3. Revan's Emotion

16 6 6
                                    

"Nada!" Revan berteriak ketika ia baru saja menapakkan kakinya di dalam kelas. Apa yang ia duga ternyata benar terjadi. Ketika Pak Maman meninggalkan kelas dan langsung memanggilnya, membuatnya tidak sempat mengumumkan bahwa Nada merupakan adik kembarnya. Terlebih ketika ia mendengar bahwa guru yang mengajar di jam pertama berhalangan hadir, membuatnya benar-benar ingin segera kembali ke kelas untuk mengumumkan status Nada.

Revan harus mengumumkan itu jika ia tidak mau adiknya kenapa-kenapa, karena sudah merupakan rahasia umum bahwa murid baru akan menjadi bahan bully-an Shella. Shella dan teman-temannya telah mempunyai tradisi untuk meng-orientasi murid baru yang masuk ke kelas ini.

"Kok lo diem aja sih?!" teriak Revan pada Nada.

Melihat Nada yang dipermalukan seperti ini tentu membuatnya sangat kesal. Rambut yang awalnya tergerai indah, beralih menjadi kunciran banyak, buku-buku yang berada di dalam tasnya berserakan diatas mejanya. Serta keberadaan Shella dan teman-temannya yang melingkar di sekitar Nada, bersiap untuk melakukan hal-hal yang membuat Nada malu. Tapi satu hal yang membuat Revan semakin kesal, Rafa sama sekali tidak melakukan apapun. Rafa tetap bertindak layaknya ia tidak mengenali Nada.

"Eits, eits, eits. Ada apa nih? Tumben lo marah. Lo lupa? Ini tradisi kita buat semua anak baru, Revan. Gue cuma pengen semua orang jadi kenal sama dia, kok," ujar Shella seraya menyandarkan lengannya pada pundak Revan.

Revan menghentakkan pundaknya, membuat lengan Shella lepas dari pundaknya. Kemudian ia beralih menarik Nada berdiri.

"Rapihin buku dia sekarang!" tegas Revan pada Shella.

"Lo kenapa sih, Van? Biasanya juga lo diem doang. Dia siapa lo sih? Pacar lo?" sahut Shella.

"Nada Putri Allison. Gue rasa lo tau siapa dia. Siapapun yang cari masalah sama dia, sama aja berurusan sama gue. Beresin tas dia sekarang atau lo akan terus berurusan sama gue," Revan menarik tangan Nada keluar dari kelas.

Mulut Shella otomatis membuka saat mendengar ucapan yang di lontarkan Revan. "Putri Allison? Nada kembarannya Revan?"

"Kedengarannya sih gitu, Shell," sahut Devlin.

"Kok kalian gaada yang ngasih tau gue sih?"

"Gue juga baru tau," Alex melangkah, kemudian menepuk pundak Shella. "Salah nge-bully orang ya? Haha kasian. Mending lo cepetan beresin, gue denger, Revan tegas kalau soal adiknya," Alex tersenyum mengejek kemudian melangkah menuju luar kelas.

*****

"Kok lo nyebar identitas gue secepet ini sih? Padahal kan seru kalau dia ngerjain gue sampe selesai, terus pas di akhir dia baru tau kalau gue itu kembaran lo. Pasti seru deh liat reaksi dia."

Revan berdecak. "Lo mau di kerjain sampe seminggu? Kalau lo dikerjain sampe pingsan gimana?"

"Yaelah lebay lu. Dia tadi gak sampe fisik kok, paling juga ngerjainnya gitu-gitu doang. Lagian kan lu ketua PMR, ya kali gabisa nanganin orang pingsan."

Revan hanya memutar bola matanya, tidak menanggapi perkataan Nada. Mereka masih terus berjalan dengan tangan Nada yang masih setia melepaskan karet yang mengikat di rambutnya satu per satu.

"Oh iya," Nada berhenti tepat di samping Revan yang sudah menghentikan langkahnya terlebih dahulu. "lo ga cerita apa-apa sama gue tentang Rafa! Kenapa muka dia bonyok gitu? Dia berantem? Sering berantem? Kok lo ga cerita apa-apa soal itu sih ke gue?"

Revan berdecak. "Gak penting! Mending sekarang lo masuk terus lo beresin deh tuh rambut lo. Malu-maluin tau gak," Revan mendorong tubuh Nada agar masuk kedalam toilet yang berada di dekatnya.

RAFANADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang