TOP

55 4 0
                                    

Aku baru paham kenapa Guntur menahan tawa ketika melihat pakaian yang kukenakan; pakaian yang terlalu perempuan. Tempat yang kulihat sekarang ini terlihat untuk orang-orang berkaos sobek. Aku amati lagi tempatnya; bangunan papan yang barangkali menampung 20 pengunjung saja. Tempat ini aneh, jorok, dan tidak beraturan. Ketika Guntur masuk dengan isyarat mengajak, sarang laba-laba tampak dimana-mana. Aku masih belum paham ini tempat apa. Tapi, orang-orang berkaos hitam sobek hilir-mudik di ruangan.
"Ini tempat apa?"
Guntur tersenyum, mengajakku dengan isyarat gelengan. Aku takut. Hampir-hampir kupegang bahu Guntur. Mataku menyapu semua sisi. Benar, bajuku baju pilihan yang salah.

Kami berhenti di ruangan paling sudut-- ada tiga ruangan sebelum sampai di situ. Semua ruangan terbuka sedikit kecuali tempat kami berhenti.
"Diam di sini" Guntur maju dan berdiri lebih dekat dengan pintu. Posisinya yang serong dariku, membuat mimik aneh dari wajahnya terlihat jelas;; mula-mula matanya tertutup, ia tersenyum dan mengetuk ketukan berirama. Ketukannya rapat dan tidak berhenti, kakinya melompat-lompat, dan meneriakkan "ada guntur! Ada hujan! Ayo! Buka! Biarkan Guntur membawa teman! Teman TOP!" Aku mengernyit mendengar kalimat akhir. Saat aku memikirkan apa itu TOP, seseorang membuka pintu dan "selamat datang Guntur, selamat datang teman baru TOP. Masuklah" ia membungkuk dan menggoyang-goyangkan tangan kurusnya ke pintu dan keluar
"Terimakasih, Rinai"
Kami masuk, dan seseorang bernama Rinai menutup pintu. Saat masuk kuperhatikan sekitar, ruangan serba biru. Di dinding menempel lukisan-lukisan menakjubkan perihal air; ada kecipak, embun, wanita berpayung merah, daun di rinai, dan yang terbesar juga yang dibingkai paling indah, lukisan lima anak berlari riang saat hujan.

Sadar Guntur tidak lagi bersamaku, cemas menghampiriku. Kuperhatikan segala sudut, kupanggili Guntur pelan-pelan. Saat melangkah lebih dalam, terlihat tirai merah. Kulihat sekitar lagi, tak ada orang, lalu kubuka dengan kepala masuk terlebih dahulu. Betapa malu menimpaku, sekitar 4 orang yang duduk melingkar di ubin ruangan tersebut melihat bingung ke arahku. Pelan-pelan kumasukkan anggota tubuh yang lain sambil tersipu malu.
"Ah, sudah puas melihat-lihat?" Guntur memegang pundakku dari belakang. "Ahh, Ini teman TOP baru kita".
"Apa dia aman?" Salah seorang berdiri dan mendekat
"Tentu, Petir" Guntur memegang pundak kami berdua "kalian akan akrab"
"Wah! Embun ada saingan nih" celetuk seorang yang terlihat ramah
"Kita lihat saja nanti" Kata Petir melepas tangan Guntur dan kembali ke lingkaran dengan kesal.
"Baik, pemeluk hujan! Kemari" soerang yang ramah tadi mengajak kami.
Aku duduk di antara Guntur dan orang yang mengajak, tepat di hadapan Rinai.
"Selamat datang di TOP, nona.."
"Bulan" sambungku cepat "sebelumnya aku tidak pernah ingin bergabung dengan TOP, apa itu TOP juga aku tidak peduli"
Seseorang yang ramah tadi menggeleng maklum ke arah Guntur,
"namaku, Awan" katanya "barangkali Guntur akan menjawabnya nanti. Untuk pertanyaan kedua, TOP singkatan dari Tempat Orang Pluviophile"
"Pluviophile?"
"Ya, a lover of rain; Embun akan lebih mudah dimengerti jika menjelaskan ini; sebentar lagi datang" Celetuk Petir
"Aku masih tidak mengerti, dan siapa Embun?"
"Nanti juga tahu" sahut Petir lagi

Pemeluk HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang