Pukul 12 malam, Miki masih terjaga didalam kamarnya dan fokus mengerjakan sebuah karangan berbahasa inggris yang diberikan oleh tutornya di Pare. Laptop ia nyalakan agar dapat mencari inspirasi untuk karangannya, sedangkan dua kamus tebalnya terbuka lebar memenuhi meja belajarnya yang masing-masing untuk Bahasa Inggris ke Indonesia dan satu lagi Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris.
Saat sedang menyusun kalimat yang nantinya akan diubahnya kedalam kalimat berbahasa Inggris, tiba-tiba konsentrasinya terpecah dengan handphonennya yang bergetar. Ia melihat nama Luna terpampang jelas dilayarnya. Ia memiringkan kepalanya, dan memikirkan tujuan Luna menghubunginya.
"Halo, Lun?" jawab Miki dengan nada dipelankan karena khawatir akan menganggu Reynata dan Karin yang beristirahat disebelah kamarnya.
"Ki, tolong bukain gerbangnya. Gua didepan rumah sekarang."
"Hah?" Miki sempat kelepasan berteriak kaget saat mendengar perkataan Luna. Lalu ketika sadar sudah bersuara keras, buru-buru ia menutup mulutnya.
"Buruan, oh ya jangan sampe membangunkan yang udah tidur." kemudian Luna menutup teleponnya.
Miki menatap layar handphone-nya yang mati tanda percakapan telah diputus oleh sipenelepon. Ia meletakkan kembali handphone-nya itu dan beralih menuju pintu kamar. Dengan mengendap-endap dan langkah kaki yang dibuat sepelan mungkin agar tak menimbulkan suara, Miki turun dan membuka pintu rumah. Lalu, ia menemukan Luna sedang berdiri sambil bersedekap dan menatapnya.
"Buruan, buka gerbangnya cuy.. bisa beku kelamaan disini."
Miki melangkah keluar dengan membawa kunci gerbang. Kemudian membuka gerbang itu dengan tatapan masih tak percaya atas kehadiran Luna dihadapannya.
"Awas bola matanya keluar." ucap Luna sambil berjalan melewatinya memasuki rumah. Setelah mengunci kembali gerbang, Miki mengikuti Luna masuk kedalam.
"Ini beneran Luna? Bukan dedemit yang lagi nyamar jadi Luna, kan?" tanya Miki dengan setengah berbisik. Kedua matanya menelisik kearah kedua kaki Luna, khawatir kalau perempuan didepannya tidak menapak tanah.
"Mana ada dedemit secantik gua." Luna berbalik memandang Miki, "Tenang aja, kaki gua napak kok." lanjutnya saat mendapati Miki tengah menatap kedua kakinya, lalu ia beralih meletakkan kedua sepatunya dirak sepatu. "Gua langsung kekamar."
"Enggak bangunin Rey sama Karin dulu biar mereka tahu lu pulang?" tanya Miki mengikuti langkah Luna dari belakang.
"Enggak usah, besok aja. Lagian kita semua butuh istirahat buat acara besok. Lu tidur lagi sana, by the way thanks udah bukain gerbangnya." Luna telah sampai didepan kamarnya. "Good night, jangan mimpiin gua." ia masuk kekamar lalu menutup pintunya tanpa menunggu balasan dari Miki.
Mendapati diperlakukan seperti itu, Miki hanya bisa memasang wajah cemberut tanpa diketahui oleh Luna kemudian beralih masuk kedalam kamarnya. Setelah membereskan semua kertas dan kamus-kamusnya serta mematikan laptopnya, ia pun menuju tempat tidur untuk beristirahat. Sebelum terlelap, ia sudah membayangkan akan seramai dan seseru apa besok diacara wisuda Karin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY SISTERS
Tiểu Thuyết ChungKisah ini menceritakan tentang empat saudara perempuan berbeda sifat dan pendapat. Mereka dilahirkan dari ibu yang berbeda dari satu ayah yang sama. Mampukah mereka bersatu dan menerima satu sama lain? Temukan juga, kejadian-kejadian lucu yang mengi...