Chapter 4

54 14 0
                                    

Aku mengikuti langkah pak Harvey, aku melangkah dengan sangat malas karena aku tahu pasti aku akan dibawa keruangan kepala sekolah. Aku membayangkan kira-kira aku akan dihukum dengan hukuman apa ya. Kini kami sudah berada didepan pintu ruangan pak Jonny sang kepala sekolah. Pak Harvey mengetuk pintu ruangan dengan pelan. Kemudian pak Jonny mempersilahkan kami masuk.

Suasana hatiku menjadi lebih tegang saat melihat papah sudah berada disana. Aduh nanti pasti dirumah aku bisa dimarahi habis-habisan. "Harry silakan duduk," pindah pak Jonny. Aku hanya menganguk dan duduk disebelah papah.
"Baik langsung saja kita bahas aja pokok permasalahannya," kata pak Jonny.
"Pak memangnya kali ini Harry bikin ulah apa lagi sih?" Tanya papah.
"Jadi begi kemarin saya dapat laporan kata Harry berciuman dengan dosen wanita yang sedang mengajarnya dikelas, apakah itu benar Harry?" Tanya pak Jonny kepadaku. Aku hanya terdiam, dalam hatiku tersimpan kata jawab gak ya? Dan kata aduh gimana ini aku bisa mati ditempat.
"Harry kalo ada orang ngomong itu dijawab!, tinggal jawab iya apa susah nya sih?"
"Lah itu udah tau jawaban nya kenapa harus nanya?"
"Harry, sama kepala sekolah tuh harus sopan!" Omel papah.
"Iya itu benar, puas!"
"HARRY!"
"Sudah-sudah kita lanjut kepembahasan selanjutnya, oke," kata pak Harvey.
"Oke," kata aku dan papah kompak.
"Maaf sekali nih pak kampus ini sudah tidak tahan dengan perilaku Harry, jadi kami terpaksa mengembalikan Harry kepada bapak,"
"Hah, jadi maksud bapak Haary di keluarkan!?" Kata papah terkejut.
"Iya,"
Pada saat itu juga jantungku berasa seperti hendak copot. Aku benar-benar kaget mendengarnya, aku tak bisa membayangkannya nanti pasti aku dimarahi habis-habisan sama papah.
"Aduh pak jangan dong, gini aja deh Harry di skors sama dihukum di sekolah, nah tapi dihukum dengan hukuman sekeras-kerasnya, gimana?"
"Aduh gimana ya pak, tapi masalahnya Harry udah langganan buat pelanggaran, contohnya dia pernah berkata kasar kesalah satu dosen disini, terus dia pernah membawa senjata tajam kesekolah, dia pernah juga ketahuan minum alkohol disaat sedang pembelajaran, oh iya dia juga pernah berantem sama dosen pria disini, bahkan sampai pukul-pukulan, dan masih banyak lagi,"
"Oh ayo lah saya benar-benar memohon kepada bapak, lagian mayoritas kasus yang dialami Harry itu berbarengan bersama teman-temannya, itu artinya bisa jadi Harry hanya terpengaruh oleh kawannya itu, pak sekali lagi saya memohon tolong jangan Do Harry, biar beginipun Harry , masih butuh pendidikan usianya masih 19 tahun, tolong pikirkan baik-baik pak," kata papah memohon.
"Hmmm...gimana ya, tapi Harry wajib mengubah perilakunya, dan menaikkan nilanya,"
"Memangnya nilai milik Harry jelek-jelek ya?"
"Enggak sih, nilai Harry selalu pas rata-rata, jangan khawatir,"
Nilai pas rata-rata itu bagi papah jelek banget, anda benar-benar tidak tahu.
"Jadi saya gak jadi dikeluarkan nih?" Tanganku.
"Enggak, tapi kamu harus berjanji untuk merubah sikapmu, oke,"
"Oke gitu," kata papah padaku.
"I..iya deh, Harry janji,"
"Nah, gitu dong, untuk hukuman nanti menyusul, tapi soal skors dia di skors selama 1 minggu," kata pak Jonny.
"Oh gitu iya-iya," kata papah sambil menganguk-anggur.
"Ya sudah silakan kalinya bisa pulang sekarang," kata pak Harvey.
Kami pun kemudian keluar ruangan. Saat papah selesai menutup pintu, dia menghadap kearahku, kemudian dia menganyunkan tangannya kearah pipiku, keras sekali.
Aku yang tadinya hanya terdiam kemudian terkejut, kemudian aku kesakitan dan mengelus pipiku dengan lembut.
"Dasar memalukan, berani-beraninya kamu mencium bibir dosenmu sendiri, kalo pacar silakan! Ini pacar juga bukan, main cium-cium aja, dasar bisanya bikin malu aja!" Omel papah.
Kemudian dia menonjok mataku dengan sangat keras, hingga aku jatuh kelantai.
"Jangan kekerasan pah, malu tau dilihatin banyak orang,"
"Dasar malunya kalo udah dihukum, kalo belum dihukum aja baru gak malu!"
Aku beranjak berdiri dari posisiku. Kemudian papah melirik kearahku dan berkata "buruan ambil tasmu, terus kamu masuk kemobil,"
"Akukan bawa motor pah, terus nanti motornya siapa yang bawa?"
"Papah,"
"Kalo mobilnya?"
"Marcel,"
"Hah?, Marcel enggak ah, gak mau,"
"Pokoknya papah bawa motor kamu, titik!"
"Yah..."
"Hitungan ke1 menit, pokoknya kamu harus sampai dimobil, kalo enggak hukumanmu papah tambah 2× lipat!"
"Wait what?, seriously?"
"1..." kata papah yang mulai menghitung.
"Eh, iya iya iya pah," kataku mulai berlari menuju kelas.
Padahal jarak antara kelas dengan ruang kepala sekolah lumayan jauh, dengan kecepatan citah aku berlari menuju kelas. Kemudian saat hampir mau sampai aku melihat diambang pintu terlihat ke4 sahabatku. Lalu kami saling menghampiri.
"Ini Har, tasmu udah dimasukkan semua benda milikmu,"
"Oh, makasih kalian memang sahabatku yang terbaik,"
"Iya sama sama,"
"Duluan yah, bye, "
"Iya, Harry hati-hati,"
"Sip!" Kataku sambil berlari meninggalkan mereka,"

Aku berlari menelusuri koridor sekolah, dan berusaha keluar secepatnya dari sini. Saat berada dibelokkan hampir saja aku menabrak seseorang. Dan orang itu adalah Kendall.
"Ih..kamu lagi-kamu lagi, kenapa sih hobi banget nabrak aku!, oh atau jangan-jangan kamu mau modus ya!" Kata si Kendall Jenner.
"Auah, aku gak ada waktu, bye !" Kataku sambil berlari kencang meninggalkan nya.
"Ih dasar nyebelin!"

Akhirnya sampai juga di tempat parkir. Tapi sepertinya aku telat, alias lebih dari 1 menit. Aku berlari menuju papah yang udah stand by dimotorku. Wajahnya terlihat masam, pertanda buruk nih. Papah melirik jam tangan miliknya, melirik kearahku dan berkata "Terlambat satu detik!, berarti hukuman kamu ditambah,"
"Loh, cuma 1 detik doang kok,"
"Ah intinya telat ya telat, mau sedikit atau banyak semua sama saja!"
"Tapi pah,"
"Gak ada tapi-tapian, sekarang masuk ke mobil!"
"Ck, fine,"
Aku berjalan menuju mobil, kemudian aku membuka pintu mobil bagian depan. Kemudian duduk dibangku mobil. Setelah papah melihat aku sudah masuk kedalam mobil barulah dia melajukan motornya. Pada saat dia sudah melajukan motornya, aku memukul kaca mobil papah sambil berkata "Dasar sialan, kenapa sih cuma hal sepele aja hukumnya berat banget!"
Kemudian aku melirik kearah Marcel yang sedang melihat kearahku juga. Tatapan yang tajam dan penuh makna, tapi aku tidak tau apa yang sedang ia pikirkan. "Apa lo lihat-lihat!"
"Ee..enggak kok, enggak," kata Marcel dengan sangat takut.
"Ya udah buruan jalan!"
"Iya iya iya, nih mau dinyalain mobilnya,"
Kemudian mobil melaju meninggalkan sekolah, menuju rumah kami berdua.

Sesampainya di rumah benar saja, aku langsung dimarahi habis-habisan. Papah memukulku bertubi-tubi, hingga badanku memar-memar. Sumpah ya disaat seperti ini aku merasa tak berdaya. "MAU JADI APAAN KAMU NANTI HAH, UDAH CAPEK-CAPEK CARI DUIT BUAT KAMU SEKOLAH, EH MALAH GAK ADA HASILNYA. KAMU MALAH FOYA-FOYA SAMA TEMAN-TEMANMU YANG GAK JELAS!!!!" Kata papah sambil memukul tubuhku menggunakan tongkat. Lalu ia mendorongku hingga terjatuh kelantai. Aku yang bisanya melawannya kini hanya terdiam, membisu 1000 kata. "Kenapa sih kamu selalu saja nyusahin orang!, contoh tuh Marcel!"
Entah kenapa aku paling gak suka kalo aku dibanding-bandingkan dengan Marcel, apa yang spesial sih dari dia?. Muka cupu, gak punya teman, udah gitu penakut lagi.
"Ck, kapan sih kamu bisa kapok, harus dihukum pake cara apaan lagi coba?!"
"Hatiku sudah mati, mau dihukum berapa kalipun gak peduli!"
Kataku yang akhirnya angkat bicara. Mendengar kalimatku itu papah pun tambah marah, dan dia menggerakan tongkatnya menuju kearahku. Kemudian dia memukul pelipisku sangat kencang, bahkan hingga berdarah.
"Papah cukup!" Teriak mama yang memegang tangan papah dengan sangat kencang. "Gemma bawa ia kekamarnya,"
"Baik, mah," kata Gemma yang kemudian menuntunku menuju kamar.
"Edward, kalo kayak tadi caranya kamu bisa mencelakakan nyawanya!" Kata mama.
"Tapi Grace, kamu tau kan Harry kayak gimana, semakin hari semakin nakal!" Balas papah.
"Iya karena kamu selalu memperlakukannya dengan cara yang kasar!" Tambah mama yang mulai tegas.
Hening, papah tak menjawabnya. Ia hanya pergi menuju kamarnya.

HARRY VS MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang