15: Luna Yang Penasaran

663 40 1
                                    

Sudah dua jam, Luna bersabar mengikuti Karin yang hanya berputar-putar didalam gang dekat kampusnya. Hingga akhirnya saudara tertuanya itu berhenti disebuah rumah berlantai 3 yang tertutup dengan pagar tinggi. 

Luna bersembunyi dibalik dinding sebuah rumah yang jaraknya 10 langkah dari tempat Karin berdiri. Ia melihat Karin menggoyangkan gagang pintu gerbang berwarna hitam didepannya, kemudian tak lama keluar seorang satpam dan membukakan pintu untuknya. Luna pun keluar dari persembunyiannya dan beralih kesebuah warung kecil yang letaknya berada didepan rumah besar itu. 

"Beli apa, mbak?" tanya seorang laki-laki penjaga warung dengan ramah. 

Luna mengambil sebotol air mineral, 4 buah chiki keju, dua batang cokelat dan semangkuk kecil ice cream rasa cokelat. Kemudian ia berikan semua jajanan itu kepada sang pemilik warung. 

"Mas, disini ada rumah yang nyewain tempat kos buat perempuan, enggak?" 

"Kalau disekitar sini, sih saya kurang tahu ya, mbak. Saya tahunya rumah kos campuran." jawab sang pedagang. 

"Dimana?" 

Laki-laki itu menunjuk kearah rumah berlantai dua didepan warungnya. Rumah yang tadi dimasuki oleh Karin. Arah mata Luna mengikuti telunjuk laki-laki itu. 

"Oh. Berapa perbulan, mas? Tahu enggak?" 

Laki-laki itu menggelengkan kepalanya, "Coba ditanya langsung sama pemiliknya aja, mbak. Yang punya kos ramah banget, kok." ia menyerahkan jajanan Luna. "Rp 34.000."

Luna menganggukkan kepalanya dan menyerahkan tiga lembar 10 ribu dan dua lembar 2 ribuan. Saat ia berbalik untuk meninggalkan secara bersamaan Luna melihat Karin keluar diantar seorang laki-laki dengan rambut berwarna cokelat tua. Buru-buru Luna membalikkan badannya lagi dan berpura-pura melihat jajanan yang lain. 

"Ada lagi yang mau dibeli, mbak?" tanya sang pedagang.

"Bentar, kayaknya saya tergoda buat beli ice cream rasa strawberry." jawab Luna yang menjaga suaranya agar setenang mungkin.

Karin sempat menoleh kearah warung dan tak merasa curiga saat melihat seorang perempuan mengenakan jaket dengan rambut dikuncir keatas sedang membeli sesuatu disana.

"Aku balik dulu, kamu baik-baik disini. Jangan lupa makan dan istirahat yang cukup." Luna bisa mendengar perkataan Karin.  "Nanti, kalau tugas aku udah selesai pasti aku kesini lagi." 

"Iya, kamu hati-hati ya. Kalau ada apa-apa, cepat-cepat hubungin aku." kali ini Luna mendengar sang laki-laki yang menjawab. Melalui pantulan kaca lemari pendingin untuk minuman, Luna melihat Karin melangkah pergi. 

Luna menyerahkan satu cup ice cream rasa strawberry pada sang pedagang, kemudian membayarnya. Saat laki-laki yang mengantar Karin kembali masuk kerumah, Luna segera mengikuti Karin. 

Saat sudah diluar gang, Karin kembali masuk kearea kampusnya. Luna memutuskan untuk berhenti dan pergi menuju shelter busway terdekat. 

Setelah busway yang ditunggu-tunggu datang, Luna masuk dan duduk didalamnya sambil memikirkan tentang laki-laki yang tadi ditemuin oleh Karin. 

"Jangan-jangan cowok tadi, si Fathian." pikir Luna. Ia memasang headset dikedua telinganya, namun tidak menyetel musik apapun dari handphonenya. Luna kembali teringat saat Karin mengatakan, kalau ia akan datang lagi kerumah itu kalau tugasnya sudah selesai dikerjakan. Ia mulai menduga jangan-jangan Karin bermaksud menginap disana, bukan Vani, teman yang ia katakan tadi. 

Luna menggelengkan kepalanya, "Gua enggak boleh suudzon." pikirnya. "Bisa aja dia cuma mau cek keadaan cowok tadi sebentar dan tetap menginap dirumah temannya, Vani." pikirnya lagi.


MY LOVELY SISTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang