Pukul 11 kurang 30 menit, Karin dan Fathian sudah berada distasiun Tugu. Sebentar lagi kereta mereka akan segera sampai.
"Kamu udah tahu kita bakal tinggal dimana setelah sampai Solo nanti?" tanya Karin pada Fathian.
Yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya, sambil melakukan sesuatu pada handphonennya. Nampaknya ia sedang saling mengirim pesan dengan seseorang.
"Kamu sms seseorang?" tanya Karin.
"Iya. Aku sms teman, sesampainya di Solo kita akan tinggal divillanya."
"Sampai kapan?"
"Paling lama mungkin 3 hari karena villanya mau dipakai untuk acara keluarganya. Setelah waktu itu, kita baru cari tempat tinggal lain."
"Menurut kamu, apa enggak sebaiknya kita menyewa rumah? Tinggal dirumah kontrakan gitu?"
"Aku mau aja. Tapi, enggak sekarang karena kita masih harus berpindah-pindah tempat sampai kita menemukan tempat yang enggak akan bisa ibu aku atau paman kamu lacak."
"Tapi, sampai kapan kita bakal kayak gini?"
Fathian menghentikkan aktivitasnya dan menatap Karin, "Kenapa? Kamu capek ya?"
Karin memberanikan diri untuk menganggukkan kepala, "Aku capek berpindah-pindah tempat terus. Aku mau kita segera merencanakan masa depan kita."
Fathian menggenggam kedua tangan Karin yang saling mengepal erat, "Bersabar sedikit lagi, ya. Kita berjuang sedikit lagi." katanya sambil menatap Karin dengan penuh keyakinan agar dapat menenangkan perasaan kekasihnya itu.
Karin hanya bisa menatap Fathian dengan keraguan. Kembali ia teringat dengan nasib ketiga saudaranya yang ia tinggalkan dan terpaksa terlibat dalam masalahnya.
"Kamu percaya sama aku, kan kalau kita akan segera menyelesaikan ini?" tanya Fathian lagi yang menangkap keraguan dari tatapan kekasihnya itu.
Karin menelan ludahnya dengan susah payah, "Ya aku percaya, kalau ini akan segera selesai."
Fathian tersenyum mendengar jawaban dari kekasihnya itu, dan memeluknya dengan erat. "Jangan ragu-ragu lagi, ya."
Karin membalas pelukan itu dengan merangkul Fathian, namun sorot matanya menunjukkan kalau ia memiliki rencana lain.
"Kamu mau mau makan sesuatu, enggak? Biar sedikit bertenaga." tawar Fathian.
"Kamu mau beli apa emang?"
"Terserah. Kamu maunya apa? Aku coba cari disekitar stasiun sebelum keretanya datang."
"Aku mau kamu beliin aku cup mie kuah soto aja. Aku mau yang hangat-hangat biar pusing sama mual aku hilang." kata Karin.
"Oke, siap princessku. Tunggu sebentar, yah." jawab Fathian sambil tersenyum lalu berlalu pergi menuju salah satu kedai diluar gerbang stasiun.
Karin mengambil handphonenya dan mengetikkan sesuatu sebelum mengirimkannya kepada seseorang. Ia berdiri sambil membawa tas ranselnya dan tas Fathian. Dengan hati-hati Karin keluar dari stasiun tanpa terlihat oleh Fathian yag sedang memilih-milih cup mie untuknya.
***
Ditempat lain, Miki sedang termenung ditaman kampusnya. Ia memikirkan setiap perkataan ketiga seniornya barusan. Beberapa kali temannya lewat dan menyapanya. Miki hanya membalasnya dengan senyuman yang dipaksakan. Saat ini moodnya benar-benar berantakan karena perkataan ketiga seniornya barusan.
Ia ingin sekali membagi kesedihan dan kekesalannya itu kepada seseorang namun saat ini tak ada yang bisa ia percaya termasuk teman-teman terdekat dikampusnya. Kemudian, ia terpikirkan untuk menghubungi Reynata. Sebelum menghubunginya, Miki mengirim pesan melalui whatsapp untuk memastikan kakaknya itu sedang tidak sibuk atau berada dalam kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY SISTERS
Fiksi UmumKisah ini menceritakan tentang empat saudara perempuan berbeda sifat dan pendapat. Mereka dilahirkan dari ibu yang berbeda dari satu ayah yang sama. Mampukah mereka bersatu dan menerima satu sama lain? Temukan juga, kejadian-kejadian lucu yang mengi...