya di London, jadi kamu akan tinggal dengan Grandma. Kau pasti tahu nama high school ini, South Lirthbeth. Juni ini, kita akan mengunjungi high school mu itu dan kami akan mendaftarkanmu serta Grandma akan mengajakmu keliling bangunan lama tersebut." ucap dad panjang lebar sambil menatap mataku dalam-dalam. Mom juga menatapku penuh arti dengan wajah kebimbangan.

Jujur saja, begitu ayahku mengatakan tersebut, spontan diriku terkejut dan mataku membulat seketika. Mulutku tak bisa kututup dan sontak kuselesaikan sarapanku. Lalu, kulanjutkan aktivitasku dengan berbaring di ranjang kesayanganku itu.

KepergianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang