"Gue bingung, kenapa sekarang UKS tuh jadi tempat buat orang galau coba," ujar Revan frustasi.
"Gue gak galau."
Revan berdecak. Tangannya bergerak menyentuh kening Nada yang sedang berbaring di salah satu kasur di UKS ini. "Perasaan tadi pagi gapapa dah," ia melangkah menuju lemari penyimpan obat, kemudian mengambil sebuah obat yang berfungsi untuk menurunkan panas.
Nada hanya diam, tetap memejamkan matanya. Ia terlalu lelah untuk membalas perkataan Revan. Saat ini yang ia butuhkan hanya istirahat.
"Minum dulu obatnya," perintah Revan yang langsung dituruti oleh Nada.
"Lo mau pulang?" Tanya Revan setelah Nada selesai meminum obatnya.
Dengan mata yang masih terpejam Nada menggeleng. "Nunggu lo pulang aja."
"Sekarang baru jam setengah 1 loh, kita balik jam setengah 4, lo gapapa disini 3 jam? Gue minta tolong Kak Naufal jemput aja ya?"
Lagi-lagi Nada menggeleng. "Kak Naufal lagi kuliah."
"Oh iya."
"Udah, lo masuk kelas aja gih. Gue mau tidur," ujar Nada geram. Baru setengah jam yang lalu ia memutuskan untuk beristirahat di UKS, namun belum sempat ia benar-benar terlelap, Revan sudah datang dan membanjirinya dengan berbagai pertanyaan dan pernyataan.
"Yaudah gue ke kelas dulu. Nanti pas pulang gue kesini lagi."
Nada hanya bergumam menanggapi perkataan Revan.
*****
"Pengumuman. Kepada Revan Putra Allison kelas 11 IPA 4 harap ke ruang OSIS sekarang. Sekali lagi, kepada Revan Putra Alisson kelas 11 IPA 4 harap ke ruang OSIS sekarang. Terimakasih."
Revan berdecak saat mendengar namanya dipanggil melalui speaker yang tersebar diseluruh wilayah sekolah.
Revan mengalihkan pandangannya kearah jam yang melingkar di pergelangan tangannya. 15.05, itu tandanya bel pulang sekolah akan berbunyi sekitar 25 menit lagi, sedangkan ia yakin, rapat yang harus ia hadiri tidak akan selesai dalam waktu sesingkat itu.
Ia mengalihkan pandangannya ke arah Alex yang berada di sampingnya. "Nanti pas pulang boleh minta tolong anterin Nada gak? Gue harus rapat buat acara PMR besok."
"Yah, gue ada sparing futsal nanti. Lu rapat aja gih, nanti gua yang minta tolong Devlin atau Rafa," ujar Alex.
Revan mengangguk, "Thanks," ia bangkit dari tempatnya kemudian berjalan ke depan kelas untuk meminta izin kepada gurunya yang sedang mengajar sebelum ia menginjakkan kakinya di luar kelas.
*****
Rafa menghembuskan nafas lelahnya, ntah apa yang salah dengan otaknya saat ini, yang jelas, sejak ia mendengar kabar bahwa Nada sakit, pikirannya tidak bisa lepas darinya. Sekuat apapun Rafa berusaha bersikap acuh, perasaan itu tetap ada, perasaan khawatir yang dulu sering ia rasakan ketika melihat Nada kecil berada di dalam ICU.
Perasaan khawatir itu semakin membuncah ketika Devlin menghubunginya untuk meminta tolong. Kakinya berbalik, melangkah menuju ruang UKS dimana Devlin dan Nada berada.
"Devlin masih di dalem?" Tanya Rafa kepada seorang gadis yang baru saja membukakan pintu UKS untuknya.
Namun belum sempat gadis itu
menjawab, wajah Devlin sudah muncul dari salah satu bilik disana. Rafa melangkahkan kakinya mendekat, ekspresinya tetap sama, acuh bagaikan tak perduli pada seseorang yang sedang berbaring di kasur itu."Nada tidurnya nyenyak banget, Raf. Udah gitu badannya panas banget, gue gak tega bangunin dia. Niatnya pengen gue tungguin sampe dia bangun, tapi nyokap keburu telfon, gue disuruh balik, katanya ada hal penting."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFANADA
Teen FictionTerpisah karena sebuah alasan membuat kedua sahabat kecil ini menjauh, menjauh bagaikan manusia yang tidak mengenal satu sama lain. Namun jika takdir sudah berbicara, maka sekuat apapun sebuah alasan untuk menjauh, akan ada alasan yang jauh lebih ku...